HC | 9. Unconscious

16.1K 1.5K 40
                                    

"Buatkan aku kopi. Jangan terlalu manis dan jangan pula terlalu pahit." Aeron menatap Eudith dengan pandangan menilai. Sejujurnya, apa yang dikatakan Daniel benar-benar tidak bisa di percaya. Wanita seperti ini datanya harus di rahasiakan oleh badan intelijen? Lalu, sebesar apa peranan dirinya untuk negara? Ataukah sebenarnya orang tuanya lah yang berpengaruh.

Semua itu masih menjadi teka-teki. Dan satu-satunya cara mengetahuinya adalah mendekati wanita ini dengan perlahan. Membuatnya jatuh cinta agar bisa mengungkapkan identitas dirinya. Lalu, setelah Aeron mengetahuinya, maka ia akan membuangnya seperti para wanita lainnya. Namun, jika masa lalu wanita ini dapat di manfaatkan maka Aeron akan membuatnya bagaikan pion dalam permainannya.

"Baik, Pak."

Eudith melangkah keluar. Beranjak ke pantri mewah yang memang tersedia di lantai tertinggi tersebut. Dan hal ini memudahkannya untuk bekerja tanpa perlu turun ke lantai dasar.

Menyeduh kopi dalam moka pot lalu menyaringnya. Meletakkannya dalam secangkir espresso dan mencampurkannya dengan susu kualitas terbaik yang memang tersedia. Sebagai sentuhan akhir, Eudith memasukkan caramel.

"Ini kopi anda." Eudith meletakkan secangkir espresso di hadapan Aeron. Matanya menatap Aeron dengan datar. Ia tak tahu apakah rasanya sesuai selera pria itu atau tidak karena saat ini keadaannya memang kurang baik. Apalagi, semalaman ia tidak bisa tidur memikirkan Eileen yang memang sudah jauh berbeda.

"Lumayan."

Eudith mengangguk. "Kalau begitu saya permisi, Pak." Izinnya keluar dari ruangan karena pekerjaannya masih banyak mengantri.

"Puteramu... Apa kau tidak ingin melihatnya?"

Ah, Eudith lupa bahwa ini adalah hari pertama Vincent bekerja sebagai model. "Tidak. Pekerjaan saya masih banyak." Tolaknya karena bagaimanapun ia harus bersikap profesional. Apalagi, mengingat posisi Vincent dan dirinya yang bagaikan bumi dan langit. Dimana anaknya disanjung banyak orang, tapi dirinya justru dihina banyak orang. Eudith takkan mempermalukan puteranya.

"Kau boleh libur hari ini."

Eudith langsung menatap Aeron tak percaya. Lelaki ini pasti ada maunya! "Tidak perlu. Terimakasih." Dan Eudith benar-benar keluar dari sana dengan kepala yang berkunang-kunang. Apakah karena dirinya kurang tidur? Tadi pagi, ia juga tidak sempat sarapan.

Saat hendak melangkah, Eudith merasakan pandangannya menjadi bayang-bayang. Setiap benda yang ada berubah begitu banyak, sebelum akhirnya ia jatuh tak sadarkan diri.

🖤

"Mami... Mami... Wake up..."

Vincent menatap khawatir pada ibunya yang masih terlelap. Wajah kecilnya begitu menggemaskan sehingga membuat orang-orang yang menatapnya tampak terpesona. Apalagi, dengan kenyataan bahwa wajahnya terlihat mirip dengan president mereka.

"Mom..."

Terlihat kelopak mata itu bergerak seiring napasnya yang memburu. Terbuka perlahan sebelum menatap sosok mungil di hadapannya. "Vince?"

"Yes, Mom. It's me." Menggenggam jemari ibunya, Vincent kembali bergumam. "Don't worry, I'll take care of you." Tak ingin di dengar oleh orang sekitarnya, Vincent berbisik pada telinga ibunya. "Aku juga sudah melarang mereka membuka maskermu, Mom. Kau tenang saja."

Eudith menghela napas lega. Setidaknya mereka masih tak melihat wajah aslinya. Memijit kepalanya, Eudith berusaha untuk berdiri. Seseorang masuk diikuti oleh keempat orang lainnya membuat beberapa orang menyingkir memberi jalan. Daniel yang berjalan paling akhir langsung mengusir mereka semua untuk kembali bekerja.

"Apa kau sudah baikan?"

Eudith mengangguk. "Maafkan saya, Pak." Ia menunduk memohon maaf akan pekerjaannya yang lalai.

"Jaga kondisi tubuhmu! Aku tidak ingin kau seperti ini lagi lain kali." Aeron menatap Eudith tak suka. Lalu, matanya beralih pada sosok mungil disebelah wanita itu. Wajah itu adalah wajah ketika dirinya masih seusia bocah tersebut.

Kenapa begitu mirip? Apakah mungkin...

"Kau!" Aeron menggertak Vincent membuat lelaki kecil itu menatapnya datar. "Kembali bekerja."

"Hey, ibuku sedang sakit!!!" Teriaknya menolak sambil berkacak pinggang. "Aku ingin menjaga ibuku."

Aeron mendekat. Wajahnya ia sejajarkan dengan wajah Vincent. "Apa kau tahu siapa aku, bocah?"

"Aku bukan bocah!" Selanya marah. "Lagipula, kau tidak memperkenalkan diri. Bagaimana mungkin aku bisa tahu siapa kau, Uncle!" Mata Vincent menyipit, menatap lekat pada wajah pria di depannya. "Kau mirip denganku." Jemari kecilnya bergerak mengelus dagu dan mengangguk membenarkan pikiran yang muncul di kepala mungilnya. Lalu, bersuara keras, "apa mungkin kau ayahku?"

🖤

Pletak!

"Bocah sialan."

Vincent mengelus kepalanya yang sakit akibat jitakan dari sang ibu. "Berani-beraninya kau mempermalukan ibumu di hari pertamamu bekerja?!" Eudith bertanya tak percaya. Menatap puteranya marah. "Bagaimana mungkin kau berani berkata seperti itu pada atasanmu?!"

Bibir Vincent mencebik. Kedua jari telunjuknya disatukan di depan perut. Wajahnya menunduk dalam. "Maafkan aku, Mom."

Menghela napas kasar, Eudith bergerak menghempaskan pantatnya ke sofa. Ia tahu, bahwa besok ia takkan lolos dari singa yang satu itu mengingat smirk menyebalkan milik Aeron sebelum ia dan Vincent berlari keluar ruangan dan langsung pulang.

Bagaimana dia menghadapi lelaki itu?

"Sudahlah. Lupakan saja!" Eudith tahu bahwa puteranya ingin benar-benar memiliki figur seorang ayah. Tapi, ia pun benar-benar tidak mengingat sama sekali apa yang terjadi beberapa tahun silam.

Kenapa ia bisa sebodoh ini? Apa seharusnya ia mencari tahu saja dari temannya siapa ayah dari puteranya?

Matanya melirik Vincent yang kini duduk sambil menunduk. Hatinya merasa sedih sekaligus kasihan pada puteranya. Bergerak mendekat, Eudith mengelus rambut puteranya. "Maafkan Mami, Nak."

Vincent segera memeluk ibunya erat. Menangis dalam dekapan hangat ibunya. Membiarkan baju tipis dan perut ibunya basah karena bagaimanapun, Vincent adalah anak kecil yang butuh perhatian.

"Mami akan mencari tahu tentang Daddy." Bergerak mengusap rambut Vincent yang harum dan lembut. "Mami akan berusaha apapun untuk membahagiakanmu, Vince. Apapun akan Mami lakukan untukmu."

🖤🖤🖤

Her Confidential ✔ (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang