HC | 37. Unsconsious 2

12.9K 1.3K 78
                                    

Keduanya berjalan beriringan ke luar bandara. Baik Aeron maupun Eudith sama-sama menjadi pusat perhatian manusia disana. Bahkan, ada beberapa paparazzi yang memotret keduanya diam-diam. Kembali menciptakan skandal percintaan seorang Aeron Aldith Geveaux.

"Aku benci hal ini," gumam Eudith pelan dan berusaha menutupi wajahnya dengan apapun. "Tidak adakah jalan lain?"

"Tidak." Aeron menghentikan langkahnya. Kemudian mengambil tangan wanita disebelahnya lalu menggenggamnya. "Besok foto kita akan tersebar dimana-mana. Jadi, berpegangan tangan mungkin akan membuat kita jauh lebih romantic," lanjutnya dengan nada sedatar mungkin.

"Kau terlalu suka menciptakan drama," dengusnya hendak melepaskan, namun Aeron justru menggenggamnya sambil menyentak tangannya hingga membuat Eudith berakhir dalam pelukannya.

"Aku pikir, drama ini tidak terlalu buruk,” sambungnya sebelum mencium bibir ranum di depan umum tanpa tahu malu, membuat kilatan blitz kamera yang begitu banyak menyapa keduanya.

Seketika, Eudith terbungkam tanpa bisa mengatakan apapun. Lalu, kilatan kamera itu menyapanya membuat Eudith sadar dan segera mendorong dada bidang Aeron hingga ciuman itu terlepas. Sudut bibir lelaki itu terlihat menyeringai dan tanpa kata, Eudith langsung menghentakkannkaki meninggalkan lelaki sialan yang suka menggodanya.

Tiba-tiba saja, Eudith merasakan ponsel yang berada di tangannya berbunyi. Menandakan panggilan masuk dari Mike. Dan dengan segera, Eudith mengangkatnya tanpa memperdulikan Aeron yang menatapnya menuntut akan penjelasan mengenai si penelepon.

"Ya, Mike?" jawabnya mengabaikan lelaki di sampingnya.

"Dimana kau?"

Sambil melangkahkan kakinya mengikuti Aeron yang sudah jalan lebih dulu, Eudith menjawab, "Aku baru saja sampai di Inggris."

Terdengar jelas helaan napas Mike melalui ponselnya. Membuat dahi Eudith berkerut bingung, "Ada apa, Mike?"

"Eudith... Aku ingin kita bertemu karena ada yang harus aku katakan padamu," gumamnya tampak seperti terburu-buru.

"Apakah ini tentang pembunuh kedua orang tuaku?"

"Ya dan tidak. Ada beberapa hal penting. Jadi, aku perlu bertemu denganmu secepat mungkin."

Eudith mengangguk walau Mike tak melihat. "Baiklah. Kita akan berjumpa sore nanti karena tubuhku butuh istirahat."

"Ya, Eudith. See ya."

Setelah mematikan ponselnya, mata Eudith bersitatap dengan abu-abu tajam yang sudah menunggunya sambil bersandar di pintu mobil. Aeron melipat tangannya di depan dada dan menaikkan sebelah alisnya. "Jadi, siapa Mike?"

Eudith tersenyum saat mengetahui pikirannya bahwa lelaki ini cemburu. Tapi, apakah mungkin? Rasanya itu mustahil. Lelaki seperti Aeron tidak mungkin menyukainya karena Aeron hanya membutuhkannya untuk pelampiasan nafsu dan tempat produksi anak. Ah, itu terdengar menyebalkan!

Eudith hendak menggelengkan kepalanya karena pikiran bodohnya, tapi ponselnya lebih dulu terlepas dari genggaman hingga hancur berantakan. Kepalanya berdenyut sakit. Pusing yang sudah sering dialaminya sejak beberapa tahun lalu karena ingatannya. Lalu, ketika ingatannya sembuh, kenapa pusing ini masih menderanya? Matanya menunduk dan melihat ponselnya yang hancur dengan buram. Pelipisnya mulai berkeringat dengan wajah yang begitu pucat. Dan sesuatu yang amis mengalir dari hidungnya.

Oh, astaga! Eudith meraba darah yang mengalir, lalu menatapnya membelalak. Eudith membutuhkan pegangan saat langkahnya mulai oleng.

Dan jika saja lengan kokoh itu tidak menahannya, dipastikan Eudith akan ambruk saat itu juga. Ada apa dengan dirinya? Kenapa tiba-tiba seperti ini? Lalu nyatanya, pemikiran itu tidak berlangsung lama karena pada akhirnya Eudith benar-benar tidak sadarkan diri walau Aeron terus berusaha memanggilnya.

Aeron langsung menggendong Eudith masuk ke dalam mobil dan menyandarkannya sambil menatap supir pribadinya dengan tajam. "Ke rumah sakit. CEPAT!" bentak Aeron pada sang supir. Membuat supir itu gemetar saat memasukkan persneling sebelum akhirnya melajukan mobil tersebut dengan kecepatan rata-rata.

*

Aeron menggendong Eudith ala bridal lalu meletakkan ke atas brankar rumah sakit yang disediakan saat ia baru saja tiba. Memang lelaki itu lebih dulu menghubungi dokter Fraud yang merupakan dokter pribadi keluarganya untuk memeriksa wanita yang kini terbaring tidak sadarkan diri.

Mata tua dokter Fraud jelas terkejut kala melihat wanita itu. Ia tahu betul siapa wanita itu. Wanita yang enam belas tahun lalu terbaring sama di atas brankar akibat korban kekerasan dari pihak tak bertanggung jawab. Dia harus menghubungi Steve untuk mengklarifikasi perihal Eudith.

Dengan sigap dokter Fraud memeriksa wanita itu. Menyenter matanya untuk melihat pergerakan pupilnya, mengecek denyut jantung, bahkan Fraud memeriksa denyut di leher wanita itu. "Apa yang terjadi, Tuan Muda?" tanyanya pada Aeron setelah memastikan kondisinya. "Dia sedang hamil? Apakah anak anda?"

Aeron mengangguk singkat. "Ya, Fraud. Dia tiba-tiba saja pingsan. Ada apa?"

"Kau membawanya naik pesawat dalam keadaan hamil?"

"Anak kami anak yang kuat!" desisnya tajam dan yakin bahwa anak mereka memang anak yang kuat seperti ayah dan ibunya. "Katakan kenapa dia pingsan? Tidak mungkin karena kehamilannya."

Pria tua itu menghela napas pelan. "Ini bukan perihal kehamilannya. Saya harus mengatakan ini kepada Mr. Steve."

"Apa yang terjadi?"

"Ada sesuatu yang terjadi padanya di masa lalu, Tuan Muda." Mata tua Fraud menatap Eudith prihatin. "Dan tampaknya, itu belum di keluarkan dari otaknya."

"Apa maksudmu?!" Bentak Aeron marah. "Jangan bertele-tele dan katakan saja apa yang terjadi! Apa hubungannya dengan Daddy-ku?"

"Maafkan saya, Tuan Muda. Tapi, saya bukan orang yang berhak memberitahukan segala hal pada anda." Fraud mulai menyuruh para suster untuk mengambil ponsel miliknya. "Saya akan menghubungi ayah Anda dan biarkan dia menjelaskan semuanya."

Bibir tipis Aeron terkatup rapat. Memikirkan segala kemungkinan apa yang sudah terjadi dan hubungannya dengan sang ayah. Matanya menatap Eudith lekat. Ternyata, banyak rahasia yang masih belum diketahuinya tentang wanita dewasa yang sedang hamil anaknya itu. Melirik Fraud yang tampak serius berbicara di luar sana Aeron mendekati Eudith. Pandangannya turun pada perut yang terlihat membuncit, mengelus perut tersebut, Aeron bergumam pelan,

"Take care of your mother, Kid."

**

Tbc

Her Confidential ✔ (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang