HC | 2. Cleaning Service

18.2K 1.6K 58
                                    

"Mami, aku dikeluarkan lagi dari sekolah."

Vincent memberikan surat kepada Eileen. Surat yang berisikan pengeluaran dirinya dari sekolah yang sudah mendidiknya selama empat hari.

"Apaaa?!" Eileen berteriak tak percaya. "Kau dikeluarkan?" Memijit pelipisnya, Eileen menghela napas frustasi. "Astaga Vincent, apa yang kau lakukan hingga dalam sebulan bisa sampai 4 kali dikeluarkan?"

Lelaki muda itu mengendikkan bahunya, mengabaikan pertanyaan sang ibu. Memilih duduk di sofa kemudian menyalakan televisi. "Bagaimana jika aku tidak usah pergi ke sekolah lagi, Mom?"

Eileen memegang erat kedua bahu puteranya. "Vincent, katakan pada Mami. Apa yang kau lakukan di sekolahmu?"

"Entahlah. Aku hanya membantah guru karena penjelasan yang diberikan olehnya salah, lalu mengerjakan soal tingkat tahun keenam, kemudian guru menyuruhku untuk mengerjakan soal paling sulit tingkat junior high school, dan aku menyelesaikannya. Tiba-tiba saja aku menerima surat itu." Memiringkan kepalanya, Vincent menatap sang Mami dengan bingung. "Lantas, dimana salahku, Mom?"

"Di otakmu." Sahut Eileen ketus. Menyandarkan kepalanya pada sofa. "Tak bisakah kau berpura-pura seperti anak normal lainnya, Vince? Anggap saja kau tak bisa mengerjakan soal yang guru berikan."

"Apakah artinya aku tidak normal?"

Eileen mengangguk, kemudian menggeleng. "Entahlah, Mami tidak tahu."

Baik Vincent maupun Eileen terdiam. Eileen sama sekali tidak menyangka jika puteranya bisa sejenius itu. Dimana para guru menyerah menghadapinya atau selama ini Eileen salah memasukkan sekolah untuk Vincent? Setidaknya Vincent butuh sekolah yang lebih elite. Namun, darimana ia mendapatkan biayanya?

Ponselnya seketika berbunyi. Eileen menatap panggilan dari Clara kemudian mengangkatnya. "Ya, Clara?"

"Kau dimana?"

"Di rumah. Ada apa?"

"Ada pekerjaan untukmu. Kau bersedia?"

Badan Eileen seketika menegak, membuat Vincent turut memandangnya dengan curiga.

"Pekerjaan? Aku mau. Dimana?"

"Baiklah. Kita akan bertemu sore nanti. Aku akan menjelaskannya padamu."

"Terimakasih, Clara."

"Sama-sama."

Sunggingan di bibir mungilnya terlihat jelas bahwa wanita itu sedang senang. Vincent mengerutkan dahinya dan memilih bertanya, "Pekerjaan apa yang kau dapatkan, Mom?" Membenarkan letak duduknya, si kecil kembali bergumam. "Jangan katakan kalau kau menjadi maskot lagi di tempat-tempat lain!" Ejeknya dengan smirk menyebalkan.

"Anak sialan!" Maki Eileen sambil menjitak kepala puteranya. "Mami pastikan pekerjaan ini akan sangat bagus."

🖤

"Kau sudah menemukan cleaning service yang baru untukku?" Aeron menatap Daniel menuntut akan jawaban. Saat ini, mereka tidak hanya berdua melainkan berlima.

Mereka sedang beranjak ke dalam ruang pertemuan. Daniel, Yuuji, Rebecca, dan Avoz merupakan orang yang terdekat Aeron. Bahkan kelimanya sudah seperti keluarga. Hanya saja, sifat mereka yang berbeda membuat kelimanya terlihat sangat cocok. Jika Daniel periang, maka Avoz pendiam. Jika Rebecca teliti, maka Yuuji mampu menganalisis. Daniel dan Avoz ahli dalam pertarungan dunia malam, sedangkan Yuuji dan Rebecca ahli dalam mengelola perusahaan.

"Sedang dalam proses." Sahutnya tanpa merasa bersalah. Kemudian, menyengir lebar. "Lama kita tidak berpesta. Bagaimana jika malam ini kita ke klab?"

"Jangan buang waktumu, Daniel." Hardik Rebecca tajam. "Kau selalu membuang waktu untuk hal tak berguna."

Tangan kanan Daniel bergerak merangkul bahu wanita paling cantik disana, tidak! Bahkan paling cantik dari yang setiap wanita yang pernah ditemuinya. "Katakan saja kalau kau cemburu karena aku mendekati wanita-wanita cantik di klab."

"Hentikan omong kosongmu!"

Bugh.

Rebecca menyikut perut Daniel tak tanggung-tanggung. Membuat lelaki itu meringis kesakitan.

"Aku bukan wanita rendahan seperti mereka yang memberikan tubuhnya pada pria manapun!" Desis Rebecca pelan. Menekan setiap ucapannya. "Apalagi pada laki-laki sepertimu."

Ting.

Pintu lift terbuka.

"Hentikan perdebatan kalian. Kita akan menghadapi hari yang berat." Aeron menyunggingkan smirk sinisnya. Menatap beberapa manusia yang kini sedang duduk saling berhadapan di ruangan berlapis kaca tersebut. "Apa kau sudah menyiapkan bahan perangnya, Yuuji?"

"Sudah." Lelaki berkebangsaan Jepang itu menyeringai. Menaikkan sedikit kacamatanya untuk menyempurnakan letaknya. Matanya yang coklat langsung berkilat misterius. "Kita akan memenangkan tender kali ini."

"Bagus. Mari kita hadapi mereka!"

🖤

"Berpakaian rapi, tinggi dan berat badan yang ideal, mampu berbahasa Mandarin, dan juga berpenampilan menarik?"

Clara mengangguk. Menatap lekat pada Eileen. "Bukankah kau pintar bahasa mandarin?"

"Bagaimana dengan maskerku?"

Kali ini, Clara terdiam. "Kurasa tidak masalah. Paling kau hanya memperlihatkan wajahmu pada manager umum sekilas. Setelahnya, kau boleh bekerja mengenakan masker."

"Lalu, pekerjaan apa yang akan kulakukan dengan semua kriteria ini?"

"Cleaning service. Tidak berat bukan?"

"Cleaning service?" Tanya Eileen tak percaya. "Lantas, untuk apa bahasa Mandarin jika aku hanya akan menjadi cleaning service?" Ini benar-benar diluar dugaan Eileen. Jika ia menceritakan kepada puteranya tentang pekerjaannya kali ini, bisa dipastikan bahwa puteranya itu akan menertawakannya habis-habisan. Apalagi mengingat tadi pagi saat Vincent mengoloknya karena mengira dia akan menerima menjadi maskot di toko-toko resmi yang baru dibuka.

"Kau tahu sendiri perusahaan G'veaux. Perusahaan terbesar di negara ini dan berbagai ras karyawan di dalamnya. Maka itu, kau diharuskan pintar berbahasa Mandarin."

Menarik napas dalam-dalam, Eileen memilih untuk berpikir. Ini benar-benar diluar dugaannya menjadi cleaning service. "Apakah gajinya besar?"

Clara mengangguk. "Setidaknya cukup untuk memberimu dan anakmu makan. Banyak yang mengincara posisi ini."

"Aku akan memikirkannya. Tapi, aku masih bisa memiliki pekerjaan lain, bukan?"

"Diluar jam kerjamu, kau bisa kembali menjadi maskot."

Eileen meringis pelan. Apakah sehina itu menjadi maskot sehingga orang-orang berpikir bahwa dirinya hanya bisa menjadi maskot? Padahal, Eileen juga kerja sebagai pelayan direstoran ternama di negara ini.

Semoga keputusan ini adalah keputusan yang benar. "Aku bersedia."

Wanita cantik yang juga bekerja di perusahaan G'veaux sebagai karyawan itu tersenyum. "Baiklah, besok datanglah ke kantor. Aku menunggumu disana."

"Hm, terima kasih, Clara."

"Senang bisa membantumu, Eileen. Karena kau adalah sahabatku."

Dan Eileen benar-benar bersyukur karena Clara membantunya mencari pekerjaan disaat dirinya memang butuh untuk memenuhi kebutuhannya dan juga Vincent.

🖤🖤🖤

Her Confidential ✔ (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang