Kakinya terus melangkah tak tentu arah, membawanya menuju padang rumput yang tak berujung itu. Matanya celingak - celinguk mencari keberadaan orang selain dirinya disana.
"Halo? Apa ada orang?"
Raut wajahnya mulai cemas saat tak menemukan siapapun disana. Ia sendirian! Kakinya terus berlari mencari ujung dari padang rumput itu sembari berteriak minta tolong.
Kakinya mulai berhenti saat merasa lelah, entah sudah berapa lama ia berlari kesana - kemari mencari ujung dari padang rumput itu, pepohonan disana terlihat sangat dekat tapi semakin ia berlari mendekatinya pohon itu justru semakin menjauh.
Tanpa sadar ia terisak karena kecemasannya.
"To-long aku.. hiks.. hiks.. A-Ali.. Kamu dimana?"
"Aku disini,"
Suara merdu itu membuat tangisannya berhenti, segera Prilly menghapus air matanya dan membalikkan tubuhnya. Siluet tubuh Ali yang tegap tengah tersenyum lembut ke arahnya. Kedua tangannya perlahan terbentang seolah mempersilahkan Prilly untuk memeluknya.
Tak menyia - nyiakan kesempatan, Prilly berlari memeluknya erat. Ali nyata, tak seperti pepohonan disekitarnya yang ternyata sangat sulit untuk diraih. Ali berada di depannya dan tengah memeluknya.
Kebahagian Prilly memuncah saat ini. Ia semakin memeluk Ali erat seolah tak ingin melepaskannya meski hanya sedetik.
"Maafin aku.. Aku mohon jangan pergi, tetap sama aku. Kita sama - sama rawat jagoan kecil kita," lirih Prilly mengeratkan pelukannya.
Prilly merasakan hembusan nafas diceruk lehernya juga pelukan di pinggangnya semakin erat. "Kamu gak salah, kita gak salah, hanya saja takdir sudah menuliskan semuanya sebelum kita ada." Ali melepaskan pelukannya dan mundur selangkah menciptakan jarak diantara mereka. Tangannya terulur mengelus pipi Prilly yang basah dengan kerinduan yang mendalam. "Jaga dirimu baik - baik juga putraku, rawat dan berikan dia semua cinta yang gak aku dapat darimu."
"Ali jangan pergi.." Prilly menggenggam tangan Ali yang ingin lepas dari pipinya. Matanya mengisyaratkan ketidakrelaan yang jelas.
Ali menggeleng pelan dengan senyum mirisnya. "Aku gak bisa, maaf.."
"Ali nanti kalo aku rindu sama kamu, gimana? Ali jangan pergi.." Prilly terus memohon, mencium telapak tangan Ali dengan bibirnya.
"Kalo kamu rindu, rasakan ini.." Ali mengarahkan tangan Prilly ke dadanya sendiri. "Kamu bisa rasakan kehadiranku dalam detakan itu, setiap itu berdetak, itu artinya aku tengah merindukanmu setiap detik dan menitnya, bahkan untuk selamanya."
"Ali, aku cinta kamu.." Prilly kehabisan kata - kata, semua kata yang tersusun diotaknya entah kemana sudah menghilang.
Ali kembali menebarkan senyum manisnya. "Aku juga cinta kamu, lebih dari yang kamu tau, selamanya.."
Perlahan langkah Ali semakin menjauh dari Prilly, Prilly berusaha untuk bergerak namun sel geraknya seolah mati hingga ia hanya bisa meratapi kepergian Ali yang perlahan menghilang ditelan cahaya. Setelah siluet tubuh Ali menghilang, barulah sel gerak Prilly dapat bergerak dan ia lansung berlari menuju cahaya tempat Ali menghilang tadi.
Kelopak mata itu perlahan mengerjap, semua yang nampak gelap kini tergantikan dengan cahaya lampu yang menusuk mata. Terdengar alat pendeteksi jantung yang berbunyi. Lagi - lagi ia sendirian.
Ceklek..Decitan pintu berbunyi, reflek matanya mengarah melihat siapa yang datang.
"Prilly, Ya Tuhan syukurlah lo udah datang," ujar Devan mendekati ranjang Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Best man.
RomanceFaktanya, yang terbaik justru datang karena sebuah ketidaksengajaan. u c i e z z, 2018