HC | 34. Jessie & Malik

13.3K 1.2K 49
                                    

Suasana sore itu cukup gelap karena matahari nyaris tak terlihat lagi. Hujan rintik-rintik membasahi mobil yang melaju cepat di daerah pegunungan yang berliku.

"Apa kau yakin bahwa Eudith akan baik-baik saja? Bahkan sudah nyaris seminggu dia tidak sadarkan diri." Joanna menatap Eudith yang masih terlelap melalui kaca spion depan. Eileen disampingnya hanya bisa memangku kepala saudari kembarnya tanpa suara.

"Dia akan baik-baik saja. Namun, chip tersebut harus di lepas dalam jangka 10 tahun."

"10 tahun? Jika lebih dari itu?"

"Maka akan menjadi senjata yang mematikan untuk dirinya sendiri." Tangan Gilbert mengepal kuat pada kemudi. Berharap bahwa puterinya ingat untuk melepas chip yang tertanam di otaknya. "Aku akan mencarinya untuk memberikan chip tersebut sebelum 10 tahun."

"Dimana kau ingin mencari Steve? Bahkan dia menghilang selama empat tahun."

Gilbert menghela napas pelan, menatap isterinya dengan lekat. "Dia akan kembali dan mengambil chipnya karena itu berisi data-data penting milik negara." Memang pekerjaannya sebagai bioteknologi sudah diketahui oleh pemerintah negara dan di sewa karenanya.

"Steve akan kembali, Joanna. Dan dia harus-"

"GILBERRRT!" Joanna memekik saat mobil di depannya sudah menghidupkan lampu tembak. Mereka hampir bertabrakan jika saja Gilbert tidak langsung membanting stir ke kiri.

Mobil seketika oleng membuat Joanna dan Eileen berteriak ketakutan. Usaha Gilbert untuk menginjak rem sia-sia karena seseorang sudah menyabotase mobilnya.

"Pegangan yang kuat!" gumam Gilbert sebelum dengan sengaja menabrak gunung bebatuan hingga menyebabkan mereka semua mengalami luka yang berat. Kaca depan bagian mobil pecah dan menusuk dada Gilbert juga perut Joanna.

Mata Gilbert terbuka perlahan, memastikan bahwa tidak ada keluarganya yang terluka. Namun, itu hanyalah angan-angan karena nyatanya, isterinya bahkan sudah tidak sadarkan diri. Lalu, matanya melirik kedua puterinya.

Eileen berdarah, namun Eudith menghilang. Pintu mobil hancur terbuka lebar. Dimana puterinya itu?

"Aarrgh!" Gilbert merintih kesakitan sambil melihat keluar mobil untuk mencari Eudith. Dengan tertatih ia berjalan dan dilihatnya Eudith terbaring dengan luka di kepalanya. Tergesa, Gilbert segera menghampiri puterinya. "Eudith...."

Mata yang seminggu terpejam itu terbuka. Denyutan rasa sakit di kepalanya begitu merajalela. Menatap sosok pria paruh baya yang kini menatapnya sambil menangis. "Ayah,"

Gilbert mengangguk. "Ini Ayah, Sayang. Kau sadar?" Ia melirik ke sekelilingnya dan berharap ada bantuan. "Ayah pastikan kau akan selamat."

Mata Eudith langsung melebar saat melihat darah mengucur di dada sang Ayah. "Apa yang terjadi, ayah? Dadamu tertusuk kaca. Dimana kita?"

"Maafkan Ayah, Sayang," bisiknya lemah. "Maafkan ayah, Nak." Di ciumnya dahi Eudith penuh kasih sayang. Dan tak lama setelahnya, Gilbert langsung terbaring pasrah di sebelahnya dengan air mata yang masih mengalir. Panggilan berulang kali dari Eudith sama sekali tak berbalas karena tak lagi ada denyut nadi disana.

Lalu, tak lama kemudian, Eudith kembali tidak sadarkan diri karena rasa sakit yang terus menderanya sampai tak tertahankan.

Her Confidential ✔ (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang