HC | 6. Traitor

16.1K 1.5K 29
                                    

Eileen berharap bahwa Loraine tidak lagi berada di ruangan Aeron. Terpaksa, Eileen melangkah kesana saat Yuuji memintanya untuk memberikan berkas kepada Siera.

"Syukurlah." Desahnya saat tak melihat Loraine disana.

"Ada apa?"

Eileen menggeleng pelan, merasa malu karena gumamannya terdengar sampai ke telinga Yuuji. "Tidak apa-apa."

Mata Yuuji menyipit. Sebelum memberikan berkas yang hendak diperiksa oleh Siera mengingat Rebecca sedang berada di luar kota. "Cepat berikan ini!"

"B-baik Tuan."

Dengan bergegas, Eileen beranjak ke ruangan Siera. Mengetuk pintu perlahan, sebelum suara di dalam menyahut tenang. "Masuk."

Eileen langsung berdecak kagum akan ruangan Siera yang tampak begitu unik. Pohon buatan terletak di sudut ruangan yang mungkin untuk menyegarkan mata. Beberapa tanaman buatan yang kecil juga menghiasi dinding-dinding ruang kerja miliknya.

Tatapan Siera terlihat begitu tajam menatapnya. Membuat Eileen gugup seketika. "Ada apa kau memasuki ruanganku? Setelah membuatku malu, sekarang kau berani kemari?!" Bentaknya membuat Eileen mundur selangkah.

Ia bahkan bingung, kapan membuat Siera malu?

Dahinya berkerut. "Maksud anda?" Tanyanya bingung. Ah, apakah kejadian tempo hari itu yang membuat Siera marah? Dia tidak benar-benar membuatnya malu, hanya sekedar memberi peringatan.

Siera berdecih sinis. "Dan sekarang, kau berpura-pura amnesia? Cepat katakan ada apa atau keluar dari sini!"

Menelan salivanya gugup, Eileen memberikan berkas yang dititip oleh Yuuji. "Ini dititipkan oleh Tuan Yuuji untuk anda. Saya permisi."

Siera tampaknya tak berniat menjawab. Membiarkan Eileen pergi begitu saja hingga tubuhnya hilang di balik pintu kayu tersebut.

🖤

Setelah semua pekerjaannya selesai, Eileen memilih untuk pulang ke rumah. Disana, puteranya sedang menunggu. Berlari ke arahnya lalu memeluknya erat.

"Kau sudah pulang, Mom?"

Eileen mengangguk. Mengelus rambut hitam kebiruan itu dengan lembut. "Apa saja yang kau lakukan hari ini?"

"Hanya bermain bersama Bibi."

"Dimana Bibi sekarang?"

Vincent memilih mundur selangkah. Lalu menjawab, "pulang. Anak beliau sakit lagi."

"Lagi?"

Vincent mengangguk. "Biarkan saja, Mom. Bagaimana pekerjaanmu? Apakah menyenangkan?"

Menghela napas lelah, Eileen beranjak duduk di atas sofa. "Tidak ada yang menyenangkan bekerja sebagai cleaning service, Vince."

"Maafkan aku, Mi." Vincent menunduk sedih. "Karenaku Mami menderita dan harus bekerja siang malam."

Eileen tersenyum manis. Andai saja Vincent tahu yang sebenarnya, dia takkan sesedih ini. Semua ini berjalan seperti yang seharusnya. Ya, pasti begitu. Menepuk Puncak kepala puteranya, Eileen bergumam. "Percayalah, kau kita semua akan bahagia suatu saat nanti." Bisiknya pelan, "dan hingga saat itu tiba, bersabarlah, sayang."

🖤

Bugh.

Aeron menyapu debu yang berada di jas mahalnya. Menatap sinis pada pria yang kini berada di bawah kakinya. "Bereskan dia, Avoz."

"T-tidak, Tuan Aeron... Mohon maafkan saya..." Lelaki itu terbatuk parah hingga mengeluarkan darah. Wajahnya penuh lebam dan juga bibirnya terkoyak lebar. "Jangan sentuh keluarga saya..."

"Aku tidak akan menyentuh keluargamu! Tapi, aku akan menyentuh puterimu."

"Tidak! Jangan!"

Namun, tak ada yang memperdulikan teriakan lelaki paruh baya yang sudah lama menjadi pengkhianatnya pada cartel Zebra. Membocorkan setiap rahasianya hingga gerakannya selalu terbaca.

"Avoz, pastikan dia tersiksa karena mati terlalu mudah untuknya."

Aeron benar-benar meninggalkan tempat tersebut bersama Daniel. Keduanya masuk ke dalam mobil mewah keluaran terbaru tahun ini. "Dimana puterinya?"

"Sudah berada di tangan orang-orang kita."

Aeron menyeringai. "Bagus. Kita akan kesana sekarang."

🖤

Perempuan itu duduk dengan santai. Tangannya bersedekap dada seolah tahu sang raja kegelapan hendak menemuinya. Ia sudah menantikan hal ini dengan sangat lama.

Pintu terbuka lebar, sosok Aeron dan Daniel masuk bersamaan. Alisnya terangkat kala melihat wanita itu justru menyambutnya dengan senyuman.

"Kau puteri si pengkhianat itu?" Tanya Aeron tak percaya mengingat reaksinya yang sungguh diluar dugaan. Aeron mengira bahwa ia akan mendapati puteri lugu dan mengemis padanya untuk di bebaskan. Namun, yang didapatinya hanyalah wanita nakal dengan kelakuan binal.

"Ayahku yang pengkhianat bukan aku." Wanita itu tersenyum. Mendekati Aeron. "Ternyata kau sangat-sangat tampan. Wajar saja dunia mencarimu." Bisiknya sensual.

Bibir Aeron tersungging sinis. "Apa kau tahu, mungkin ayahmu sudah mati sekarang."

Wanita itu justru mengendikkan bahunya tak acuh. "Aku tidak peduli. Sejak dulu dia tak pernah menyayangiku. Dan, apa kau tahu bahwa aku yang memberikan setiap petunjuk padamu bahwa ayahku adalah pengkhianat?" Tersenyum merasa menang, wanita itu kembali berujar. "Dan sekarang, aku ingin dirimu sebagai bayarannya."

"Hey hey hey!!" Sela Daniel tiba-tiba. "Apa kau tidak menganggapku, manis?"

"Siapa kau?"

Daniel berdecak, mengumpat dalam hati. "Bukan siapa-siapa." Melirik Aeron dan bergumam. "Aku menunggumu di depan." Setelahnya lelaki itu berbalik pergi.

"Jadi..." Wanita itu kembali membuka suaranya. "Bagaimana dengan penawaranku?"

"Tidak buruk." Balas Aeron datar. Matanya menyipit tajam. Tangannya bergerak mengambil pistol dari balik jas. "Tapi, setelah kau menjadi mayat! Karena aku lebih suka berurusan dengan mayatmu dari pada denganmu langsung."

Dor.

Tak butuh waktu lama, wanita itu mati di tempat dengan tembakan tepat di tengah dahi wanita tersebut.

"Apa yang kau lakukan?!" Daniel berteriak tiba-tiba saat melihat wanita itu mati mengenaskan. "Seharusnya kau membiarkanku mencicipinya dulu." Decaknya frustasi.

Aeron tak menggubris. Ia menyuruh anak buahnya untuk membereskan mayat tersebut sebelum kembali ke dalam mobil sambil mengabaikan gerutuan Daniel. Sesampainya di mobil, Aeron menghubungi Yuuji,

"Apakah dia datang?"

Yuuji jelas tahu maksud Aeron dengan 'dia' adalah Eileen. "Ya, Aeron. Namun, dia sudah pulang sejak tadi."

"Suruh dia kembali. Jika tidak mau, katakan padanya gajinya akan aku double."

Tanpa perlu menanyakan banyak hal, Yuuji mengangguk. "Baik."

"Dia, siapa?" Lagi. Daniel bertanya, sebelum matanya melebar. "Apakah~ Eileen?" Menatap Aeron dengan horor. "Jangan katakan kau ingin melampiaskan nafsumu padanya?! Astaga... Kau ingin menjadi penghancur rumah tangga orang?"

Seketika, lirikan tajam Aeron membuat Daniel bungkam tak bersuara. "Bukan urusanmu, Daniel. Kau hanya perlu mencari tahu tentang wanita itu beserta puteranya!"

"Kau mulai penasaran, heh?"

"Cari saja apa yang ku suruh!"

Daniel mengangguk. "Baiklah. Tapi, setelah ini aku ingin jadwal libur ke Hawai untuk mencari wanita seksi disana."

"Ambil sesukamu!"

YESSSS!!

Daniel bersorak dalam hati. Akhirnya, dia bisa berlibur dan menikmati waktu liburnya bersama para wanita cantik.

🖤🖤🖤

Her Confidential ✔ (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang