HC | 17. Houston

14.4K 1.3K 27
                                    

Bulu mata lentik itu mengerjap beberapa kali diikuti dengan kelopak matanya yang perlahan terbuka. Kepalanya terasa pusing belum lagi bau obat-obatan yang menyengat masuk ke dalam hidungnya membuat Eudith langsung merintih karena ia paling benci dengan bau tersebut.

"Anda sudah sadar?" Seseorang menyapa tatkala matanya terbuka lebar. Melirik dan menilai dari pakaian jas hitam yang dikenakan, Eudith sama sekali tidak mengenal lelaki itu.

"Siapa kau?" Tanyanya sambil melirik sekitar. "Dan dimana aku?"

Lelaki yang berumur 39 tahun itu tersenyum manis. "Anda ternyata benar-benar melupakan kami, Nyonya Muda."

Eudith mengernyit. Matanya menyipit sambil berusaha mencerna apa maksud si lelaki paruh baya di hadapannya. Dan ia tidak mendapatkan apapun!

"Siapa kalian? Lalu, kenapa kalian menculikku dengan cara seperti tadi?"

"Tadi?" Pria bernama Houston tersenyum kecil. "Anda bahkan tidak sadarkan diri dua hari."

"Apa?" Eudith bergerak gelisah. "Aku harus pulang dan menemui anakku."

Houston menggeleng. "Tidak semudah itu, Nyonya. Kami terus mengikuti anda selama 16 tahun belakangan karena kami ingin menyampaikan sesuatu."

Menggeleng kuat. Eudith masih tidak bisa mengingat apapun selain dari dirinya yang tenggelam tepat setelah mendapatkan luka di bahunya hanya untuk menyelamatkan sang adik. "I don't even know you! How could you be trusted?!"

Houston lagi-lagi tersenyum. Senyum yang membuat Eudith curiga bahwa pria ini memiliki suatu rahasia besar yang berkaitan dengannya. "Anda bekerja di perusahaan G'Veaux, bukan?"

"Honestly, aku di pecat."

"Saya tahu dan saya juga tahu kalau anda berencana untuk menukar kehidupan kalian tujuh bulan mendatang."

Eudith langsung tersenyum hambar. "Menukar kehidupan? Aku hanya akan menukar posisi karena dia ingin membalas denda-" Mata Eudith melebar saat sadar bahwa lelaki itu mengetahui segalanya.

"Menukar posisi?" Houston terkekeh pelan. "Apa anda pikir Nona Eileen akan menyerahkan begitu saja kehidupan anda setelahnya?"

"Apa maksudmu?" Eudith mengepalkan tangannya. Menatap marah lelaki berambut pirang dengan wajah penuh Wibawa namun tampak mematikan. Siapa laki-laki ini? Kenapa bisa mengetahui semua tentangnya? "Who really you are?"

"Saya hanya tidak yakin jika Nona Eileen akan mengembalikan semua kehidupan anda setelah membalaskan dendamnya?" Houston mengambil setangkai bunga dalam sebuah vas kaca. Mengelus kelopaknya dan kembali bergumam, "Anda tidak curiga kepada saudari anda? Dia bisa membalaskan dendamnya tanpa harus menukar posisi kalian, Nona."

"Kau tidak tahu apapun tentangnya?!" Pekiknya sambil beranjak dari ranjang. "Jadi, sebaiknya kau diam!"

Houstin menggeleng pelan. "Justru anda yang tidak mengetahui apapun tentang saudari anda, Nona. Apa anda pernah tahu bahwa Nona Eileen pernah sadarkan diri lima tahun lalu?" Wajah Eudith yang tampak terkejut lagi-lagi membuat Houston tersenyum kecil. "Dia sadar namun tidak sampai sehari. Menyuruh para bodyguardnya untuk mencari anda. Dan saat dia tahu anda sedang bersenang-senang di sebuah club, Nona Eileen memilih untuk tidak mengganggu anda. Tapi, dia mencari tahu semua yang berkaitan dengan lelaki yang tidur bersama anda malam itu."

"Kau-"

"Dan tak lama, dia kembali tidak sadarkan diri karena sakit yang di deritanya sejak kecil. Bukankah anda tahu itu? Belum lagi, benturan kecelakaan yang mengakibatkan kedua orang tua anda tewas."

"Diam!!" Eudith menutup kedua telinganya. Ingatan demi ingatan menghantam pikirannya membuat kepalanya berdenyut sakit.

"Saya berasumsi bahwa Nona Eileen ingin merebut semua yang anda miliki termasuk, Tuan Aeron dan Tuan Muda Vincent."

"Who the hell are you?!" Teriaknya frustasi. Belum lagi rasa sakit di kepalanya yang kian menyengat. "Just say it!" Meremas rambutnya dengan nyeri yang berdentam. Air matanya mengalir karena rasa takut sekaligus sakit. Eudith tak lagi bisa berpikir dengan tenang. Tidak mungkin saudarinya sejahat itu karena setahunya, Eileen adalah gadis lugu dan polos yang selalu berlindung di balik tubuhnya.

Mengabaikan rasa sakit Eudith, Houston kembali bergumam. "Jika anda mengingat semuanya, maka anda akan mengerti. Sekarang, saya harus pergi. Jika anda ingin kembali, saya sudah menyiapkan mobil di depan yang siap mengantarkan anda kemanapun. Saya permisi."

🖤

"Kau sudah menemukannya?" Aeron menatap gedung-gedung tinggi dari balik kaca di perusahaannya. Kedua tangan ia tenggelamkan di saku celana bahannya. "Puteraku terus menanyakan keadaannya dan ini sudah dua hari."

Daniel menggeleng. "Dia benar-benar hilang. Aku tidak tahu Eileen ada dimana."

Tidak ada suara apapun yang keluar dari bibir Aeron. Mata abu-abunya menerawang tajam. "Dia harus ditemukan!"

"Kau yang mengusirnya, Aeron! Jika sekarang kau mencarinya, kenapa kau harus memecatnya?"

Sebenarnya banyak alasan yang membuat Aeron mengambil keputusan sepihak tersebut. Dia hanya tidak ingin Eudith bekerja dan kejadian dua hari lalu adalah kesempatan Aeron untuk memecat wanita itu. Aeron tidak ingin Eudith mengabaikan Vincent karena tahu bahwa anak seusia Vincent selalu memerlukan kasih sayang. Aeron sudah lebih dulu mengabaikan Vincent, maka itu dia tidak ingin Eudith juga mengabaikan putera mereka.

Walau tidak ada perasaan apapun pada Eudith, Aeron tidak ingin Vincent kekurangan kasih sayang dan harta dalam kehidupannya. Sudah cukup baginya mengabaikan puteranya selama nyaris 6 tahun ini.

"Aku tidak akan kehilangannya lagi, Daniel!" Mata tajamnya berkilat marah. "Dia tidak akan meninggalkan puteranya begitu saja, bukan? Jadi, kau harus menemukannya dan membawanya padaku!"

Daniel mendesah. Duduk di sebuah sofa. "Kau ingat yang ku katakan tentang Eileen kala itu?" Tanyanya tanpa membutuhkan jawaban. Aeron langsung berbalik dan menatapnya datar menunggu Daniel menyelesaikan ucapannya. "Dia misterius, Aeron! Kita tidak tahu dia siapa jadi, kita juga harus berhati-hati."

"Aku penguasa dunia bawah, Daniel. Aku juga penguasa bisnis di dunia ini! Jadi, ada yang lebih ditakutkan daripada aku?"

Daniel menipiskan bibirnya. "Tidak, Aeron. Tapi, Eileen berbeda. Bagaimana jika sebenarnya dia adalah seseorang yang dicari oleh sekelompok manusia? Kau lihat luka itu, bukan? Apa kau tahu darimana asal luka itu?"

"Kau terlalu banyak berpikir, Daniel!" Aeron menyela tegas. "Eudith akan menjadi urusanku dan kau hanya perlu menemukannya dengan cara apapun atau aku tidak segan menghajarmu!"

Daniel meringis setiap kali mendapat ancaman seorang Aeron Aldith Geveaux. Lelaki itu tidak pernah main-main bahkan jika dia berkata membunuh, maka saat itu Aeron akan langsung membunuhnya.

"Bagaimana dengan Olena dan Susan?"

"Ingin ku hajar sekarang, Mr. Farras?" Desisnya pelan dengan mata yang siap membunuh.

Daniel menyerah. Mengangkat kedua tangannya. "Ya, ya. You're the boss." Lelaki tampan itu berdiri lalu beranjak pergi meninggalkan sosok Geveaux yang terpaku menatap kepergiannya.

🖤🖤🖤

Her Confidential ✔ (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang