Tak terasa hari demi hari pun berlalu, Prilly sudah mulai terbiasa hidup tanpa ada Ali. Ia bahkan sudah mulai terlihat kembali berisi mengingat dia yang tengah hamil, moodnya pun layaknya ibu hamil pada umumnya; suka berubah - ubah. Bahkan ia selalu mengidam yang aneh - aneh dengan alasan bayinya yang berkeinginan dan sialnya selalu Devan yang menjadi sasaran empuk untuk menuntaskan ngidam Prilly. Seperti saat ini contohnya, Devan yang tengah terlelap di apartemennya langsung melesat bagai ditagih uang kost plus bunganya saat Prilly menelfonnya di tengah malam!
Di perjalanan sesekali ia menguap karena reflek dari rasa kantuknya, ia juga berkali - kali mengucek matanya agar tak tertidur. Sesampainya di rumah Prilly, Devan langsung berlari masuk dengan sebagian kesadaran yang masih tertinggal di mobil.
"Devan" Suara riang Prilly menyambut kedatangan Devan yang nampak satu karena rasa lelahnya. Wanita itu bahkan tak terlihat mengantuk, justru terlihat sangat fress layaknya orang sesudah puas tertidur.
"Awas Prilly, hati - hati! Elahh.. pecicilan banget sih, ntar kali jatoh gimana," omel Devan langsung membuka matanya saat Prilly berlari menuruni anak tangga layaknya anak kecil yang menyambut ayahnya yang lama tak pulang.
Prilly mengecurutkan bibirnya saat di hadapan Devan. "Ish! Gue disini mau minta temenin lo, bukan minta diomeli tau gak?!"
"Iya - iya, maaf. Emangnya dedek bayinya mau apa sih?" Tanya Devan berjongkok mengusap perut Prilly yang sedikit membuncit.
"Atunya au asi goyeng, uncle." Jawab Prilly menirukan gaya anak kecil berbicara.
"Hm, ini kamu yang minta apa mommynya nih?" Tanya Devan mendongak menatap Prilly sembari memainkan alis tebalnya.
Prilly cengengesan saat ditatap seperti itu. "Sebenarnya.. dua - duanya sih."
Devan menggeleng pelan lalu mengacak rambut Prilly gemas. "Yaudah, gue cari dulu buat keponakan gue biar lahirnya gak ileran." Tekan Devano di akhir kalimatnya karena Prilly terus mengatakan kalau anaknya akan ileran kalau ngidam Prilly tidak dituruti dan Devan tidak membiarkan keponakannya yang pastinya ganteng atau cantik itu rusak hanya karena ileran.
Prilly nyengir kuda saat Devan menatapnya dengan alis tebalnya yang semakin terangkat ke atas. "Iya, mwhee. Tapi gue ikut ya."
"Hah? Enggak boleh! Udara malem gak baik untuk ibu hamil." Prilly mengerut kesal saat Devan menolak permintaannya mentah - mentah.
"Iih Devan, gue mau ikut," rengeknya.
"Enggak Prilly, kalo orang rumah nyari lo, gimana?"
"Mereka semua tidur, lagian sebentar doank kok."
"Enggak pokoknya!"
"Devan, ayolah.. sebentar aja."
"No way!"
"Oke fix! Terima nasib lo saat jadi uncle dari ponakan yang ileran nantinya!" Ancaman Prilly membuat Devan meneguk salivanya susah payah.
"Iya - iya, lo boleh ikut," ujar Devan pasrah. Prilly berpekik kegirangan lalu menarik lengan Devan bersemangat.
Devan pasrah saat wanita itu terus menariknya hingga ke mobil. Asal Prilly bahagia ia rela melakukan apapun bahkan bangun ditengah malam dan meluncur ke rumah wanita itu.
·
·
·
·
"Udah 'kan?" Prilly mengangguk sembari melahap nasi goreng dimulutnya.
Devan yang sudah terlalu malas untuk makan hanya memerhatikan wanita cantik itu melahap nasi gorengnya sampai habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Best man.
RomanceFaktanya, yang terbaik justru datang karena sebuah ketidaksengajaan. u c i e z z, 2018