24. Who?

480 42 0
                                    

Baiklah. Gadis itu telah meratapi nasibnya, sebagai gadis belo'on yang pernah ada. Mencoba mengajak batu untuk berbicara, walaupun Min Yoongi bukan batu, tapi sebelas dua belas mirip. Tak berkutik, tak bergerak, tak berbicara, dan tak melirik sedikit pun. Semua orang diruangan kelas itu sudah pulang, sedari tadi bel berbunyi mempertandakan saatnya pulang, namun Yun Seo mendapati Min Yoongi yang masih menetap pada tempat duduknya. Sepertinya pria itu sangat mencintai kelas dan tempat duduknya.

Yun Seo memutuskan untuk menunggu pria itu, jika pria itu pulang maka ia juga akan pergi untuk pulang bersamanya. Tapi kini sudah satu jam lebih mereka disana. Yun Seo mencoba menegarkan diri agar tetap berada disana, walaupun kebosanan sudah mulai membuat dirinya muak.

Dan pada akhirnya, pria itu bergerak.

Yun Seo tersenyum, dan segera berdiri dengan tegak dihadapan pria itu, seperti latihan wajib militer.

Pria itu hanya melewati Yun Seo begitu saja, tanpa mengucap satu dua kata padanya. Jangan kan untuk berbicara, melirik kearah gadis itu saja ia merasa tidak sudi. Min Yoongi merangkul tasnya dibahu sebelah kirinya. Pria itu keluar dari ruangan dengan langkah kaki yang dengan cepat meninggalkan Yun Seo, gadis itu tidak putus asa, ia terus mengejar pria itu dengan langkah kaki yang dipercepat.

"Hei!" seru Yun Seo.

Pria itu tidak menjawab, ia terus melangkahkan kakinya, tidak ada niatan untuk melirik, mendengar, dan apalagi berhenti.

"Min Yoongi tunggu!"

Pria itu menghentikan langkahnya.

Aturan napas Yun Seo tidak beraturan, ia perlu menarik dan menghela napas agar stabil.

"K-kenapa kau ingin meninggalkanku?" tanya Yun Seo, mata gadis itu tiba-tiba menjadi perih, dan mulai berkaca-kaca.

Tidak ada jawaban dari pria itu.

"Kenapa kau tidak berhenti?"

Pria itu memutar tubuhnya kearah Yun Seo, pria itu menatapnya dengan wajah datar. Walaupun tidak ada ekspresi yang ia tampakkan, namun kenapa hati gadis itu terasa berdesir.

"Apa yang membuatmu berpikir bahwa aku akan berhenti untukmu?"

"Apa maksudmu?" tanya Yun Seo, kenapa pria itu seakan-akan tidak ingin ada seseorang yang akan memberhentikan dirinya, apalagi gadis itu.

"Kau. "Kau seenaknya menyuruhku untuk berhenti, apakah jika aku menyuruhmu untuk berhenti, maka kau akan berhenti? Tentu saja tidak!" ucap pria itu, ada sedikit penekanan pada kalimat terakhir. "Kau hanya bodohi! Kau tidak tahu apa yang kau lakukan! Kau tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, jika kau masih bersama pria itu! KAU TIDAK MENGERTI, YUN SEO!"

Gadis itu tersentak, rasanya ia ingin sekali menangis, ia pernah dibentak, tapi tak pernah dibentak seperti ini. Untuk saat ini Yun Seo memilih untuk mengalah, ia tidak ingin pria itu memarahinya lagi, mentalnya tidak siap untuk semua dan apa yang akan dikeluarkan dari mulut pria itu. Seakan-akan apa yang pria itu ucapkan saat marah seperti senjata untuk memberhentikan gadis itu untuk tidak terus bersama pria itu.

Yun Seo berlari meninggalkan pria itu, menaruh perih yang begitu mendalam di dalam dirinya. Walaupun dirinya terlihat baik-baik saja, jika terlihat dari fisik. Dan saat melihat dari mental gadis itu, ia seperti butuh sandaran untuk saatini, dan membutuhkan seseorang untuk tempat melampiaskan rasa perih pada dirinya saat ini.

.
.
.

Gadis beriris coklat itu mengeluarkan kristal bening yang berada dibalik kelopak matanya, ia mengeluarkan air matanya, tak tahan dengan apa yang dirinya dengar begitu menyakitkan dari mulut sahabatnya sendiri. Dengan sigap ia merogoh sesuatu dari kantungnya, ia mengambil benda pipih berwarna rose gold dengan cepat, jarinya mengetik sesesutu, sepertinya gadis itu akan mengirim pesan kepada kekasihnya yang di percayainya disini. Ji Hwon.

Yun Seo: Ji Hwon, kau dimana? Apa kau punya waktu untuk sekarang? Aku ingin bertemu denganmu sekarang.

Ji Hwon: Aku berada dirumah, baiklah aku akan menjemputmu sekarang.

Dengan begini hati Yun Seo kembali merasa hangat, ia membutuhkan seorang pria yang ia cintai saat ini, ia membutuhkannya.

Dengan gesit, dirinya langsung mencari pakaian yang memiliki warna yang sedikit memanjakan matanya; peach.

Yun Seo sangat menyukai warna itu.

Setelah beberapa menit menunggu pria itu, Yun Seo mencoba untuk tidak memikirkan bagaimana dirinya dibentak dengan keras seperti tadi, sepertinya waktu itu masih terngiang-ngiang di benaknya. Entah kenapa, dirinya merasa ada yang aneh, setiap dirinya diperlakukan seperti itu, bukannya marah, ia malah memikirkan keadaan pria itu, sangat aneh.

Bagaimana pun juga pria itu adalah sahabatnya, dan ia membutuhkan pria itu saat dia perlu. Dirinya juga tidak bisa jauh dari Min Yoongi. Sebab, Min Yoongi selalu memberikan saran dan solusi pada dirinya, tapi kali ini ia menolak menerima saran dari pria itu.

Kemudian seorang pria mendekatinya dengan mobil yang melaju sebelumnya, pria berkacamata hitam dengan jas hitam yang membuat warna itu sangat cocok ia kenakan, karena kulit putih itu.

"Bagaimana?"

"Ayo."

Lalu gadis itu memasuki tubuhnya kedalam mobil itu, dan menatal lurus kedepan, ia tidak menyadari jika Ji Hwon sedari tadi menatapnya dengan tatapan heran dan curiga.

"Kenapa?"

"Hah?" Yun Seo memandangi wajah pria itu, dengan kacamata yang masih menutupi kedua matanya, pria itu cukup tampan hari ini, tapi belum membuat Yun Seo terpana dengan keadaan dirinya yang seperti ini.

"Kau baik-baik saja, kan?"

Yun Seo mencoba terlihat tegar, dan mencoba tidak terlihat mencurigakan dihadapan kekasihnya. Ia memberikan senyuman terbaiknya kepada kekasih tercintanya itu. "Tentu saja, kau tidak lihat aku bersamamu saat ini? Aku baik-baik saja."

Ji Hwon kali ini tidak mencurigai gadis itu, hanya merespon dengan senyuman sederhana dan melajukan mobil itu.

Beberapa menit dalam perjalanan yang cukup jauh, membuat mereka gerah, dan memilih untuk berhenti dipantai yang mulai sepi, karena waktu yang akan menjelang malam.

Pria itu menuju kepinggir pantai terlebih dahulu, dan disusul oleh Yun Seo yang terlihat murunh, ia masih memikirkan bagaimana kejadian itu, dimana dirinya dan Min Yoongi... ah sudahlah, lupakan saja. Yun Seo ingin bersenang-senang dengan kekasihnya, bukan membuat kekasihnya khawatir dengan keadaannya.

"Pemandangannya bagus, ya?"

Yun Seo mengangguk sembari tersenyum, sambil menatap wajah pria itu yang masih mengenakan kacamata hitam itu. Dia cukup beruntung memiliki kekasih setampan dan sepeduli Ji Hwon kepadanya. Ia harus mengetahui hal itu, jika dia menjadi wanita yang beruntung saat ini.

"Ji Hwon!"

Yun Seo sadar dari lamunannya yang menatap pria itu.

Suara itu berasal dari wanita yang berlari kearah kekasihnya, sembari tersenyum gembira. Gadis yang berlari itu langsung memeluk Ji Hwon.

Tunggu?

Memeluk Ji Hwon?

-Bersambung-

SeesawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang