I'm your husband || Three : Slap

9.9K 687 28
                                    

"Kamu mau kemana?"

"Bukan urusan lo!"

Ali menghela nafas berat dan membiarkan istrinya pergi entah kemana. Apalah daya Ali yang sudah dilemahkan oleh cintanya, ditambah Ali memang lelaki yang penyayang dan sangat menghindari yang namanya marah ataupun berkata kasar.

Pria itu memilih memfokuskan dirinya kepada pekerjaannya. Meski Minggu tiba namun pekerjaan seolah bagian dari diri Ali, tak akan pernah berhenti mengganggunya.

Sebuah ketukan memecahkan konsentrasi Ali. Ali yang berniat membuka pintu itu langsung kembali duduk saat melihat Mbok Nia yang berjalan dari arah belakang.

"Assalamu 'alaikum."

'Bunda! Ayah!'

Tubuh Ali menegang, tubuhnya langsung berputar kaku menghadap ke pintu utama. Disana, Clara dan Rizal sedang berdiri dengan seluas senyumnya.

"Wa- 'alaikum salam, bunda, ayah.Kok kesini gak ngabarin du-lu?" Tanya Ali terbata.

'Semoga gak nanyain Pril-'

"Prilly mana, Li? Kok gak nemuin bundanya? Padahal bunda bawain makanan kesukaan dia," ujar Clara memperlihatkan rantang yang dibawanya.

Ali meneguk salivanya, "Prilly pergi, bun."

"Pergi? Kemana? Kenapa gak ikut?"

"Em.. anu bun... aku sibuk ngurusin kerjaan yang numpuk jadi gak ikut deh."

"Terus dia kemana?" Ali menggigit bibir bawahnya. Jujur salah bohong pun salah.

"Ada yang kamu sembunyiin dari bunda ya, Li?" Tebakan Rizal langsung dibalas dengan gelengkan cepat oleh Ali.

"Eng-gak kok, yah. Tadi Ali gak sempet nanya dia mau kemana." Rizal memicingkan kedua bola matanya ke arah Ali, membuat pria itu meneguk salivanya susah payah.

"Jangan pernah mencoba bohong, Li. Muka kamu gak pinter buat bohong."

"Hah? Eng- gak kok." Kilah Ali.

"Jangan boong, Li. Ayah tau kamu boong. Katakan sejujurnya, Prilly gak ngasih tau kamu kan dia mau kemana?" Ali memilih diam. Ketika dihadapkan pada kedua pilihan dimana keduanya sama - sama merugikan, mungkin diam adalah jalan yang terbaik.

"Kebungkaman kamu mengatakan semuanya. Anak itu..." Clara menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kelakuan putrinya.

"Mending sekarang kita makan masakan bunda, yuk? Meskipun gak ada Prilly, tapi 'kan masih ada Ali." Ali mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ini gak bisa dibiarian, Li. Anak itu perlu di kasih pelajaran, selama ini ayah acuh dengan sikap dia itu demi kamu, tapi sekarang enggak lagi!"

"Udah lah, yah. Ali gapapa kok."

"Mulut mungkin bisa bohong Li, tapi mata enggak. Mata kamu mengisyaratkan banyak luka disana, dan itu pasti karena Prilly. Dan juga, kamu dan bunda itu sama, kita sama - sama punya hati yang juga bisa sakit dan cape. Meskipun kamu gak bilang, tapi bunda tau itu." Clara mulai berbicara dengan pandangan yang menatap Ali.

"Kita duduk aja dulu, yah, bun. Prilly nya juga belom pulang." Bujuk Ali lagi yang dituruti oleh keduanya.

🍃🍃🍃

"So, bagaimana sekarang?" Gadis yang di seberangnya nampak menghela nafas panjang dan mengaduk - aduk minumannya.

"Gak tau deh." Balas gadis itu acuh.

[✓] Best man.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang