Tetesan air semakin deras, membuat Prilly menghela nafasnya pelan karena dirinya masih berada di dalam kafe akibat hujan yang tak kunjung reda setelah hampir 3 jam mengguyur Jakarta.
Matanya menatap gelas yang berisi moccacinonya tadi sudah ludes tak bersisa. Helaan kembali meluncur saat jarum jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya itu menunjukkan pukul 8 malam.
Handphone yang low batt disaat hujan deras dan tidak membawa payung merupakan perpaduan yang sempurna untuk mengatakan kalau memang hari ini hari sial bagi Prilly.
Gadis itu hanya pasrah menunggu hujan yang sepertinya akan sangat lama untuk berhenti di dalam kafe.
🍃🍃🍃
Ali mondar mandir di lantai rumahnya dengan sesekali memandang jam yang menempel indah di dinding rumahnya. Tersirat raut kekhawatiran yang luar biasa di wajah tampannya.
"Den Ali istirahat aja, kondisi den Ali masih lemah," tegur Mbok Nia setelah melihat majikannya yang terus mondar - mandir tanpa henti sejak 2 jam yang lalu.
"Tapi Prilly belom pulang, mbok. Apalagi ini ujan." Ali melirik pintu utama, berharap bidadari rumahnya muncul dibalik pintu itu.
"Nanti mbok suruh pak Thamrin buat cari non Prilly, den Alinya istirahat aja," bujuk Mbok Nia.
"Pak Thamrin lagi sakit, mbok. Biar aku aja yang cari." Ali meraih sweeter dan kunci mobilnya. Mbok Nia berusaha untuk menghentikan pria tampan itu, mengingat kondisinya yang masih belum sehat betul. Namun Ali kekeuh pada pendiriannya hingga pria itu mengacuhkan semua bujukan Mbok Nia dan meluncur meninggalkan rumah mencari keberadaan Prilly.
Dengan beralatkan lampu utama mobil, Ali menyusuri Jakarta tanpa tujuan dibawah guyuran hujan dengan petir yang bersahut - sahutan. Namun ia tak perduli, meski nyawa jadi taruhannya jika itu demi Prilly maka Ali akan dengan sepenuh hati melakukannya.
Berkali - kali ia menghubungi Prilly namun yang menjawabnya hanyalah suara operator, membuat kepanikan pria itu bertambah.
'Kamu dimana, Pril?'
Ali tersentak saat mobilnya berhenti tepat disebuah mall yang terkenal di Jakarta, entahlah... pria itu seakan menjalankan mobilnya dibawah alam sadarnya hingga berhenti tepat di sebuah mall, itu naluri dari hatinya.
Ali turun dari mobilnya menembus derasnya hujan tanpa pelindung apapun untuk menutupi kepalanya masuk ke mall. Setelah kakinya menyentuh lantai berlapis marmer itu, semua pasang mata jatuh kepadanya. Bukannya aneh, tapi seperti tatapan kagum. Bagaimana tidak, tetesan air yang jatuh dari rambutnya menambah kesan sensual dalam diri pria yang memang sudah tampan bahkan tanpa ia berbuat apapun.
Ali tak mengindahkan setiap tatapan itu, matanya hanya fokus menatap sekelilingnya kembali keberadaan gadis yang membuatnya disana.
Terdengar desahan kecewa dari bibirnya saat tak menemukan keberadaan Prilly disana, baru saja ia akan meninggalkan mall guna mencari ke tempat lain. Suara lembut yang menyerukan namanya membuat langkahnya terhenti.
"Ali,"
Ali berbalik dan menemukan istrinya yang berada beberapa langkah darinya.
"Lo ngapain disini? Dan baju lo- Astaga Ali, nanti lo nambah sakit," pekik Prilly tertahan, mengingat lingkungan sekitarnya yang masih dalam lingkungan umum.
Ali malah tersenyum dan melangkah mendekati gadisnya yang masih berdiri ditempatnya.
"Aku cari kamu, seenggaknya aku bisa nemuin kamu meski nanti aku sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Best man.
RomanceFaktanya, yang terbaik justru datang karena sebuah ketidaksengajaan. u c i e z z, 2018