HC | 4. Siera

17.3K 1.7K 55
                                    

Eileen mengusap peluh yang membanjiri wajahnya. Sejak pagi dirinya tidak bisa berhenti hanya sekedar istirahat mengingat begitu banyak ruangan pribadi milik lelaki bernama Aeron Aldith Geveaux. Bahkan, Eileen menemukan celana dalam wanita disana.

Menjijikkan!

Seharusnya dia sudah bisa menebak sejak awal bahwa para laki-laki yang dilihatnya sebelumnya adalah laki-laki yang suka mempermainkan wanita sesuka hati. Karena dilihat darimana pun, wajah mereka terlalu sempurna untuk ditolak, terutama Aeron.

Meski benci mengakuinya, namun Eileen tetap menyatukan pemikiran dan hatinya bahwa Aeron sangat tampan. Membayangkan wajah dingin itu dengan rambut biru gelap nyaris hitam yang acak-acakan, mata abu-abu yang tajam dan mampu mengintimidasi siapapun, bibir tipis yang melengkung jantan serta tulang pipi tinggi yang membentuk sudut wajahnya sedemikian rupa. Apalagi diimbangi dengan jas hitam legam yang membungkus tubuh ramping berototnya dengan sangat pas. Membuatnya terlihat seperti malaikat tampan dengan nuansa jahat yang mempesona.

"Ck, sial! Apa yang ku pikirkan?" Gumamnya pelan. Lalu, merogoh saku seragamnya yang terasa bergetar. Mengangkat panggilan dari nomor rumahnya.

"Hallo-"

"Mami, dimana? Kapan pulang?"

"Sebentar lagi. Ada apa, Vince?"

"Tidak, hanya ingin tahu pekerjaan seperti apa yang kau terima. Ku harap kau tidak menjadi maskot. Sangat tidak cocok dengan dirimu."

"Kau tahu, Vince. Mami menjadi cleaning service di perusahaan G'veaux." Eileen bahkan sudah siap jika dia menerima ejekan dari puteranya. Tak peduli apapun, karena saat ini fokusnya adalah bekerja.

Namun, tak ada satupun ucapan yang di utarakan oleh puteranya.

"Son, are you still there?"

"Mom, I gotta go! Call you later. Bye."

Eileen mengernyit seketika, melirik ponselnya dengan bingung. Ada apa dengan puteranya? Memasukkan ponsel ke dalam sakunya, Eileen kembali mengepel lantai. Tiba-tiba saja, suara keras sekaligus ringisan terdengar. Membuat dirinya langsung menoleh dan menatap bingung pada sekretaris II Tuan Aeron yang terjatuh begitu saja.

"Bagaimana caramu bekerja, hah?!" Teriaknya marah. "Apa kau sengaja membuatku cedera?"

Eileen melirik name tag wanita itu yang bernama Siera. Ingin membuka suaranya, namun hentakan kaki dari dalam ruangan terdengar mendekat.

Aeron dan para sekutunya keluar menatap Siera dan Eileen bergantian. "Apa yang sudah terjadi?" Rebecca menatap keduanya menuntut. "Apa kau tidak bisa bekerja dengan becus? Di hari pertama kau sudah melakukan kesalahan."

"Saya tidak!" Sergahnya cepat. Eileen membela diri karena merasa tidak melakukan kesalahan apapun. "Dia saja yang jalan tidak lihat-lihat. Padahal jelas saya sudah memberi tanda wet floor namun, wanita ini tetap melangkah."

"Katakan saja kau memang sengaja mencelakakanku?!" Teriak Siera menuntut. "Lihat, kakiku sekarang membiru."

Menarik napas dalam-dalam, Eileen berusaha sabar. Melipat kedua tangan di depan dada. "Nona, jika memang saya ingin mencelakakan anda untuk apa saya beri tanda warning disana? Lagipula, lima detik sebelum anda terjatuh, anda berpura-pura menjatuhkan sapu tangan dan menggelincirkan heels anda untuk memudahkan anda terjatuh dan tidak terkena cedera apapun." Tanpa peduli tatapan beberapa manusia yang dilayangkan untuknya, Eileen melangkah mendekati wanita itu. "Jelas, ini adalah tinta stempel biru yang kau oleskan sebelum berniat mencelakakan dirimu sendiri." Mengusap kaki jenjang Siera hingga tinta biru itu menempel pada jemarinya. Eileen menyeringai kemudian memperlihatkan jemarinya yang turut biru bahwa segala yang dipaparkannya adalah benar. "Lihat kan? Aku tidak bersalah."

Daniel, Avoz dan Yuuji menatap kagum akan kemampuan analisa seorang cleaning service. Tak percaya pada apa yang mereka lihat saat ini. Sebelum mereka sempat bersuara, Eileen kembali menatap Siera dengan tersenyum manis.

"Lain kali, kalau anda ingin benar-benar terluka, bagaimana jika langsung lompat saja dari gedung ini?" Mendekatkan wajahnya pada wajah Siera. "Saya jamin, Tuan Aeron akan segera menolongmu dan memberi perhatian padamu jika itu yang kau cari. Dari pada berpura-pura dan hanya membuat dirimu sendiri malu?" Masih mempertahankan senyumnya, Eileen kembali berdiri tegak, menatap Aeron beserta kawanannya dengan hormat. Ia menunduk sedikit dan bergumam, "Waktu kerja saya sudah habis. Saya mohon pamit. Permisi semuanya."

Saat ia sudah maju beberapa langkah, Eileen berhenti sejenak, kembali menatap Siera yang masih terduduk konyol dihadapan para keempat pangeran kematian itu. "Dan gunakan cara yang lebih berkelas. Karena untuk sekelas dirimu, cara ini terlalu murahan."

Dan Eileen benar-benar meninggalkan mereka yang tercengang akan sikapnya. Benar-benar diluar dugaan!

Tanpa ia tahu, bahwa Aeron tidak sedetikpun memutuskan pandangan padanya, menatap punggungnya yang menjauh dengan raut tak terbaca.

"Kau tahu Aeron, dia benar-benar menarik, bukan? Cleaning service mu kali ini tidak akan menyerah begitu saja untuk menghadapi Siera. Aku yakin dia yang akan bertahan paling lama."

Mengabaikan ucapan Daniel, Aeron melangkah kembali masuk ke dalam ruangannya. Namun, tidak dengan Rebecca dan Daniel. Wanita itu justru mendekat kepada Siera yang berusaha bangkit dari jatuh ke pura-puraannya.

"Apa kau tidak pernah jera?" Sinis Rebecca menatap Siera tajam. "Aeron takkan pernah mau peduli padamu. Bahkan, wanita tadi lebih baik daripada dirimu. Memuakkan!"

Siera menunduk. "Maafkan saya, Nona."

"Kau tidak berhak minta maaf padaku. Karena seharusnya kau meminta maaf pada Eileen!"

Siera mengangguk. Masih tidak berani menatap Rebecca. "Saya akan melakukannya."

"Hentikan sikap bodohmu ini, Siera! Atau aku akan memecatmu." Putusnya sebelum meninggalkan Siera di tempat yang kini menanggung malu.

Daniel yang masih berdiam diri di tempat menatap Siera sambil tersenyum lebar. "Tidak apa-apa. Jangan dimasukkan ke hati ucapan Rebecca." Ujarnya dengan nada ramah. Sambil menepuk pundak Siera beberapa kali sebelum senyumnya menghilang digantikan wajah dingin yang membekukan. "Tapi, jika sekali lagi kau melakukan hal ini pada Eileen, aku pastikan kau benar-benar terjun dari lantai ini seperti yang Eileen katakan. Paham?!"

Tak memperdulikan raut takut dan pucat Siera. Wajah Daniel kembali sumringah. Ia hendak berbalik, meninggalkan Siera namun teringat sesuatu yang belum sempat di ucapkannya. "Ah, daripada mencari perhatian Aeron yang takkan melirikmu sedikitpun, bagaimana kalau kau menjadi jalangku saja? Kau tahu bukan di mana apartemenku? Datanglah. Terbuka setiap malam untukmu." Menyeringai, Daniel meninggalkan Siera yang membeku di tempat atas penghinaan terang-terangan dirinya.

Mereka benar-benar iblis!

🖤🖤🖤

Her Confidential ✔ (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang