I'm your husband || Twenty : Is over

8.2K 672 63
                                    

Air mata tak henti - hentinya membasahi pipi Prilly. Tangannya terus bergerak memukul dada bidang lelaki yang kini tengah merengkuhnya.

"Dia jahat, Dev. Dia jahat! Gue benci sama dia!" Prilly terus memberikan serangannya, tak perduli kepada siapa ia melampiaskannya.

Sedangkan Devan yang menjadi korban kemarahan Prilly tak marah, justru ia merengkuh tubuh mungil adik iparnya lebih erat. "Lampiaskan semua yang lo rasain, tapi setelah ini janji sama gue kalo gak akan ada lagi air mata kesedihan."

Tenaga Prilly perlahan mulai habis, namun tangisnya tak kunjung berhenti meski tangannya sudah tak lagi memukuli Devan. Ia mencengkram kerah baju Devan sangat erat, Devan pun sedikit meregangkan rengkuhannya saat merasakan tubuh Prilly mulai bergerak.

Prilly mengangkat tubuhnya dari Devan. "Makasih ya, Dev. Lo ada disaat gue butuh tempat untuk melampiaskan emosi gue."

Devaan tersenyum mengelus rambut Prilly. "It's okay. Gue akan selalu ada disaat lo butuh. Anggap aja sebagai permintaan maaf karena ninggalin lo dulu."

Prilly mengangguk yang diikuti senyum tipisnya. Ia mengangkat tubuhnya dari kursi taman, Devan pun mengikutinya. "Mau kemana?"

"Pulang, mau nurutin permintaan dia."

"Dia siapa? Ali?" Prilly mengangkat bahunya.

Devan yang mengerti maksud dari itu menghela nafasnya. "Pril, lebih baik lo pikir - pikir lagi, gak baik kalo bertindak gegabah kek gini."

"Buat apa sih gue mesti mikir lagi kalo endingnya juga bakal sama? Gue cuma gak mau mempersulit ini kok, gue juga gak terlalu bodoh karena mau diselingkuhin sama temen sendiri."

Devan mengerti, tapi menurutnya jika setiap keputusan diambil secara gegabah hasilnya gak akan baik, Devan mengalami hal itu dan ia tak ingin Prilly menyesal dengan keputusannya diwaktu emosi seperti sekarang.

"Setidaknya lo pikirin tentang bayi lo nanti, walau bagaimanapun bayi lo butuh sosok ayah, Pril."

"Gue akan jadi ibu sekaligus ayah buat dia. Gue pastiin anak gue gak akan nanyain soal ayahnya."

"Impossible," gumam Devan tertawa kecil.

Prilly mendengar itu namun ia berpura - pura tak perduli. Untuk masa depannya biarlah nanti, yang terpenting sekarang Prilly harus menyelesaikan semuanya; tentang hubungannya dengan Ali.

"Gue permisi," pamit Prilly meninggalkan taman. Devan hanya diam menatap siluet tubuh mungil itu yang perlahan menghilang dari pandangan matanya.

🍃🍃🍃

Prilly mengigit bibir bawahnya kuat - kuat, menahan tangis yang sebentar lagi akan keluar. Tangannya bergetar saat memegang bolpoint hitam yang sebentar lagi akan membuat semuanya berubah. Tangannya yang bergetar itu terarah ke kertas yang sudah berisi tulisan yang tersusun rapi bertinta hitam, tepatnya di bagian bawah kertas dimana ia harus menandatangi bagian kertas yang kosong itu. Tangannya semakin bergetar hebat hingga sulit rasanya menanda tangani kertas itu.

Sret..

Dan semuanya berakhir.

Kebahagian selama satu tahun bersamanya hanya akan diingat dan dirindukan tanpa tau obatnya.

Suka dan duka yang selalu mereka lewati semuanya hanya akan tersimpan dalam kenangan.

Tangis dan tawa yang mereka lewati selama ini berubah menjadi bencana ketika kembali teringat.

Semua senyuman dan pelukan hangat yang selalu diberikannya untuk Prilly hanya dapat dirindukan tanpa ingat bagaimana rasanya lagi.

[✓] Best man.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang