Matanya mengerjap perlahan, menyesuaikan cahaya sang mentari yang seakan ingin menusuk retina matanya. Pandangan yang awalnya blur perlahan semakin jelas hingga tubuh mungilnya dapat diangkat ke atas menjadi posisi duduk.
Mata hazel itu kembali menyipit memandang kaca jendela yang hanya tertutupi gorden tipis berwarna putih. Tubuhnya langsung meninggalkan ranjang menuju kaca jendela, menikmati sinar mentari di pagi hari. Namun dahinya langsung bergelombang saat menemukan mobil Jaguar keluaran terbaru milik suaminya masih terparkir indah di halaman, bukannya apa, hanya saja biasanya mobil itu sudah menghilang dibawa pemiliknya ke kantor. Namun kali ini?
'Apa dia pake mobil lain?'
Tak ambil pusing, Prilly mengikat rambutnya asal dan bergegas ke kamar guna membersihkan dirinya. 10 menit berada dikamar mandi, tubuh yang semula berantakan ini tampak lebih segar.
Ia memandang pantulan dirinya dicermin sebentar dan bergegas untuk turun guna mengisi perutnya yang mendemo.
Tatapannya langsung terjatuh pada empat buah roti tawar dimana keempatnya masih utuh.
"Ali gak sarapan, mbok?" Tanyanya melihat kondisi roti yang biasanya tinggal 2 atau 1.
Mbok Nia yang baru saja datang dari arah dapur langsung meletakkan satu gelas susu putih diatas meja."Den Ali gak keluar dari kamar sejak tadi pagi, Non," ujar mbok Nia.
"Hah? Jadi dia belom pergi ke kantor?" Mbok Nia menjawabnya dengan sebuah gelengan.
"Bahkan susunya aja belum sempet diminum," ujar mbok Nia menunjukkan segelas susu yang ia bawa tadi.
Prilly beranjak dari duduknya dan mengambil susu dari tangan Mbok Nia, melupakan rasa lapar yang menyerangnya. "Biar aku aja yang nganter ke kamarnya, Mbok. Mbok biar beresin ini aja," ujarnya langsung berjalan menuju kamar Ali.
Langkahnya terhenti tepat dikamar tamu, tempat dimana Ali tidur selama ini. Ia menghela nafasnya sebentar mengusir perasaan aneh yang mendatanginya lalu perlahan mengetuk pintu yang terbuat dari ukiran kayu itu.
Tok.. Tok..
"Li, buka! Ini gue, Prilly."
Tak ada sahutan dari dalam hanya untuk menyuruhnya masuk, Prilly kembali mengetuk pintu itu berulang - ulang hingga ia jengah dan perlahan menarik knop pintu itu lalu mendorong daun pintunya ke dalam.
Ruangan berbau klasik langsung menyambut kedatangan Prilly, namun bukan itu yang membuat dirinya terfokus, melainkan seseorang yang masih bersembunyi di balik selimut tebalnya meski ruangannya sudah diisi dengan cahaya matahari.
'Tumben masih tidur.'
Prilly melangkah perlahan, ia menaruh gelas itu di atas nakas dan menyentuh punggung Ali yang terbalut selimut dan sweeternya semalam.
'Ini 'kan sweeter yang semalem? Jadi dia gak ganti!'
Prilly menarik tubuh Ali untuk terlentang. Ia tersentak saat merasakan lengan kekar itu terasa hangat. Prilly mencoba menyentuh keningnya dan hasilnya pun sama : terasa panas.
Merasa tidurnya terusik, Ali membuka matanya perlahan. Pandangan pertamanya yaitu wajah panik Prilly.
"Ka-mu.."
"Lo istirahat dulu, gue ambil air hangat sebentar. Jangan bergerak!" Prilly lekas berlalu meninggalkan Ali yang masih dalam keadaan diatas ranjang.
Ali sendiri merasakan suhu pagi ini terasa sangat dingin, matanya pun terasa panas hingga cairan bening itu menggantung di sudut matanya. Tatapan beralih ke jendela dimana saat itu sudah terlihat langit yang dihiasi awan putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Best man.
RomanceFaktanya, yang terbaik justru datang karena sebuah ketidaksengajaan. u c i e z z, 2018