I'm your husband || Twenty Seven : Impossible!

9.4K 617 96
                                    

Aliand Zaky Alkatiri

Bin

Tio Alkatiri

Tubuh Prilly melemas, lututnya tak mampu menahan beban tubuhnya hingga ia hampir saja terjatuh jika Devan tak sigap memeganginya.

Kepalanya menggeleng pelan dengan kalimat 'enggak mungkin' yang terus terdengar berkali - kali dari bibirnya. Semuanya terasa mengejutkan dan juga.. menyakitkan.

"Dev, ini pemakaman si-siapa?" Nafas Prilly tercekat. Ia berharap ini hanya ini mimpi buruknya saja.

"As you see, tertera jelas itu nama Ali disana,"

"NGGAK!! Ali masih hidup! Dia gak boleh pergi! Dia-" Prilly menggeleng cepat, meyakinkan kalau semuanya haya mimpi buruknya saja.

Devan menggeleng putus asa lalu membawa kepala Prilly bersandar di dadanya saat melihat wanita itu seperti kehilangan separuh jiwanya. "Gue juga berharap seperti itu Pril, gue berharap ini cuma mimpi buruk yang pernah ada di hidup gue, tapi sialnya ini nyata. Ali pergi ninggalin kita semuanya.." lirih Devan menutup matanya.

"Enggak!!" Prilly membekap mulutnya tak percaya. Setelah putranya berpindah tangan ke Devan, tubuh Prilly ambruk di gundukan tanah yang masih nampak baru itu.

Tangan putihnya menyentuh batu nisan yang masih nampak baru dengan bergetar. "Ha-hai.."

"A-ali, kamu pasti gak disini 'kan? I-ini pasti bukan kamu! Kamu masih hidup 'kan, Li?" Bahu Prilly bergetar, ia memeluk nisan yang bertuliskan nama malaikat cintanya.

"A-Ali bercanda 'kan? Kamu.. Kamu gak mungkin disana! Ali bangun.. sini sama aku aja, disana gelap, dingin, mending tidur sama aku aja. Aku.. aku janji bakal meluk kamu bahkan an-angin malam pun tak akan bisa buat kamu dingin, tapi A-Ali harus bangun.." Prilly meremas gundukan tanah itu menggunakan tangan kirinya dengan bahu yang semakin bergetar hebat.

"Ali katanya bakal se-lalu nemenin aku, mana buktinya? Ka-kamu cinta ' kan sama aku? Kenapa kamu ninggalin aku? Bangun Ali.. Kamu.. Kamu gak boleh ninggalin aku.. Kamu lihat, jagoan tampan kecil sudah lahir, dia.. dia sangat tampan sepertimu, apa kamu gak mau ngeliat dia? Dia persis cerminan dari kamu loh," Prilly tersenyum penuh luka saat tangannya terus mengelus batu nisan itu. Meski begitu, air mata terus mengalir seolah tak mau habis.

"Kalo Ali bangun, Prilly janji bakal nurut sama Ali, Prilly bakal jadi istri yang terbaik buat Ali hingga Ali pun gak akan bisa cari istri selain Prilly. Ali inget nggak kalo Ali pernah bilang mau ngajak Prilly untuk ngeliat pemandangan dari puncak gunung dengan anak kita? Sekarang anak kita udah lahir, Li. Ali tinggal bangun dan kita bakal pergi ke puncak gunung sama - sama, kalau perlu kita bakal bangun rumah disana, hhhii.." Prilly tertawa miris mengingat keinginan Ali waktu itu. Ali memang pernah bermimpi untuk mengajak keluarga kecilnya untuk ke puncak gunung dan menikmati matahari kembali ke tempatnya langsung, tapi pada saat itu Prilly dengan teganya menolaknya dengan kata - kata kasar yang selalu ia lontarkan kepada Ali. Sialnya Ali tidak marah, justru ia tetap tersenyum meski perkataan Prilly menohok hatinya.

"Ali jahat! Kalo Ali ninggalin aku, nanti aku nya rindu terus aku nangis karena rindu sama Ali, gimana? Ali udah janji gak akan buat Prilly nangis 'kan? Mana janji kamu! Mana?! Sekarang lihat! Aku nangis di depan mata kamu, ayo bangun dan hapus air mata aku! Ayo bangun!" Prilly berteriak penuh luka. Tangisnya semakin kencang ditengah - tengah pemakaman itu.

[✓] Best man.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang