I'm your husband || One : Limited to Ali's dream

14.1K 763 25
                                    

Ditengah keheningan disebuah pinggir danau, seorang pria tengah duduk diatas rerumputan dengan pandangan menatap hamparan air danau yang nampak tenang saat itu.

Keadaannya benar - benar sepi, tak terdengar suara knalpot kendaraan ataupun klakson, tempat itu benar - benar jauh dari kemacetan kota. Suara kicauan burung pun tak terdengar, membuat tempat itu kian terasa sepinya, hanya ada suara dedaunan yang bergoyang menyentuh daun lainnya akibat terpaan angin.

Mungkin kebanyakan orang akan merasa bosan berlama - lama disana. Tapi itu tidak berlaku untuk pria yang sudah duduk disana sekitar setengah jam yang lalu, bahkan hanya untuk sekedar bergerak pun tidak. Ia benar - benar nyaman berada dalam keheningan yang menenangkan jiwanya.

Wajahnya tersapu angin yang juga menerbangkan helaian rambutnya yang memang dikategorikan panjang nan hitam mengkilap itu.

Langkah kaki yang tengah menginjak rumput terdengar semakin jelas di telinganya, namun tak sedikitpun pria itu mengalihkan pandangannya dari ketenangan danau.

"Pantesan dicari gak ketemu, disini lo rupanya." Barulah setelah suara itu memecahkan keheningan disana, pria itu lantas tertoleh ke arahnya.

"Lo ngikutin gue?" Sang lawan bicara tak menjawab, ia mengambil posisi duduk tepat disamping pria itu.

"Menurut lo gitu, ya? Emang lo pikir gue gak ada kerjaan lain, gitu?"

"Abisnya tau darimana kalo gue disini selain lo ngikutin gue."

"Apasih yang enggak gue ketahui tentang lo? Tiga bulan udah cukup buat gue kenal dengan lo, yaa meski akhirnya-."

"Naura!" Tegur pria itu saat gadis disampingnya kembali mengingatkan tentang mereka.

"Canda, Li." Naura, gadis itu memperlihatkan deretan giginya dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah yang diangkat membentuk huruf 'V'

Ali tertawa kecil sembari menggelengkan kepalanya, matanya kembali teralih ke depan tepatnya ke objek danau yang masih nampak tenang tak tersapu ombak.

"Ngapain lo disini?"

"Justru gue yang nanya, ngapain lo disini? Gak bosen apa."

"Enggaklah, justru tempat ini cocok buat gue. Tenang, lingkungannya asri. Bosen ngeliat kendaraan sama gedung - gedung mulu, sekali - sekali cuci mata ngeliat yang hijau - hijau."

"Kalo mau nyari yang hijau - hijau, pinjem kolor genderuwo aja sana." Cibiran Naura membuat tawa kecil di bibir pria itu.

"Udah sore loh, Li. Lo masih mau disini? Ntar Prilly nyariin lo." Pria itu kembali tertawa kecil, lebih tepatnya tertawa miris.

"Yaudah, lo mau balik gak?"

"Boleh deh, gue juga disini cuma nyuruh lo pulang."

Naura menyusul Ali berdiri, langkah kaki mereka beriringan menginjak rerumputan hingga terpisah setelah sampai di depan mobil mereka masing - masing.

"Gue balik, ya. Ati - ati lo bawa mobil, jangan mau bunuh diri sebelum waktunya." Saran Ali yang mendapat cibiran dari Naura.

Ali memasuki mobilnya setelah Naura yang masuk terlebih dahulu ke mobilnya. Menghidupkan mesinnya, mobil Ali segera melaju meninggalkan danau itu menuju tempat tinggalnya.

Setelah mobilnya terparkir di pekarangan rumah, Ali lantas turun dengan gaya coolnya.

"Assalamu 'alaikum." Salamnya saat sudah menyentuh lantai rumah.

"Wa 'alaikum salam. Syukurlah den Ali udah pulang, mbok khawatir loh."

Lagi - lagi Ali menertawakan nasibnya dalam senyumnya. Disaat semua laki - laki mendapatkan kesempatan untuk dikhawatirkan dengan istrinya, disambut kepulangannya dengan istrinya, melupakan semua penat setelah seharian berkerja dengan senyum dan tawa istrinya, lalu kenapa Ali tidak?

[✓] Best man.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang