HC | 30. Stubborn

14.3K 1.6K 212
                                    

"Leo sudah mati." Avoz berujar sambil menatap Aeron lurus-lurus. "Ditemukan bahwa wajahnya penuh dengan lelehan lilin dan posisinya ada di Belanda."

"Belanda?"

Avoz mengangguk, memilih duduk di depan sofa. "Ya, Aldith. Anak buahku bilang kalau beberapa hari lalu, lelaki itu mendadak langsung memesan tiket ke Belanda."

"Siapa yang membunuhnya dengan begitu kejam?" Aeron menatap Avoz serius. Otaknya terus memutar untuk berpikir. "Aku harus tahu siapa yang membunuhnya karena Leo seharusnya menjadi mangsaku! Apa mungkin kau salah mengenalinya?"

Sayangnya, Avoz justru menggeleng. "Maaf, Aldith. Tapi, aku tidak tahu. Mereka tidak meninggalkan jejak sama sekali." Kemudian Aldith mengeluarkan selembar foto. "Aku tidak akan salah mengenalinya karena identitasnya yang terdapat di dompet. Dan tidak hanya Leo, melainkan ada seorang wanita lagi yang merupakan kekasih Leo."

Mata Aeron menyipit. "Kekasih? Apakah itu Christa? Wanita yang sudah menghancurkan rumah tangga adikku?"

"Kau benar." Avoz mengangguk. "Dia tewas juga dengan keadaan yang sama. Sepertinya, pembunuh ini memiliki dendam pribadi pada dua orang yang kita incar."

Aeron terdiam cukup lama. Tidak menyangka bahwa dirinya sudah kalah langkah. Ternyata, Leo lebih dulu disiksa dan dibunuh dengan cara menyakitkan. Mungkin harga yang pantas untuk lelaki yang sudah menyakiti adiknya. Lalu, yang membuat Aeron bertanya-tanya ialah siapa pembunuh itu? Ada urusan apa dirinya dengan Leo? Kenapa rasanya terdengar sangat mengerikan?

"Pembunuhnya adalah seorang wanita Aldith. Itu yang ku tahu."

Lagi-lagi perkataan tak terduga dari Avoz membuat Aeron terkejut. Wanita mana yang berani melakukan hal sekejam itu? Bahkan membunuh dua orang sekaligus. Tampaknya Aeron benar-benar harus mencari tahu siapa wanita itu.

"Darimana kau tahu bahwa dia wanita?"

"Cara membunuhnya, Aldith. Kita tidak akan memilih hal bertele-tele seperti ini untuk membunuh. Namun, wanita pasti akan memilih cara keji untuk mendapat kepuasan."

🖤

"Apa kau sudah menemukan keberadaan Eudith, Rey?" Eileen bertanya pada salah satu bodyguard nya yang merupakan tangan kanannya yang paling ia percayai.

"Maaf, Nona. Tapi, saya tidak menemukan petunjuk apapun tentang keberadaan Nona Eudith." Rey menunduk menyesal karena seumur hidupnya, baru kali ini ia tidak bisa memenuhi keinginan sang majikan.

Eileen mengangguk lalu mengusir Rey hanya dengan mengibaskan tangannya. Matanya bergerak gelisah mengingat sudah hampir 4 bulan ini ia menggantikan posisi Eudith dan selama 4 bulan ini pula, Eileen mencari keberadaan wanita itu namun tidak ada petunjuk sedikitpun.

Kau dimana Eudith?

Kaki jenjangnya melangkah keluar rumah. Ia mengendarai mobilnya sendiri untuk kembali ke rumah Aeron. Eileen tak ingin membuat Aeron curiga dengan ketidak hadirannya di konservatori mengingat hari ini adalah waktunya libur bekerja. Lagipula, Vincent juga sedang berada di rumah sendirian dan Eileen tak berniat meninggalkannya lama-lama.

"Darimana saja kau?"

Pertanyaan tiba-tiba saat Eileen sampai membuat tubuhnya menegang. Namun, dengan cepat ia menetralkan degup jantungnya yang berdetak cemas. "Mencari udara segar." Sahutnya pelan tak ingin terlibat percakapan lebih lanjut dengan lelaki tak berperasaan itu. Sejujurnya, ia masih merasa sakit hati akan perlakuan Aeron tempo hari.

"Dan meninggalkan Vincent sendirian?" Aeron bersedekap dada.

"Maafkan aku." Eileen mengalah dan beranjak untuk menemui Vincent. Punggungnya terasa panas seolah diberi tatapan laser yang tajam. Karena Eileen tahu bahwa Aeron pasti sedang memperhatikannya lamat-lamat seperti yang sering dilakukannya.

"Aku akan keluar negeri bersama Susan beberapa hari. Jaga Vincent dan jangan kemana-mana!"

Ah, Eileen ingat. Aeron pasti ingin menghadiri acara ulang tahun Olena di Paris, 'kan? Dalam hati, ia tersenyum miris. Kenapa tidak dia saja yang di ajak? Kenapa justru wanita lain? Tapi, siapa dia bagi Aeron? Eileen menghela napas pelan. Ya, siapa dia bagi Aeron? kecuali jika dirinya memang benar-benar Eudith yang memiliki hubungan lebih intim dan bisa menuntut. Namun, disini Eileen bukanlah siapa-siapa. Dia hanya seorang penipu yang mengelabui orang-orang untuk berperan sebagai kakak kembarnya.

"Hm, aku akan menjaganya." Dan Eileen benar-benar menghilang dari balik dinding.

🖤

Eudith menaikkan sebelah alisnya  sambil menatap Houston horor. "Ke Paris?" Menggeleng pelan berusaha menolak. "Tidak, Houston. Aku tak mau pergi."

"Nyonya, anda harus karena Mr. Steve sudah lama menantikan kehadiran anda." Houston membuka mobilnya lalu membiarkan Eudith masuk sambil berusaha terus menolak ke Paris karena ada hal yang lebih penting yang harus diurusnya.

"Tidak, Houston. Aku harus menemui pembunuh orang tuaku untuk balas dendam."

Houston tidak menyerah. Menatap Eudith dari balik kaca mobil. "Jika anda bertekad balas dendam, bagaimana dengan kandungan anda?" Liriknya pada perut Eudith yang perlahan mulai membesar mengingat janinnya yang sudah berumur empat bulan.

"I'll take care of it, Houston." Eudith menutup kaca jendela mobilnya dan menyuruh supir segera menjalankan mobil sedan mewah tersebut.

Houston hanya bisa mendukung apapun keputusan Eudith karena sejak dulu, ia sudah bersumpah pada tuan Gilbert bahwa dirinya akan menjaga Eudith hingga titik darah penghabisan. Dan jika Eudith sudah keras kepala seperti ini, maka yang bisa Houston lakukan hanyalah terus memantau Eudith agar tidak terjadi sesuatu, apalagi dengan janin yang berada dalam perutnya.

Sepertinya, Houston akan mengabari Mr. Steve segera.

Mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, Houston mendial nomor Mr. Steve.

"Good afternoon, Sir."

"Ya, Houston. What's going on?"

"Eudith menolak ke Paris. Dia sudah buta akan dendam."

Tak terdengar apapun lagi dari seberang, membuat Houston berpikir bahwa panggilannya terputus. "Hallo, Mr. Geveaux. Are you still there?"

"Jaga dia, Houston. Terutama kandungannya. Jangan biarkan cucuku kenapa-napa!"

"Baik, Sir."

Panggilan terputus, Houston mengusap wajahnya kasar kala mengingat bahwa Eudith benar-benar keras kepala.

Oh God...

🖤🖤🖤

Her Confidential ✔ (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang