"Devan kabur, pa."
"APA?!"
Seluruh orang yang berada disana langsung bangkit dari sofa, menatap Naura yang terengah - engah.
"Kenapa dia kabur? Bukannya dia akan menikah?!" Suara lantang itu memenuhi ruangan saat itu.
"Tadi Naura nemuin ini di atas meja." Tio lantas mengambil sepucuk surat yang disodorkan oleh Naura.
Aku ingin minta maaf untuk semuanya. Maaf udah ngecewain kalian, tapi aku gak bisa bohong lagi. Dari awal aku gak pernah cinta dengan Prilly, berulang kali aku coba tapi tetap hati gak bisa dipaksakan. AKU MENOLAK PERJODOHAN INI. Jika keputusan ini mengecewakan kalian, aku minta maaf. Maaf untuk segalanya, aku pergi...
- Devan -
Tio meremas kertas itu hingga berada sempurna dalam genggaman tangannya, giginya bergemeletuk serta pancaran matanya yang sangat menakutkan.
"Anak kurang ajar! Apa dia sengaja mempermalukan keluarganya sendiri!" Tio melempar kertas itu penuh amarah ke lantai.
Sementara Dian berusaha untuk menenangkan suaminya dengan cara mengelus bahunya.
"Tenanglah, jangan emosi nanti penyakitnya kambuh."
"Iya, pa. Mending papa istirahat, biar Ali sama Naura yang cari keberadaan kakak." Timpal Ali mendekati Tio.
Mendengar nasihat dari kedua orang terkasihnya, Tio lantas mengatur nafasnya dan duduk di sofa.
"Gak ada waktu buat mencari lagi, Li. Pernikahannya akan dilaksanakan besok."
"Sekarang kita harus apa? Setidaknya kita coba untuk mencari kakak, pa. Atau enggak kita undur aja pernikahannya." Tio menggeleng.
"Gak bisa. Undangan udah kesebar dan kita hanya punya satu cara untuk menyelamatkan harga diri keluarga kita."
"Apa?" Sahut Ali cepat dan penuh harap.
"Apa kamu siap melakukannya?" Tanya Tio menatap putra bungsunya.
"Tentu, apapun akan Ali lakukan untuk itu!" Tegas Ali tanpa ragu.
"Gantikan posisi kakakmu."
Sedetik kemudian keheningan menyeruak disana, Ali masih mematung di tempatnya mencerna kata - kata yang terucap oleh papanya.
"Ma-ksudnya?"
"Menikahlah dengan Prilly dan selamatkan keluarga kita."
"Bagaimana bisa? Gak ada cara lain selain itu?!" Pekik Ali dengan tatapan terkejutnya.
"Gak ada, Li. Percuma kalo nyari kakak kamu, Jakarta ini luas dan kita juga gak tau sejak kapan Devan pergi."
"Iya, Li. Kalo kamu menolak saran papa, bukan cuma keluarga kita aja yang malu, tapi keluarga Prilly juga. Kamu mau?" Sontak saja Ali menggeleng cepat mendengar pertanyaan sang mama.
"Tapi ma, pa, itu sama aja ngasih celah buat Prilly benci sama Ali. Mereka juga pasti akan kecewa saat tau kalo bukan kak Devan yang jadi bagian keluarga mereka, tapi Ali."
"Papa akan berusaha menyakinkan keluarganya Prilly, lagian kamu juga deket kan sama kedua orang tuanya Prilly? Papa yakin mereka akan menerima kamu."
"Tapi Prilly-"
"Dia pasti akan menerimanya, mama yakin itu. Walaupun belom cinta, mama yakin cinta akan hadir seiring berjalannya waktu."
"Semuanya ada ditangan kamu, Li. Apapun keputusan kamu, insyaallah kami yakin itu yang terbaik." Di tatap oleh Tio sedemikian lembutnya, membuat Ali luluh begitu saja. Ia menghela nafasnya.
"Oke, Ali setuju!"
*****
Assalamu 'alaikum semua...
Semoga setelah merevisi ceritanya lebih baik dan lebih nyambung dibanding sebelumnya.
Buat yang mau ngasih saran atau pendapat boleh kalian sampaikan di kolom komentar. See ya👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Best man.
RomanceFaktanya, yang terbaik justru datang karena sebuah ketidaksengajaan. u c i e z z, 2018