○○○
Suatu Pagi, di hari Sabtu, tepatnya dini hari, sosok gadis bernama Lalisa itu membuka jendela matanya, menyapu sekeliling dengan pandanganya, menyingkirkan tangan kokoh yang masih melingkar di pinggangnya.
ia mulai menuruni ranjang, memunguti pakaian yang semalam ia tanggalkan lagi bersama seorang pria, jiyong dan selalu dia.
setahun belakangan ini mereka tampaknya melulu berbuat dosa, ranjang itu bahkan bukan satu-satunya saksi atas perbuatan yang sering kali mereka lakukan di atasnya, tak banyak yang tahu dua sejoli itu banyak mengembara, meranah berbagai sudut entah itu di toilet, sofa, maupun dapur, sesekali bahkan mereka seakan lupa dunia sampai-sampai menjadikan toilet umum yang mana dituntut menjadi salah satu saksi atas dosa-dosa yang mereka lakukan.
terlalu banyak mata yang mengetahui, terlalu banyak mulut yang bergunjing, kedekatan mereka tak bisa dibantah lagi, sudah menjadi rahasia umum keduanya berbagi kasih tanpa kejelasan status yang mengikat keduanya.
"hyak !! oppa !"
Suara melengking itu kembali menyeruak memekik pendengaran jiyong yang masih larut dalam tidurnya, merasa terganggu pria itu menenggelamkan kepala serta menjejali telinganya dengan bantal, membuat Lisa kesal dan kembali berteriak.
"Dimana celana dalamku? kenapa kau selalu menyembunyikanya? tiap kali bermain, dasar mesum !" keluh gadis itu yang tiba-tiba tanganya lagi-lagi ditarik dan berakhir kembali dalam dekapan jiyong.
"Aku punya dua pilihan..." gunam jiyong masih dengan mata tertutupnya.
"Wae ?" ucap Lisa masih dengan nada yang terdengar cukup kesal.
"Tidur lagi, atau mau ku tiduri lagi?" ucap jiyong lagi-lagi masih dengan matanya yang tertutup.
Lisa kembali berdecak disana, mendelik sebal sambil mencoba melepaskan tautan tangan jiyong yang masih memeluki tubuhnya posesif.
"lepaskan tidak ?" decak Lisa.
"tidak mau..."
Lisa menghembuskan nafasnya, mencoba menendangi tubuh jiyong dengan kakinya, cukup keras sehingga pria itu mengeluh, memekik sakit di sekujur tubuhnya.
"kau kejam!" keluh jiyong yang berujung dengan seringai Lisa yang mencuat.
"ah...aku mengakuinya." begitu seringai Lisa mencuat, sebelum akhirnya gadis itu berjinjit melewati kamar jiyongie yang masih tidur lantas melenggangkan kaki ke toilet, serta bergegas mandi.
kepalanya masih pening, kemarin malam baik dirinya maupun jiyong menghabiskan malam di club.
sepulang dari Club, Tory dan lagunya paper heart berhasil melekat di ingatan Lisa, tentang sepasang kekasih yang alangkah baiknya jika tidak bersama, dari pada berpura-pura dingin di depan kamera, gadis itu kembali menghembuskan nafasnya, pikiranya berkecamuk, apakah ia harus memilih pergi?
tapi masalahnya, apa gadis itu akan baik-baik saja tanpa jiyong? dia tidak seyakin itu.
Adelle dengan lagunya setidaknya mampu membuat Lisa meneguk 7 shot tequilla, meskipun pada akhirnya ia kembali di boyong jiyong dan kembali berakhir diranjang pria itu pagi ini.
berkali-kali Lisa dan niatnya itu kembali berfikir untuk meninggalkan jiyong, berkali-kali juga esoknya ia kembali berakhir di ranjang jiyong, menyebalkan memang, Lisa yang mabuk selalu berakhir di depan pintu appartemen jiyong.
kali ini gadis itu tengah menatap dirinya di depan cermin, merias wajahnya dengan beberapa kosmetik lantas menggulung asal rambutnya, dan meletakan jepitan kecil disana.

KAMU SEDANG MEMBACA
FUR LALICE (jilice) (GDlisa)
Fanfictionapa impian seorang wanita ? punya karir yang bagus? menikahi pria kaya ? begitu juga lalice. hidupnya terlalu mudah, sampai ia berada di titik jenuh untuk tidak merasakan apapun di hatinya.