HC | 15. Fired

15.3K 1.4K 40
                                    

Menghela napasnya berulang kali, Eudith memasuki lift setelah mengganti pakaian biasanya dengan seragam khusus cleaning service. Ia berdiri di sudut pojokan mengingat lift pagi ini cukup ramai. Dan saat lift hendak tertutup, mata Eudith menangkap sosok Aeron berjalan bersama dengan seorang wanita anggun menuju lift khusus eksekutif.

Apakah wanita itu bernama Olena?

Eudith mengeratkan tali masker yang mengendur. Pagi ini membuatnya sedikit sesak napas, belum lagi ia berlari beberapa meter dari halte bus ke perusahaan G'Veaux tepat setelah Daniel dan Vincent pergi.

Beberapa kali lift berbunyi untuk berhenti hingga menyisakan dirinya seorang menuju ke lantai tertinggi. Pintu lift terbuka lebar. Eudith melangkah keluar diikuti dengan matanya yang memandang kedua sosok tersebut. Dalam hati, ia berdecak jengkel. Benar-benar jengkel mengingat Aeron hendak menjadikan Olena ibu tiri Vincent.

Oh, sampai matipun ia takkan setuju!

Brak!

"Aduh," Seorang wanita mengeluh saat Eudith tak melakukan apapun. Dokumen itu berhamburan begitu saja. "Bagaimana kau bekerja, hah?!" Teriaknya tiba-tiba membuat Eudith mengerutkan dahinya bingung. Padahal, ia merasa tidak melakukan sesuatu apapun yang salah.

Loraine memang suka mencari masalah! Tidak hanya pada adiknya, tapi juga pada orang-orang yang berstatus lebih rendah di bawahnya. Atau ini hanya aktingnya saja agar diperhatikan oleh Aeron layaknya Siera?

Sepertinya Eudith harus memiliki banyak stok kesabaran. Tak ingin memperpanjang debatan karena keadaan tubuhnya yang kurang sehat, Eudith hanya tersenyum tipis dan bergumam datar,

"Maaf." Setelahnya, ia kembali melangkah, namun cekalan ditangannya lagi-lagi membuat kakinya berhenti untuk bergerak.

"Apa katamu?! Maaf?" Loraine berteriak tidak tanggung. "Dokumen ini begitu penting. Baru saja aku mengambilnya dari kantor Mr. Geveaux dan sekarang kau hanya bilang maaf?!"

Oh, yeah... Hell! Keraskan saja suaranya terus agar seisi lantai dapat mendengarnya. Benarkah wanita ini mencari perhatian Aeron disaat lelaki itu sedang bersama wanita lain? Bodoh! Maki Eudith dalam hati.

Namun, sialnya Aeron beserta calon ibu tiri Vincent justru kembali memperhatikan Eudith yang selalu terlibat dalam masalah. Siera, Loraine, dan mungkin banyak lagi wanita yang akan dihadapinya.

Shit!

Ting.

Pintu lift terbuka menampilkan sosok Daniel yang tersenyum lebar saat melihat Eudith. Ia melambaikan tangannya pada wanita itu lalu bergerak mendekat sambil melirik Loraine yang masih setia duduk di lantai berpura-pura sakit.

"Ada apa ini?" Tanyanya pada Eudith.

"Seharusnya aku yang bertanya padamu!" Balas Eudith sengit. "Ada apa dengan para wanita di kantor ini? Mereka berpura-pura jatuh dihadapan Mr. Geveaux namun kenapa selalu aku yang menjadi tumbalnya?"

Tak disangka Eudith, Daniel justru tertawa lebar sambil merangkul bahunya. "Jawabannya simple, Eileen." Daniel melirik Loraine yang berusaha berdiri tanpa berniat membantu. "Itu karena kau mudah ditindas."

"Apa katamu?!" Teriak Eudith sambil menghempaskan tangan Daniel dari bahunya.

"Aku tidak berpura-pura, Tuan Daniel!" Pekik Loraine cepat. "Dia yang menabrakku karena jalan sambil melamun!"

"Aku sudah minta maaf." Balas Eudith tak mau kalah.

"Apa kau pikir maaf itu cukup?!" Loraine menunjuk berkas yang berserakan di lantai. "Apa kau tahu bahwa berkas ini berisi tender milyaran?"

Eudith menampilkan wajah terkejutnya yang dibuat-buat. "Milyaran?" Tanyanya lalu melirik Aeron yang masih setia menatap mereka. "Benarkah ini milyaran, Tuan? Lalu, kenapa kau membiarkan dia menjatuhkannya begitu saja?"

"Kau?!" Loraine hendak beranjak ingin menjambak rambut Eudith.

"Cukup!" Aeron membentak keduanya. "Pecat mereka berdua, Daniel!"

"What?!" Teriak Loraine dan juga Eudith bersamaan.

Aeron berbalik dan hendak kembali berjalan diikuti oleh Olena. "Kalau ingin bertengkar, cari ring tinju karena kantorku bukan tempat manusia rendahan seperti kalian!" Gumamnya datar, tak berperikemanusiaan, dan kejam.

🖤

"Ini semua gara-gara kau?!" Loraine menatap Eudith marah sambil memegang kotak kosong yang hendak diisi dengan barang pribadinya. "Kalau saja kau mengaku-"

"Mengaku?" Eudith tersenyum sinis. "Kau yang memulai lalu sekarang menyalahkanku?"

"Kau-"

"CUKUP! Astaga..." Daniel yang turut berada di lift merasa frustasi pada dua wanita yang kini saling melempar tatapan tajam. "Apa tidak cukup kalian dipecat, hah? Dipecat!" Ujarnya penuh penekanan. Menatap keduanya dengan kesal.

Eudith menghembuskan napasnya melalui mulut. Tidak nyangka jika dirinya bisa dipecat secepat ini. Padahal, ia berharap dapat sedikit bertahan lama. Tapi, tidak apa-apa karena Eudith masih bisa bekerja di restoran sebagai pelayan.

Pintu lift terbuka, sosok Loraine keluar sambil menghentakkan kakinya. Menyisakan Daniel dan juga Eudith di dalam sana. Tak lama, lift kembali tertutup menuju lantai dasar.

"Jadi~ aku benar-benar dipecat ya?" Bisik Eudith pelan. Merasa kecewa apalagi mendengar sendiri dari mulut Aeron bahwa ia adalah manusia rendahan. Bibirnya melengkung untuk tersenyum. Namun, bukan jenis senyum bahagia melainkan senyum untuk menyadarkan bahwa ia benar-benar makhluk rendahan.

"Eileen..."

"Aku tidak apa-apa." Eudith menghapus air matanya yang keluar secara tiba-tiba. "Aku akan kembali menjadi maskot dan bekerja sebagai pelayan di restoran Inert. Ku harap mereka masih mau menerimaku." Kali ini, Eudith berusaha untuk tersenyum manis. Walau tetap saja, wajah cantiknya tak terlihat namun matanya yang menyipit jelas menunjukkan bahwa ia benar-benar tersenyum tulus.

Daniel menyandarkan kepalanya pada dinding lift. "Aku yakin Aeron tidak bermaksud-"

"Apapun yang kau katakan, semuanya tidak akan berguna, Tuan Daniel." Mengendikkan bahunya dan kembali tersenyum. "Aku sudah di pecat. Lagipula, Vincent sudah mendapatkan sekolah bagus. Itu sudah lebih dari cukup untukku. Mungkin, aku akan keluar dari rumah itu."

"Eileen-"

"Aku tidak berhak di rumah itu, Tuan Daniel." Eudith menggenggam semakin erat kantung plastik yang berisi baju seragamnya. "Hanya Vincent. Dia berhak mendapatkan kehidupan layaknya. Aku hanya ingin Vincent dapat bermain seperti anak-anak lainnya. Tidak bekerja hanya untuk mencukupi kebutuhan kami. Aku~ ibu yang buruk, bukan?"

Ting.

"Aku pergi dulu. Terima kasih sudah membantuku beberapa hari ini, Tuan Daniel." Eudith sedikit menunduk sebagai tanda hormat pada Daniel yang masih terpaku di tempat.

Eudith melangkahkan kakinya keluar perusahaan setelah meletakkan seragam kerjanya di dalam loker. Menarik napas dalam-dalam kemudian bergerak melangkah pelan menjauhi gedung pencakar langit tersebut.

"Dipecat Kakak?" Dan suara itu membuat langkah Eudith membeku.

🖤🖤🖤

Her Confidential ✔ (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang