Kumandang suara Adzan yang berasal dari ponselnya membangunkan Ali dari tidur lelapnya. Diraihnya ponsel itu untuk mematikan alarmnya dan segera beranjak menuju closet setelah kesadarannya terkumpul.
Wajahnya sudah terlihat fress setelah menyelesaikan ibadahnya. Kakinya langsung menuju dapur menyiapkan sarapan.
"Den Ali ngapain disini? Biar mbok aja yang bikin sarapannya." Tegur Mbok Nia yang baru saja menyelesaikan ibadahnya juga.
"Biar aku aja, mbok. Lagian lagi mood buat masak."
"Oh yaudah kalau gitu mbok ke belakang dulu ya." Ali mengangguk mempersilahkan mbok Nia melakukan tugas rumahnya.
Ali kembali melanjutkan pekerjaannya, kali ini ia membuat roti sandwich dengan keju dicampur berbagai sayur sebagai isi.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 6 P.M, Ali baru menyelesaikan masakannya, terlihat sangat menggiurkan dipandang mata.
Ali tersenyum bangga melihat masakannya, tidak terlalu buruk, pikirnya.
"Mbok, bisa tolong bangunin Prilly gak? Ali mau beberes soalnya."
"Siap den!" Mbok Nia menggerakkan tangannya seolah hormat yang mendapat cekikikan geli dari Ali.
Pria itu lantas memasuki kamar tamu yang diikuti dengan keluarnya Prilly dari kamarnya.
"Wah, udah siap aja nih. Rajin banget sih mbok pagi ini. Ada apa hayo?" Goda Prilly melihat makanan yang sudah tersaji
"Oh itu buka-"
"Iya nih, mbok. Pasti ada apa - apanya nih." Sela Ali yang tau - tau sudah siap dengan setelan kantornya.
"Loh, bukannya masakan ini-"
"Bisa ambilin air putih gak mbok?" Mbok Nia kembali bungkam dan pergi ke dapur mengambilkan air putih.
Sesampainya di dapur, sepucuk surat tergeletak di atas nampan.
Nanti bilang sama Prilly kalo mbok yang masak tadi, jangan bilang kalo itu aku.
- Ali -
Sekarang Mbok Nia mengerti mengapa majikan mudanya selaku menyela perkataannya. Alhasil ia hanya menurut saja.
Sarapan yang penuh dengan keheningan itupun akhirnya berakhir yang ditandai dengan tubuh Ali yang mulai beranjak dari tempat duduknya.
"Pril, aku mau kerja dulu. Assalamu 'alaikum." Ali meraih tas kerjanya yang berada di sampingnya.
"Walaikum salam." Ali tersenym simpul, setidaknya Prilly masih mau menjawab salamnya meski terdengar datar.
Kakinya segera membawa dirinya meninggalkan dapur menuju kantor, tanpa di susul oleh Prilly tentunya. Gadis itu acuh bahkan tak menoleh sedikitpun ke suaminya.
🍃🍃🍃
Hujan mengguyur Ibu Kota, seluruh penjuru basah akibat air yang berlomba - lomba jatuh ke tanah, menyebabkan sebagai pengendara memilih menepikan kendaraannya guna berteduh.
Hujannya pun kali ini sangat deras dengan petir yang menggelegar da bersahut - sahutan, langit nampak sesekali mengeluarkan cahayanya. Kondisi itu membuat siapapun enggan untuk keluar ruangan, entah itu karena malas ataupun takut.
Berbeda dengan yang lainnya yang sedang bersantai menikmati udara yang terasa sejuk ketika hujan, Ali justru dipusingkan dengan beberpa tumpuk kertas yang selalu ada di meja kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Best man.
RomanceFaktanya, yang terbaik justru datang karena sebuah ketidaksengajaan. u c i e z z, 2018