HC | 32. Party

15.2K 1.5K 219
                                    

Sesuai apa yang dikatakan oleh Steve, Eudith benar-benar nekad menghadiri pesta ulang tahun Olena dengan syarat ia tidak akan muncul di depan umum. Ia hanya akan memperhatikan orang-orang yang memiliki sebuah tato ular di lehernya. Dan Eudith berharap benar-benar dapat melihatnya. Eudith juga mendapatkan undangan khusus dari Steve agar bisa masuk ke dalam ballroom.

Menatap kagum pada interior dan desainnya yang luar biasa mewah. Eudith tahu siapa orang tua Olena sehingga dapat melakukan apapun sesuka hatinya. Seorang bangsawan terkemuka yang memiliki banyak hubungan dengan orang-orang penting di dunia. Sedikit terselip perasaan cemburu karena seumur hidupnya, ia sama sekali tidak pernah merayakan ulang tahun.

Eudith berdiri di sudut ruangan yang remang-remang dengan gaun cantik berwarna hitam dan memiliki glitter yang kemilau. Namun, justru membuat penyamarannya berhasil. Ia menyesap wine yang tersedia sambil memperhatikan siapapun yang patut dicurigai. Sama sekali tidak memperdulikan sang protokol yang sedang membawa acara di depan sana.

Seketika, pintu terbuka lebar. Sosok Aeron dalam balutan jas hitamnya menggandeng seorang wanita cantik bergaun merah mempesona. Eudith tersenyum miring, sepertinya akan terjadi perang besar melihat bagaimana tatapan Olena yang langsung menajam namun, berusaha tersenyum ramah hanya pencitraan.

Aeron dan Susan langsung melangkah ke bangku paling depan dimana para orang tua mereka bergabung. Dan selama acara berlangsung, Eudith berharap bahwa lelaki itu tidak melihatnya sama sekali.

Tampak jelas wajah Olena bahagia dalam balutan gaun panjang tanpa lengan berwarna putih dengan hiasan mahkota di kepalanya.

"Kau sendirian?" Sosok pria tak dikenal menyapanya sambil menatapnya lekat. "Dimana suamimu?" lanjutnya saat melihat perut Eudith yang membuncit.

Eudith tersenyum walau sebenarnya ia benci jika seorang seperti lelaki ini mengorek privasinya. "Saya rasa itu bukan urusan anda, Tuan." Setelahnya, Eudith memilih untuk bergerak ke toilet. Menatap pantulan dirinya di cermin lebar tersebut yang entah kenapa terlihat mengenaskan. Lalu, pandangannya jatuh pada perutnya yang membuncit. Dimana sang lelaki yang menghamilinya justru sedang menggandeng wanita lain. Miris bukan? Tapi, apapun itu Eudith tidak peduli. Tidak! Ia sangat peduli mengingat bagaimana jantungnya yang berdebar karena Aeron.

Namun, ini bukan saatnya untuk bermelow karena ia harus menemukan pelaku kejahatan dibalik kedua orang tuanya. Keluar dari toilet, ia kembali melangkah ke ballroom melewati para bodyguard yang berdiri di sudut ruangan. Matanya melirik sekitar dengan tajam dan waspada karena bisa saja penculik itu mengenalinya.

"Arah jam 2, Elle." Suara Steve terdengar dari belakang telinganya. Sesaat ia berbalik untuk melihat lelaki itu, Steve justru tidak ada. Ia tahu, Steve tak ingin terlihat bersamanya karena akan merusak rencana mereka. Karena sejak awal mereka sudah berjanji untuk tidak saling kenal di pesta ini.

Mata Eudith segera menangkap arah yang sebelumnya Steve katakan. Melihat beberapa orang pria berjas hitam yang tidak dikenalinya. Sesaat ia hendak melangkah, seluruh lampu mati begitu saja membuat keadaan menjadi gelap gulita.

Eudith kembali mundur beberapa langkah nyaris tersandung sebelum merasakan perutnya dilingkar oleh lengan kokoh.

"Apa kau tidak apa-apa?"

Suara itu langsung membuat debaran jantungnya kian kencang.

Aeron...

Kenapa harus sekarang? Pikir Eudith lalu menghempaskan tangan kokoh Aeron dari perutnya yang membuncit.

"Nona, apa kau tidak apa-apa?" tanyanya sekali lagi berusaha untuk memastikan keadaan wanita yang nyaris ia tabrak. Jelas Aeron tahu itu adalah wanita karena badannya yang langsing dan juga perutnya yang sedikit membesar.

Eudith bahkan merasakan napas hangat Aeron mengenai tengkuknya. "T-tidak. Saya tidak apa-apa." Dan Eudith berdoa bahwa lelaki itu tidak menyadari suaranya.

"Kau~"

"Sayang, kau dimana?" sela seorang wanita membuat Eudith memiliki kesempatan untuk melepaskan tangan Aeron dan bergerak menjauh.

Dan tak lama setelahnya, lampu kembali menyala. Membuat wajah Eudith jelas terlihat pucat karena takut ketahuan. Namun, bukan itu yang seharusnya ia pikirkan. Melainkan, pria yang ditunjuk oleh Steve. Dan mereka tak ada lagi disana, lalu dimana? Eudith benar-benar frustasi karena jejak pria itu menghilang.

Nyatanya, rasa frustasi Eudith bertahan tidak lama karena setelahnya ia melihat seorang pria bertato ular yang melewatinya tanpa melirik ke kiri dan kanan. Dengan perlahan, Eudith mengikuti gerakan lelaki itu tanpa di curigai. Mengambil kue, minuman, apapun yang bisa dilakukannya untuk menghindari kecurigaan.

Sampai akhirnya, lelaki itu keluar ballroom dan menuju halaman belakang. Dengan mengendap-endap, Eudith mengikuti sambil sesekali bersembunyi di balik pohon dan semak-semak yang digunting rapi membentuk taman. Langkah lelaki itu berhenti dan menoleh ke belakang merasa diikuti, Eudith dengan jantung berdebar kembali bersembunyi.

Mendengar langkah pria itu berjalan mendekatinya, Eudith menahan napas agar tidak ketahuan. Hanya beberapa langkah lagi, ia akan ketahuan. Keringat dingin mulai keluar dari pelipisnya. Trauma, rasa sakit, hancur, sedih, dan takut bercampur dalam diri Eudith dan hanya dua langkah lagi lelaki itu menemukannya.

Tiba-tiba saja, Eudith membelalak saat mulutnya terasa penuh karena lumatan dari seseorang. Matanya langsung terpejam. Lelaki itu mendorong tubuh Eudith hingga punggungnya bersentuhan dengan pohon. Dan tak lama lelaki itu melepaskan pagutannya kala seseorang memperhatikan mereka. Lelaki yang menciumnya langsung menarik Eudith ke belakang tubuhnya.

"Ada apa?" Suara bariton bernada tajam yang Eudith kenal langsung menuduh lelaki yang diikutinya sejak awal. "Apa kau tak pernah melihat orang berciuman?"

Pria itu terkekeh pelan, "Maaf Aldith. Saya kira ada orang yang mengikuti saya. Kalau begitu, lanjutkan. Saya permisi."

Aeron mengangguk tanpa emosi apapun di wajahnya selain ekspresi datar. Setelah, lelaki itu menjauh, Aeron langsung menatap wanita yang selama ini telah mempermainkannya.

"Jadi, apa masih belum cukup bermain kucing-kucingannya, Eudith Ellena Gilbert?"

***

Yeayy, ketemuu!

Her Confidential ✔ (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang