I'm your husband || Five : Flashback

9.1K 599 18
                                    

Prilly melempar tubuhnya di sofa, gadis itu menghela nafasnya pelan menatap langit - langit rumah yang nampak jauh dari jangkauannya.

"Pril."

Panggilan itu mengalihkan tatapan Prilly. Namun ia tak menjawabnya, gadis itu hanya melirik sekilas suara itu dan kembali menatap langit - langit rumah, seakan pemandangan itu lebih indah dibanding sang pemilik suara yang memanggilnya tadi.

Merasa teracuhkan, Ali selaku pemilik suara itu mendesah kecewa. Ia tetap melanjutkan perkataannya tadi meski tak tau direspon Prilly atau tidak.

"Aku pergi ke kantor dulu, ada urusan mendadak. Kalo mau pergi-"

"Iya," ujar Prilly acuh yang nampak berjalan meninggalkan ruang tamu.

Lagi - lagi Ali hanya mampu menghela nafasnya menghadapi sikap Prilly yang semakin jauh darinya. Entah kapan semua ini akan berakhir. Jujur saja, Ali rindu dengan Prilly yang dulu, meski hanya sebatas calon kakak dan adik ipar tapi Ali masih bisa mendapatkan kesempatan untuk menjadi kebahagian dari gadis itu.

Langkah kaki Ali semakin mendekat ke bangku taman dimana seorang gadis tengah bersedih disana, tatapannya lurus ke depan dengan wajah murungnya.

Setelah berada di hadapannya, Ali menyodorkan es krim yang ia beli tadi kepada gadis itu.

"Nih." Gadis itu melirik sekilas es krim pemberian Ali tanpa minat.

"Buat lo aja, gue lagi gak mood," ujar gadis itu.

Ali tak menuruti perkataan gadis itu, ia malah mengambil posisi duduk disampingnya. Tatapannya mengikuti tatapan mata gadis yang disampingnya.

"Jangan sedih gitu, tadi kak Devan cuma emosi doank. Besok pasti dia bakal minta maaf, percaya deh." Ujar Ali

"Kalo enggak, gimana?" Lirih gadis itu dengan kepala tertunduk.

Ali menoleh ke arah gadis disampingnya.

"Kalo enggak nanti calon adik iparmu yang ganteng satu ini bakal bantuin calon kakak iparnya buat baikan sama kakaknya."

"Tapi... emangnya bisa?"

"Apasih yang gak bisa dilakukan oleh seorang Aliand?" Gadis itu berdecak melihat tingkah Ali yang membusungkan dadanya.

"Nih makan dulu es krimnya."

"Gue males."

"Yahh Pril,lo mah gitu... Gue beli es krim ini gak gampang, loh. Tadi mesti rela bulu mata gue di mainin bahkan dicabutin sama anak - anak plus emaknya juga." Curhat Ali dengan nada sedihnya yang justru mengundang gelak tawa dari gadis yang sedari tadi murung itu.

"Salah sendiri, sih. Makanya kalo ada kelebihan itu jangan ditunjukin, takabur 'kan?"

"Terpaksa Pril, terpaksa... bego' banget gue kalo seneng bulu mata gue dicabutin, bener - bener udah tebel eh malah semakin dikit. Tapi gapapa deh, es krim gratiss dapet..." Ali menunjukkan kantong plastik yang berisi banyak es krim di dalamnya.

Prilly tercengang.

"Ini seriusan gratis?" Tanyanya tak percaya.

"Iyalah, muka polos kek gue mah mana berani nyolong. Bagi dua nih, ya kali gue makan semua." Prilly mengetuk jarinya di dagu seolah berpikir.

"Karena gue kelewat baiknya... Oke gue bantuin." Prilly mengambil salah satu es yang ada di dalam kantong plastik itu.

"ALI KAMPRET! MUKA GUE KOTOR, NIH" Prilly berpekik saat cairan dingin itu menyentuh ujung hidungnya. Sedangkan sang pelaku malah tertawa lepas melihat wajah kesalnya.

[✓] Best man.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang