I'm your husband || Twenty Two : Devan returned home

8.2K 594 45
                                    

Sore itu, udara disekitar taman tidak terlalu panas, cuacapun kali ini terlihat berawan, membuat setiap orang merasa betah untuk berlama - lama diluar merasakan udara sore hari sembari menunggu sang fajar kembali ke tempat asalnya.

Tak terkecuali Prilly, kakinya yang menjuntai ke bawah sengaja berayun - ayun pelan sedangkan matanya menatap lamat aktivitas di kakinya yang hanya terbalut sendal jepit berwarna hitam polos. Udaranya tidak terlalu kencang hingga tak membuat rambut Prilly beterbangan.

Kepalanya mendongak dan tak sengaja melihat keluarga kecil dengan seorang putri yang berumur berkisar 3 tahun sedang tertawa lepas di gendongan ayahnya, sedangkan sang ibu ikut tertawa lepas melihat tingkah ayah dan anak itu.

Prilly tersenyum kecut melihat keluarga kecil yang penuh dengan kebahagian itu. Seandainya ia bisa berada di posisi ibu itu dan Ali sebagai ayahnya serta putri kecil yang cantik itu adalah anak mereka, Prilly yakin ia akan menjadi perempuan yang paling bahagia meski hanya untuk sebentar. Namun sepertinya ia harus mengubur semua harapan itu, mengingat pernikahannya yang berada di ujung tanduk, tak mungkin baginya untuk merasakan kebahagian yang didapat oleh ibu itu kecuali jika Tuhan memang menunjukkan kekuasannya.

Keluarga yang sejak tadi menajdi objek yang menyejukkan hati Prilly berlari menepi ke tempat yang teduh saat tetesan air perlahan menetes dari atas langit, namun tidak dengan Prilly, ia masih tetap bergeming di tempatnya meski langit yang semula cerah perlahan mulai mendung akibat sinar matahari tertutupi awan.

Prilly masih tetap menikmati tetesan air itu kembali menghujam tubuhnya tanpa menyadari seseorang tengah mengawasinya dari mobil hitamnya yang terparkir dipinggir taman.

🍃🍃🍃

Devan yang tengah bermalas - malasan di sofa empuknya terusik saat deringan ponsel yang berada di atas mejanya.

Ia mendengus pelan lalu meraih ponselnya. Bola matanya berputar malas saat melihat siapa yang menganggu jadwal santainya kali ini.

"Ada apa lagi sih? Gak tau apa kalo gue ma.ger! ..... Eh kunyuk, kenapa nyasar ke gue sih? 'Kan lo yang deket dengan dia, capek dedeg nih bang .... Tapi kenapa harus gue? Orang ganteng mirip Zayn malik ini capek, lelah. Lo aja deh, sekali - sekali gitu ..... Hufh, iya - iya, otewe kesana. Share location aja .... Prettt!..."

Tut.. tut..

Devan menutup telfonnya lalu beranjak dari posisi nyamannya meraih kunci mobil dan jaket lalu pergi.

🍃🍃🍃

Tetesan air semakin lama semakin banyak, udarapun ikut mendingin. Membuat Prilly yang masih berada di posisinya menggosok kedua bahunya menyalurkan rasa hangat, namun sepertinya itu tidak berhasil karena air juga semakin deras. Mau tak mau Prilly mencari tempat berteduh demi kesehatan bayi kecil yang diperutnya.

Matanya menyisir ke seluruh penjuru taman mencari tempat berteduh di bawah guyuran hujan. Tanpa sadar, entah sejak kapan hujan tak lagi membasahinya, padahal kondisi lingkungan sekitarnya masih terguyur hujan, kepalanya mendongak dan melihat tubuh yang lebih tinggi darinya saat ini tengah berdiri tepat di belakangnya dengan tangan yang membawa jaketnya itu menutupi kepalanya agar terhindar dari hujan.

"Lo kok bisa disini sih? Bukannya pulang. Ini hujan tau, ntar bayi lo kenapa - kenapa," omel Devan dengan posisi yang sama.

Prilly tersenyum samar dibalik rintikan hujan. Devan mengiring Prilly menuju mobilnya.

"Nih selimut, kebetulan gue bawa," ujar Devan menyerahkan selimut putih yang ia taruh di bangku belakang.

Prilly menatap selimut itu sebentar lalu mengambilnya. "Makasih." Devan berdehem sebagai jawaban. Ia menyusuri rambutnya yang basah terkena hujan, Prilly menatap setiap gerakan itu dengan tatapan memuja. Prilly tak munafik, Devan masih tampan seperti dulu, namun sekarang ia hanya memiliki rasa kagum kepada Devan, bukan cinta seperti dulu.

[✓] Best man.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang