HC | 27. Revenge

13.2K 1.2K 42
                                    

Eileen memilih mengenakan gaun dengan lengan tiga perempat untuk tidur malamnya. Besok ia akan mulai untuk membalaskan dendamnya dengan cara yang menyakitkan walau ia tahu resikonya. Namun, semua mudah bagi Eileen karena ia bisa mengurus segalanya mengingat orang tua angkatnya adalah orang yang memiliki nama dan kekuasaan.

Malam ini, Eileen memilih untuk menjenguk Vincent ke kamarnya. Terlihat wajah lelaki itu tampak basah dan sembab. Apa Vincent baru saja menangis? Lalu, apa penyebabnya? Eileen mengusap pipi Vincent lembut kemudian mencium dahi lelaki itu. Ia benar-benar merasa bersalah sudah berpura-pura menjadi ibu kandung Vincent.

"Kau belum tidur?"

Mata Eileen langsung berputar ke kiri melirik Aeron yang berdiri santai di pintu kamar Vincent. Eileen menggeleng pelan, kemudian menyelimuti Vincent hingga ke dada. Ia beranjak mendekati Aeron. Hatinya masih terasa tidak nyaman akan perlakuan lelaki itu siang tadi.

"Aku baru akan tidur."

Aeron tersenyum miring lalu mengangkat Eileen tiba-tiba ala bridal dan membawanya ke kamar utama. Eileen memekik kaget sebelum melingkarkan tangannya di leher Aeron. Tak lama, Aeron melempar Eileen ke atas ranjang lalu menindih dan menciumnya kasar. Ciuman itu turun ke leher dan Aeron menyesalnya hingga menyisakan bekas memerah.

Eileen melenguh kenikmatan. Perlakuan Aeron memang tidak berbanding. Tangannya bergerak menyusuri dada Aeron saat Aeron kembali mencium dan melumat bibirnya. Jemari Eileen bergerak lincah turun ke bawah dan menemukan kejantanan yang sudah menegang dibalik sana. Eileen dengan tergesa-gesa membuka celana Aeron, namun tangan Aeron lebih dulu menahan tangannya.

Lelaki itu melepaskan ciumannya dan menatap Eileen yang terengah sekaligus bingung. Kenapa Aeron menghalanginya?

"Kau membosankan!" Gumamnya kejam dengan tangan yang kembali mengancing kemejanya. "Aku tidak tahu ternyata kau semurahan itu." Lanjut Aeron tanpa perasaan. "Just like a bitch!" Setelahnya, Aeron meninggalkan Eileen yang terhenyak karena perasaan sakit yang tak pernah dirasakannya bahkan saat ia bersama Mike dulu.

🖤

Eileen berjalan santai memasuki perusahaan. Matanya sedikit sembab sebab sakitnya benar-benar menusuk hingga ke tulang. Perlakuan Aeron semalam cukup membuat dirinya tak lagi memiliki harga di hadapan lelaki itu. Kenapa Aeron tidak tergoda? Lantas, bagaimana Eudith bisa sampai memiliki anak dengan lelaki itu?

Ia melihat Loraine yang sedang berjalan menuju pantry dapur perusahaan. Wajah sendunya berubah menjadi amarah yang seakan ingin meledak. Ia akan benar-benar membalaskan dendamnya pada Loraine hari ini juga. Eileen benar-benar butuh pelampiasan amarahnya.

Pintu dapur ditutup pelan oleh Eileen. Ia mengabaikan traumanya melihat air panas yang sedang di seduh oleh Loraine. Seolah sadar akan kehadiran seseorang, Loraine menoleh dan menatap Eileen terkejut,

"Wow, lihat siapa yang ada disini?"

Eileen mengabaikannya dan mengambil secangkir mug lalu memasukkan bubuk kopi, mencampurkan sedikit gula kemudian menaruh air panas ke dalam mugnya. "Aku ingin kopi."

Alis Loraine terangkat sebelah. "Bukankah di ruangan Pak Aeron juga terdapat pantry? Atau kau hanya ingin bertemu denganku?" Loraine memperlihatkan senyum mengejeknya.

"Bertemu denganmu?" Eileen menatapnya sinis, sebelum mengangguk mengiyakan. "Mungkin kau ada benarnya. Aku ingin membalaskan dendam."

Lama Loraine terdiam kemudian tertawa terbahak-bahak. "Memang bisa apa wanita lemah sepertimu, ha?" Tanyanya meremehkan.

Eileen berdecak saat ia diremehkan. "Aku bisa melakukan ini." Mengambil air panas lalu menyiramkan ke tangan Loraine. Membuat wanita itu menjerit kuat.

"Aaarrghhh!! Apa yang kau lakukan? Aarggghh..." Tangannya melepuh dan memerah. Loraine bergerak mencari air dingin namun tak di temukannya.

"Itu belum seberapa Loraine." Eileen mendekat sambil menggenggam secangkir air panas. "Kau bahkan melukai wajahku."

Loraine menggeleng sambil terus menangis kesakitan. "Maafkan aku. Tidak! Ini semua salah Christa. Dia yang menyuruhku dan aku hanya menurutinya..." Berusaha untuk membela diri sambil memegang lengannya yang tampak melepuh. "Aku mohon, Eileen. Maafkan aku."

Eileen menulikan telinganya. Ia tak ingin mendengar apapun karena moodnya juga sedang sangat buruk saat ini. "Siapapun akan mendapatkan balasannya, Loraine. Dan kau orang pertama yang akan merasakannya."

"Tidak-tidak!" Loraine terus bergerak mundur. "Maafkan aku, kumohon, Eileen..."

"Saat aku meminta ampun, dimana perasaan kalian saat itu?" Eileen menatapnya kecewa sedih dan marah sekaligus. "Dimana, hah?!" Kali ini Eileen tak akan segan-segan lagi. Perasaan lembutnya ia kesampingkan karena saat ini hanya dendam yang membara yang terdapat di mata wanita itu.

"Jika Christa tahu kau melakukan ini padaku, dia pasti akan sangat marah dan melakukan hal yang lebih buruk padamu!" Loraine mencoba menakuti Eileen.

Eileen sudah gelap mata. Ia tahu bahwa Christa adalah orang penting yang memiliki kekuasaan atas nama keluarganya. Sedikit gentar mengingat wanita itu, karena orang yang paling memiliki peran penting dalam kecelakaannya kala itu adalah Christa. Dengan alasan ia juga menyukai Mike, lelaki populer saat di sekolahnya dulu.

Walaupun Eileen masih tak bisa menyentuh Christa, tapi ia bisa membalaskan dendam pada Loraine. Setidaknya, hatinya akan merasa terpuaskan. Dan setelah ini, Eileen tak peduli jika ia akan dipenjara walau tentu saja ia bisa memanipulasi keadaan yang sebenarnya.

"Kalau begitu, hubungi dia dan suruh dia untuk melakukan hal yang lebih buruk padaku!" Ancam Eileen dengan berpura-pura tegar walau nyatanya, menyiram air panas di lengan Loraine saja tangannya sedikit gemetar. Eileen tahu, Christa sedang tidak ada di negara ini, maka itu dia berani melempar bumerang pada Loraine. Dan jika pun Christa benar-benar melakukan sesuatu yang buruk, maka Eileen akan membalasnya sebisa mungkin.

Mata Loraine terbelalak saat melihat Eileen menentangnya dengan berani. Melirik air panas yang berada di dalam cangkir yang sedang dipegang Eileen dengan takut.

Eileen menyeringai saat melihat raut wajah Loraine yang pucat pasi. Ia langsung teringat pada dirinya dulu tanpa ada yang menolong bahkan Mike dan Eudith pun telat menolongnya. Tapi, kali ini tak ada siapapun yang dapat menolong Loraine karena Eileen sudah mengunci rapat-rapat pintu dapur. Kakinya berhenti tepat di depan Loraine. Sedikit berjongkok sebelum tersenyum manis dan melemparkan air panas itu ke wajah mulus seorang Loraine.

Teriakan itu terdengar begitu menyakitkan. Namun, Eileen menulikan diri dan untungnya ruangan ini dicipta dengan pengedap suara sehingga tak ada siapapun yang akan dapat mendengar teriakan dan jeritan kesakitan seorang Loraine.

🖤🖤🖤

Her Confidential ✔ (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang