HC | 10. Susan

15.9K 1.6K 63
                                    

Aeron mengancingkan kembali kemeja yang terlepas dari tubuhnya setelah melakukan percintaan dengan kekasih terlamanya. Wanita itu hanya bisa menatap punggung lebar Aeron dengan sedih. Menjadi kekasih seorang Raja bisnis sudah pasti impian setiap orang, namun hal yang dinginkan oleh wanita ini lebih dari itu. Ia tidak hanya ingin jadi kekasih, namun menjadi nyonya besar di kediaman mewah Aeron.

"Aku tidak menggunakan kontrasepsi." Gumaman Susan terdengar pelan. Menahan setiap kata yang keluar dari bibirnya hanya untuk melihat reaksi Aeron yang terlihat tenang dan masih menunggunya berbicara. "Aku sengaja karena aku ingin memiliki anak darimu."

Aeron memakai jas hitam miliknya. "Tahu kenapa kau yang paling lama bertahan denganku, Susan?"

Susan mengangguk. "Karena aku yang paling mengerti dirimu dan tidak banyak menuntut."

"Pintar." Aeron tersenyum manis. Mendekatkan wajahnya dengan wajah cantik Susan. Mengelus rambut halus nan lembut milik Susan. "Lalu, jika kau hamil, kau tentu tahu apa yang harus kau lakukan bukan?"

Mata Susan membelalak menatap Aeron dengan pandangan tak percaya sekaligus terkejut.

"Tampaknya kau mengerti." Bisik Aeron pelan. Memberikan kecupan di rahang wanita itu sebelum menjauh darinya. "Aku pergi."

🖤

"Pria itu ingin membunuhku sepertinya!" Gumam Eudith saat ia baru saja selesai bekerja dan memilih menghabiskan waktu di lantai teratas sambil menatap langit cerah di atas sana. Membuka seragamnya hingga menyisakan tanktop putihnya.

"Jangan mengeluh sembarangan, atau dia akan mendengarmu?!" Ucapan sekaligus sodoran minuman di depannya langsung membuat Eudith menengadah. "Aku baik hati kan? Membawakan minum untuk bawahanku?"

Melengos. Eudith menerima minuman kaleng tersebut. "Aku tidak takut dia mendengarnya." Meneguk hingga setengah minuman kaleng tersebut melalui pipet karena ia tak mungkin membuka masker.

"Benarkah?"

Lagi-lagi Eudith mengangguk. Daniel tertawa kecil. "Aku ingin berbagi satu rahasia denganmu."

"Apa itu?"

Daniel menatap Eudith serius. "Berjanjilah, Eileen. Berjanjilah bahwa kau tidak akan mengatakannya pada siapapun termasuk kami berlima."

Eudith mengangguk. "Aku berjanji."

"Kami berlima adalah pemimpin dari Leonard Imperial."

Bibir Eudith langsung membentuk huruf O. Sedangkan, matanya membelalak lebar. "Leonard geng mafia terbesar itu?"

Daniel mengangguk sambil tertawa kecil. "Lalu, adakah rahasia yang sangat ingin kau bagi denganku?"

Berpikir keras, Eudith mengangguk. "Ada. Aku memiliki anak!"

Pletak.

"Semua orang juga tahu."

Eudith mencebik sembari mengelus kepalanya yang sakit akibat jitakan lelaki di sampingnya. Keduanya kembali menatap langit-langit luas di atas sana dengan angin segar yang menyapa mereka. "Aku tidak memiliki rahasia apapun."

Lelaki itu menyeringai, lalu menunjuk sesuatu pada punggung belakang Eudith yang memiliki bekas luka. "Luka itu, bukankah luka tusukan? Lalu, bagaimana dengan maskermu? Aku penasaran, sejelek apa dirimu sehingga memakai masker kemana-mana?"

Eudith mundur selangkah. Memegang luka di punggungnya dengan kernyitan bingung. "Aku tidak ingat dengan luka ini. Dan wajah ini, aku tidak bisa membukanya. Jadi, maafkan aku, Tuan Daniel."

"Jangan diambil serius, Eileen. Aku hanya bercanda." Mengibaskan tangan kanannya lalu memasukkannya ke dalam saku celana disaat tangan kirinya masih memegang minuman kaleng.

Menghela napas lega, Eudith kembali meminum minumannya melalui pipet. "Bagaimana kau menemukan Vincent? Apa kau mengikutiku selama ini, Tuan Daniel?"

"Untuk itu aku minta maaf Eileen. Tapi, ya. Aku mengikutimu. Penasaran akan wajah anakmu yang begitu mirip dengan Aeron. Apa kau sama sekali tidak curiga?"

Eudith mengangguk. "Probably yes. But, semakin kemari aku semakin sadar bahwa Vincent tidak mungkin anak biologisnya Aeron."

"Kenapa begitu?"

"Kau bisa melihatnya sendiri, Tuan Daniel. Tuan Aeron begitu angkuh, sombong, sombong dan angkuh. Sedangkan anakku begitu lucu, menggemaskan dan lucu."

Daniel tertawa keras. "Kau hanya mengulang pernyataanmu, Eileen." Kekehnya geli. "Bagaimana kalau kita melakukan tes DNA? Aku akan mengambil barang pribadi milik Aeron dan kau memberikanku barang pribadi anakmu."

"Apa kau sudah bosan hidup, Tuan Daniel?" Eudith mendengus. "Daripada menunggu Tuan Aeron yang membunuhmu, lebih baik aku saja yang mendorongmu dari sini."

"Kau kejam." Kekehan geli Daniel tak berhenti. "Tapi, aku serius. Bagaimana?"

Tawaran yang menarik. Lagipula, bukankah ia sudah berjanji pada Vincent untuk menemukan ayahnya? Lagipula, kalaupun bukan, itu bukanlah masalah yang besar. Karena kemungkinan Vincent menjadi putera kandung Aeron adalah 0,01%.

"Baiklah. Aku menerima tawaranmu."

Daniel mengangguk. "Ini akan menjadi rahasia kita berdua sampai aku tahu hasilnya. Dan jika memang hasilnya 99,9% maka aku akan mengatakannya pada Aeron."

Mengingat hal itu, mendadak bulu kuduk Eudith langsung meremang. Jika benar Vincent putera Aeron, lalu apa yang akan dilakukannya? Tidak! Lebih tepatnya, apa yang akan Aeron lakukan? Apakah dia akan membunuhnya?

Tidak boleh!

Aeron tidak boleh melakukan apapun terhadap puteranya. Tidak selama dirinya masih bernyawa!

"Aku mempekerjakanmu bukan untuk bersantai!"

Deg.

Suara bariton yang berat itu membuat keduanya menoleh. Eudith segera mencari seragamnya yang diletakkan sembarangan. Lalu, memakainya tergesa tanpa tahu bahwa tatapan Aeron terpaku pada luka di punggungnya.

Wanita itu... Apakah dia?

"Berhenti!" Teriak Aeron saat Eudith hendak mengancingkan kembali seragamnya. Daniel pun turut bingung dibuatnya.

"Ada apa?" Tanya Daniel yang justru di abaikan oleh Aeron. Dengan langkah tegap, pria itu menuju ke arah Eudith yang masih mematung di tempat sambil menatap lelaki bermata abu-abu itu tajam.

Dengan paksa, Aeron melepas kembali kemeja yang dipakai Eudith.

"Apa-apaan ka-"

"Luka ini~" Gumaman Aeron terputus. Mengingat jelas malam itu seorang wanita yang tidur bersamanya dengan luka yang sama pula hingga ia lupa mengenakan pengaman. "Buka maskermu!"

"Tidak!"

Eudith hendak menutup bibirnya yang dilapisi masker. Namun, kalah cepat dengan Aeron yang akhirnya merobek paksa masker yang dikenakannya.

"Kau?!"

🖤🖤🖤

Next part 100 vote 😂

Her Confidential ✔ (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang