I'm your husband || Threeteen : Prilly change

9.4K 667 56
                                    

"Soal itu? Gue khilaf."

Bugh!

Tangan yang sedari tadi terkepal menahan emosinya sudah tak dapat ditahan lagi, tangan kekar itu meluncur bebas tepat mengenai pipi tirus yang di depannya.

"Enteng banget lo ngomong, keparat!" Rahang kokohnya mengeras, tatapan matanya semakin tajam memandang pria yang tergeletak mengusap sudut bibirnya yang berdarah.

"Gue bohong salah, gue jujur pun salah?" Ujar pria itu tanpa merasa bersalah.

"Brengsek!"

Bug!

Bug!

Brak!

"Pak, kami mohon jangan membuat keributan disini," ucap salah satu staf yang berada di sekelilingnya menahan pergelangan tangan pria tegap itu agar tak kembali melayangkan pukulannya.

Pria tampan itu merapikan jas biru donkernya yang sedikit kusut dengan penuh wibawa. Mata hitamnya tak berkedip sedikitpun menatap nyalang pria yang tersungkur di bawahnya saat ini.

"Ucapkan terima kasih kepada para staf disini karena kalau hanya kita berdua, gue pastiin wajah brengsek lo itu udah gak berbentuk lagi!" Sengitnya yang langsung pergi meninggalkan ruangan itu.

Pria yang tersungkur tadi dibantu oleh para staf untuk kembali ke tahanan, namun matanya masih setia memandang punggung lebar itu hingga menghilang dibalik tikungan.

🍃🍃🍃

"Sayang, ayo makan dulu."

Tak ada sahutan dari sang lawan berbicara. Clara menghela nafasnya perlahan dan kembali melangkah mendekati perempuan yang sedari tadi menatap lurus televisi yang hanya berwarna biru polos dengan nampan yang dibawanya.

Tangan Clara terukur mengusap lembut rambut panjang putrinya. "Prilly sayang, kamu belom makan dari tadi siang. Nanti kamu sakit, makan ya," bujuk Clara yang entah sudah ke berapa kalinya.

Prilly masih tak merespon, bahkan matanya pun tak bergerak sedikitpun dari televisi. Clara yang melihat kondisi putrinya yang hancur merasa sangat terpukul, mata hazel yang selalu nampak berbinar itu kini telah hilang meninggalkan kekosongan dimatanya, pipi tembem itu kini mulai titus akibat beberpa hati gak menerima asupan, kulit yang selalu putih berseri kini nampak pucat. Clara menggigit bibir bawahnya menahan tangis yang ingin segera tumpah.

Ia menggelengkan kepalanya perlahan. Tidak! Ia harus kuat! Ia tak boleh menangis di depan Prilly! Clara menghembuskan nafasnya agar rasa tangis yang ingin segera tumpah bisa mereda.

"Prilly, ayo makan sedikit sayang. Demi bunda," bujuk Clara dengan isakan kecil yang sangat ia tahan.

"Aku pengen sendiri, bun." Hanya kata itulah yang selalu Prilly ucapkan ketika ada seseorang yang ingin mengajaknya berteman. Tak ada lagi Prilly yang cerewet dan penuh canda tawa, Prilly yang seperti itu telah lenyap tergantikan dengan Prilly yang pendiam seperti tak memiliki jiwa dan semangat hidup.

Clara tak mampu berkata ataupun memaksakan kehendaknya lagi, lebih baik ia mengalah dibanding Prilly kembali depresi dan melakukan hal yang diluar dugaan.

Clara membawa nampan yang dibawanya kembali keluar. Menutup pintu kamar Prilly, wanita paruh baya itu terisak kecil mencengkram pegangan nampan.

Layaknya seorang ibu yang melihat keadaan putrinya yang hancur, Clara seolah bisa merasakan penderitaan yang dirasakan putrinya. Ia ingin Prilly membagikan penderitan yang dirasakannya kepada dirinya sebagai ibunya dan melewati semuanya bersama, tapi Prilly ternyata memilih menyimpan semua dukanya untuk dirinya sendiri dan menahan bebannya tanpa tau sampai kapan.

[✓] Best man.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang