Prilly menatap pantulan dirinya di depan cermin. Dress pink soft selutut tanpa lengan yang terbalut cardigan biru muda dengan rambut yang dibiarkan tergerai tak lupa dengan sentuhan sedikit make up andalannya menjadi pilihan Prilly kali ini. Matanya melirik jam putih yang melingkar di pergelangannya.
07. 30 P.M
Tin.. Tin..
Senyumnya mengembang saat bunyi klakson itu tersendarnya, Prilly berlari kecil ke arah jendela. Tepat dibawah sana jaguar kesayangannya Ali sudah terparkir di halaman rumahnya. Pria itu keluar dari mobilnya dan melambaikan tangannya ke arah Prilly, tak lupa senyum yang menghiasi wajah tampannya.
Prilly hanya membalasnya dengan senyuman, lalu turun menyusul Ali.
"Aku ganti baju dulu, tunggu ya," ujar Ali yang hendak melangkah ke kamar.
"Lo yakin?" Tanya Prilly ragu. "Muka lo capek gitu loh, Li."
Ali mengangguk. "Aku ga papa kok, lagian ini 'kan aku yang ngajak, masa iya aku juga yang cancel."
"Yaudah kalo gitu, gue tunggu di luar aja." Ali mengangguk lalu segera ke kamarnya. Sementara Prilly melangkah ke luar rumah.
Kakinya yang terbalut sepatu nike berwarna putih terus melangkah ke arah taman yang terletak di halaman rumahnya yang terbilang luas.
Ia duduk di kursi kayu mahal disana, tatapannya mengarah ke arah air mancur mini yang terletak di taman halamnya. Patung dua ekor angsa yang dikelilingi oleh air yang tegak secara acak serta hiasan lampu yang berwarna - warni seirama dengan air yang terdorong ke atas sangatlah indah di waktu malam. Dan sangat disayangkan karena Prilly baru menyadari keindahan itu.
Selama ini Prilly memang sibuk dengan dunianya dan cintanya yang tak tau arah, mengabaikan setiap cinta dan keindahan yang sebenarnya bisa ia rasakan sejak dulu, namun karena kebodohannya ia malah asik dengan penantian yang sia - sia dibanding mencari kebahagiaannya sendiri. Dan sekarang Prilly sadar jika penantiannya menunggu Devan kembali itu hanyalah suatu kebodohan, kebodohan yang mungkin akan terus berlanjut jika Ali tak datang mengisi warna dihidupnya yang sempat abu - abu karena kepergian Devan.
Prilly tersentak saat merasakan tangan dingin menyentuh bahunya. Reflek kepalanya tertoleh 90°.
"Jadi pergi gak nih?"
Prilly mengangguk. Matanya memperhatikan penampilan Ali yang juga sederhana namun sangat cool. Kaos polo berwarna hitam polos dengan bawahan celana selutut juga sendal eiger yang juga berwarna senada seperti bajunya membuat Ali semakin bertambah kadar ketampanannya.
Ali mengiring Prilly masuk ke mobil, tak lupa membukakan pintu untuk istri cantiknya. Prilly tersenyum lembut dan masuk ke mobil yang diikuti oleh Ali yang duduk di kursi kemudi.
Mobil Ali pun melaju meninggalkan pekarangan rumah, membelah gemerlapnya jalanan Ibu Kota karena banyaknya lampu kendaraan yang bersinar di malam hari.
Selama di perjalanan, lagu milik Rassya, Ku Kan Menunggumu, mengalun mengisi kesunyian di dalam mobil. Kedua penghuninya sibuk dengan dunianya masing - masing, Ali yang fokus menyetir sedangkan Prilly menikmati pemandangan Ibu Kota di malam hari dari jendela mobil.
"Pasar malem?" Tanya Prilly membuka suara ketika mobil Ali berhenti.
Ali mengangguk, lalu keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Prilly. Prilly pun turun dan langsung berdecak kagum setelah melihat kelap - kelip lampu di pasar malam dari dekat.
"Ayo," ujar Ali mengadahkan tangannya. Prilly menatap tangannya sejenak lalu membalasnya dengan seluas senyuman. Keduanya pun memasuki arena pasar malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Best man.
RomanceFaktanya, yang terbaik justru datang karena sebuah ketidaksengajaan. u c i e z z, 2018