28. Something

594 45 0
                                    

Namun, beruntung Min Yoongi tak perlu suntikkan lagi dalam tubuhnya, karena pria itu mendapatkan ketenangannya sendiri, itu jauh lebih baik. Itu artinya ia bisa mengendalikan dirinya lagi, tenaganya sudah mulai bertambah.

Napas Min Yoongi kini kembali normal, detaknya juga berangsur kembali tenang. Selama beberapa detik. Pria itu masih tampak menenangkan dirinya sendiri dan tampak terlihat pria itu sedang berusaha membuka matanya dengan berat.

"Tuan, apa anda bisa mendengar saya? Jika ia, jangan paksakan diri anda. Tolong tenangkan diri anda, tidak apa-apa. Semuanya baik-baik saja disini."

Dokter laki-laki itu mencoba menenangkannya saat ia melihat kepala Min Yoongi bergerak-gerak samar. Embun pada alat tangkupan alat pernapasannya sangat banyak.

Itu mungkin membuat pria itu tidak nyaman.

"Suster, mungkin lebih baik di lepaskan saja."

Dan itu membuat Min Yoongi kembali tenang.

Bersamaan dengan itu, pintu terbuka. Soo Mi dan Jun langsung menghampiri bangkar tempat Min Yoongi berbaring.

"Ini perkembangan yang baik, dia sudah kembali membaik. Saya harap kalian tidak membuat keributan disini, dia masih butuh waktu istirahat," ucap dokter itu memberi intruksi.

"Baiklah, terimakasih," ucap Jun sembari membungkukkan sedikit tubuhnya.

Dokter dan perawat itu keluar dan setelahnya Yun Seo masuk mendekati bangkar itu. Melihat itu, Jun dan Soo Mi segera keluar dari ruangan itu.

Min Yoongi mengerjapkan matanya berkali-kali yang sedikit berat. Namun, setelah beberapa kali pandangan Min Yoongi sudah mulai terlihat jelas kembali. Ia melihat sekelilingnya, ruangan yang serba putih dan bau obat yang menyengat ke indera penciuman Min Yoongi. Min Yoongi merasakan ada yang mengenggam erat tangannya saat ini. Setelah Min Yoongi melihat dengan lekat, ia baru sadar bahwa itu... Yun Seo.

"Apa kau kehujanan waktu itu?" Kalimat itu terlontar dari mulut pria yang baru saja sadar dari masa kritisnya.

"Dengan keadaanmu yang seperti ini, kau menanyakan itu? Apa itu penting?" Mata gadis itu sangat perih, dia ingin menangis. Namun, ia tidak ingin membuat Min Yoongi merasa tidak enak.

"Tentu saja, aku harus tetap sehat. Tidak ada yang menjagamu jika kau sakit. Karena seseorang yang harus menjagamu, kini terbaring lemah diatas bangkar ini."

"Bodoh! Kau akan sembuh, cepatlah sembuh!" Antara kesal dan terharu, Yun Seo tak bisa memyembunyikan tangisannya.

"Cepatlah sembuh, kita akan pergi bersama-sama lagi, bukan?" tambahnya.

"Tentu saja."

"Boleh aku memelukmu?" tanya Min Yoongi tiba-tiba.

Yun Seo lebih terkejut. Min Yoongi tak biasanya seperti ini.
Tapi, menolak juga bukan pilihan yang terbaik untuk saat ini. Yun Seo sempat melirik ke kiri dan ke kanan, memastikan tidak ada yang melihat mereka. Lalu ia menyerahkan dirinya dalam pelukan Min Yoongi.

Min Yoongi menarik napas panjang kala tubuh kecil Yun Seo jatuh kedalam dekapannya. Entah mengapa, Min Yoongi sangat ingin waktu berhenti untuk berputar, agar bisa merasakan ini lebih lama lagi.

Ini semua terasa jauh lebih baik. Ini seperti obat dalam hatinya.

"Kau harus menarik semua rasa sakit mu, agar kau segera sembuh!" pinta gadis itu.

"Mending aku tarik hatimu, biar semakin dekat denganku. Dari pada harus tarik rasa sakit seperti ini."

Yun Seo memukul dada pria itu.

SeesawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang