15. For You

691 63 0
                                    

Min Yoongi membawa gadis itu keluar dari ruangan terkutuk itu. Persetan Hyo dan segala aktingnya yang menjerumuskan orang-orang yang tak bersalah.

Pria itu berkulit putih itu terus membawa Yun Seo ketempat parkiran yang sudah ada mobil yang disiapkan disana, sudah ada Jun menunggu didepan mobil itu. Yun Seo masih belum berkutik, ia hanya menatap tangannya yang ditarik.

Lalu gadis itu dengan perlahan memasuki mobil itu dibagian belakang.

Jun tidak mengizinkan Min Yoongi yang akan menyetir, ia tahu Min Yoongi masih dalam amarah yang sangat ditakuti Jun.

Min Yoongi hanya menemani Yun Seo dibelakang, memberi pelukkan berharap gadis itu bisa sedikit tenang, dan rasa khawatirnya segera hilang. Tiba-tiba dengan perlahan suara tangisan terdengar dari dalam pelukkan itu, Min Yoongi bernapas lega. Ia juga sedikit khawatir, melihat gadis itu hanya berdiam.

Tidak lama setelah itu, suara tangisan tiba-tiba lenyap, ternyata Yun Seo sudah tertidur dibahu Min Yoongi. Sisa Jun dan Min Yoongi, mereka tidak saling berbicara, cukup membuat suasana menjadi canggung. Tidak betah, berdiam lama-lama seperti ini Jun mendesah kesal.

"Apa kalian berdua ingin makan?"

"Kenapa," tanya Min Yoongi.

"Ayo kita pergi ke restoran."

"Tunggu, aku lupa membawa uang."

"Tenang, ada bos disini. Anak buah cukup diam dan dengarkan intruksi atasan," ucap Jun sembari terkekeh geli.

Min Yoongi memutar bola matanya jengah.

Setelah beberapa menit sudah terlewati, akhirnya mobil mereka sampai ditempat yang ingin mereka kunjungi.

Yun Seo terkejut, dan terbangun dari tidurnya. "Kita dimana?"

"Turunlah dari mobil, kita akan makan," ujar Min Yoongi.

Mereka memasuki restoran tersebut, Jun yang pertama memasuki tempat itu lalu Yun Seo dan Min Yoongi mengekor di belakangnya. Mereka bertiga duduk dikursi yang sudah disediakan dan meja bundar untuk meletakkan makanan-makanan yang lezat nanti.

Setelah beberapa menit yang lalu memesan, makanan-makanan yang dibawa dari balik pintu menyeruak sekali wanginya, sudah terbayangkan bagaimana lezatnya makanan itu. Meja bundar tersebut sudah penuh dengan makanan, disana ada pizza, pasta, dan beberapa makanan penutup. Bukan Jun yang memesan, melainkan dua makhluk yang kini bersamanya yang memesan makanan sebanyak itu.

Tanpa basa-basi atau kata pembuka, dua makhluk yang ada dihadapan Jun langsung melahap dengan semangat semua makanan itu, Yun Seo yang tadinya menangis terisak-isak, kini dengan lahap memakan semuanya, mungkin dia belum makan tadi, atau karena melihat wajah iblis yang ada diruang hakim, mungkin saja.

Seorang pelayan laki-laki dengan jas hitam yang rapi mengahampiri mereka. Dan menyodorkan kertas kecil pada Jun. Melihat kertas itu Jun melongo sendiri, melihat sahabatnya itu terkejut, Yun Seo dan Min Yoongi saling melempar tatapan, mereka berdua khawatir. Bisa ditebak apa yang membuat Jun terkejut bukan main itu.

Jun menatap mereka berdua setelah seorang pelayan laki-laki itu pergi. Dua makhluk tadi langsung memalingkan wajahnya, pura-pura tidak tahu apa yang terjadi.

"Ya tuhan... ngebayarin dua makhluk ini kok berasa traktir satu kampung," ujar Jun.

"Tidak! Tidak! Jun yang tampan kayak ulat bulu tidak boleh mengeluh seperti itu," ucap Min Yoongi.

"Iya, itu benar. Kau akan jelek kalau kau mengeluh, kau kan tampan, jadi kau tidak boleh berkata seperti itu dengan sahabatmu," sahut Yun Seo.

"Jika ada maunya saja baru mau bilang tampan. Ya tuhan, kenapa kau menemuiku dengan dua makhluk yang laknat ini?" Jun seketika hilang semangat.

Yun Seo dan Min Yoongi tertawa geli disela-sela makan mereka, bagaimana pun juga mereka sangat hobi mengerjai sahabatnya yang satu ini.

Bagi Min Yoongi bahagianya saat ini bukan karena mengerjai Jun, tetapi melihat kembali senyuman yang terukir indah diwajah gadis yang berada di sampingnya. Setiap kali melihat seluruh wajah gadis itu, dari matanya yang sangat indah, hidungnya yang terpahat sempurna, dan bibirnya yang begitu... ah apa yang kau pikirkan Min Yoongi? Dia sahabatmu, kau gila jika melakukan hal-hal bodoh seperti itu.

Min Yoongi masih bingung dengan apa yang ia rasakan, ia begitu merasa ada yang menyesak di dadanya, tapi ia tidak tahu apa yang ia rasakan saat merasakannya, sulit sekali mengekspresikan rasa yang ia rasakan. Setiap melihat wajah gadis itu, jantungnya selalu berdebar tidak karuan, padahal ia selalu biasa-biasa saja melihat wajah gadis itu untuk pertama kali, tapi kini? Kenapa rasanya begitu aneh sekali? Perasaan apa ini?

"Min Yoongi? Apa yang kau pikirkan?" tanya Yun Seo.

Sontak membuat Min Yoongi terkejut.

"Kau kenapa?" tanya Jun juga.

"Tidak-tidak!"

"Kau aneh," ucap Yun Seo.

Mereka bertiga tertawa.

"Yun Seo!"

Suara teriakan itu membuat mereka bertiga menoleh, melihat seorang wanita yang mengenakan jaket hijau, dan sepatu yang warnya selaras dengan warna celananya, yaitu coklat.

"Soo Mi? Kau sedang apa?"

"Aku hanya ingin jalan-jalan, dan sengaja untuk singgah kesini," ucapnya, lalu matanya tertuju pada satu sosok yang tidak asing di matanya.

"Ada apa Soo Mi?"

Gadis itu menggeleng sembari tersenyum.

"Mari bergabung dengan kami."

Soo Mi langsung membelalakkan matanya, terkejut bukan main, mendengar suara seorang pria yang ia rindukan sejak dulu. Pria yang pernah menjadi sebagian kebahagiaannya, pria yang selalu berada di sampingnya saat ia merasa sedih. Setelah kejadian itu, suara itu tak lagi terdengar. Kini ia kembali mendengar, tapi ada rasa yang begitu pilu yang dirasakan Soo Mi, rasa penyesalan, rasa bersalah, dan segala rasa yang membuatnya begitu sedih.

"Kenapa? Duduklah disini," ucap Jun sembari mengintruksikan agar Soo Mi duduk bersebelahan dengannya.

Saat hendak duduk, jantung Soo Mi berdebar tidak karuan. Ia menatap wajah pria itu lekat-lekat. Ia merindukan wajah itu, ia merindukan bibir itu yang selalu mengeluarkan kata-kata yang bisa membuatnya merasa nyaman.

"Maaf, aku akan ketoilet sebentar," ucap Soo Mi berpamitan, lalu bergegas pergi.

Soo Mi memasuki toilet itu, dan mendekati cermin yang ada disana, ia menatap wajahnya sendiri, ia terlihat bodoh, andaikan ia tidak melakukan hal itu, mungkin ini tidak akan terjadi.

Ia menangis meratapi nasibnya, untuk saja tidak ada orang disana.

Pintu toilet itu terbuka, dan menampakkan wajah sosok pria yang membuat Soo Mi ingin pingsan saja. Pria itu mendekati Soo Mi, dan menatap gadis itu lekat-lekat, hatinya terasa remuk melihat air mata itu, ia tidak sanggup melihatnya, dengan gesit ia memeluk gadis itu, menyalurkan kehangatan tubuhnya, agar gadis itu tetap merasa nyaman.

"Jun..." ucap Soo Mi lirih dalam pelukkan itu, mereka berdua terus menyalurkan rasa rindu mereka dengan pelukkan hangat.

Ini lebih baik, daripada tidak sama sekali.

-Bersambung-

SeesawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang