07. Rain

959 84 0
                                    

Semua itu butuh usaha.

Usaha untuk lebih mengenalmu.

Usaha menerima kekurangan dan kelebihan dirimu.

Usaha untuk bersabar menghadapimu.

Benar, hanya butuh usaha saja.

Hujan mengguyur seluruh kota Seoul. Hujan kali ini datang disaat yang tidak tepat, pasalnya cuaca dihari ini cukup dingin, dan ditambah lagi hujan yang diprediksi akan terus mengguyur dalam waktu yang cukup panjang.

Yun Seo menghela napasnya, ia menatap keluar dari jendela sekolahnya, semua pelajar yang ada disekolah itu sudah pulang, tinggal dirinya seorang yang disana, karena ia sempat kehilangan ponselnya, tapi untung saja ponselnya masih dapat di temukan.

Gadis itu keluar dari ruang kelasnya, dan melewati sepanjang lobi yang sudah sepi dari penghuni. Yun Seo merapatkan mantelnya, ia lupa membawa syal, lehernya terasa tersusuk oleh dinginnya hari ini.

Saat berada didepan sekolah, Yun Seo masih belum berani melangkah melewati guyuran hujan yang deras itu, takutnya Yun Seo bisa demam jika melewati hujan yang cukup deras,  ditambah dengan suara gemuruh yang menggemparkan langit.

Hujan deras menyambut bis yang ditumpangi penduduk kota dan para penumpang mulai berhamburan keluar dari dalam bis, padahal Yun Seo ingin sekali masuk dibis itu, namun jaraknya bisa membuat Yun Seo basah kuyup. Mereka berlarian, menghindari kerasnya air yang berjatuhan dari langit. Yang beruntung bisa memakai payung, sedangkan yang tidak, harus berlari sekuat tenaga agar bisa mencapai tempatnya.

Seluruh orang yang keluar dari bis itu dan berlari merebut payung. Dan semuanya sudah hilang, apa yang akan ia gunakan?

Yun Seo melirik kekiri dan kekanan, mencari seseorang yang bisa membantunya, namun nihil tidak ada satupun orang disana.

Gadis itu menghela napasnya, ia putus asa. Tapi, hari ini ia masih diberi keberuntungan, ia menemukan payung hitam disebuah keranjang yang tidak jauh dari tempatnya. Gadis itu berlari mengambilnya. Ia membuka dengan cepat, bersiap untuk melewati deraian air hujan. Namun, tiba-tiba, angin kencang yang datang dari arah berlawanan mampu menyapu sesuatu yang ada disana, termasuk membawa terbang satu-satunya payung yang bisa Yun Seo gunakan.

Arghhh! Sial!

Gerutu Yun Seo kesal. Ia celingak-celinguk, mencoba mencari bantuan dari penjaga sekolah. Tapi tak ada satu orang pun yang ia lihat.

Hujan deras mengguyur Kota Seoul hari ini. Yun Seo yang sudah berada di luar sekolah, menjerit kesal sambil mengadah ke atas seolah melampiaskan kemarahannya pada cuaca. Tubuhnya basah kuyup.

.
.
.

Sementara di dalam gedung sekolah itu masih ada seorang pria. Pria itu termenung menatap keluar jendela, mengawasi huja. Tak tahan, ia lalu keluar dari gedung sekolah itu membawa payung hitam, mengedarkan pandanan, seperi bingung mau mencari ke arah kiri atau kanan. Ia sedang mencari sosok seorang gadis, namun tak menemukan sosok gadis itu. Pria itu mulai cemas dan merasa bersalah tak menemuka gadis itu. Ia berbalik badan, kembali ke gedung sekolah. Tapi matanya akhirnya menangkap sesuatu. Gadis itu. Ia sedang berjongkok di pojokan. Tak jauh dari tempatnya berdiri. Meringkuk kehujanan sambil menangis. Mereka pun saling bertatapan. Pria itu melempar senyum rasa bersalahnya.

"Min Yoongi?" ucap Yun Seo tak percaya, matanya berbinar-binar menatap pria itu, ternyata pria itu masih merasa perhatian padanya.

Pria itu mendekat, membawa payungnya, hingga akhirnyaㅡ

"Auhh!!" ringis Yun Seo.

"Helo!!! Ini aku Jun! Bukan Yoongi!" kesal Jun.

"Kenapa kau memukulku?" tanya Yun Seo sambil mengusap lengannya yang dipukul oleh Jun.

"Aku mengkhawatirkanmu, kau tahu! Aku datang dengan niat baik, kau malah menyambutku dengan memanggilku 'Min Yoongi'. Hujan-hujan begini, kau masih bisa mengkhayal, woahh apa yang ada di pikiranmu itu?" ucap Jun lebih tak percaya, disaat-saat cuaca yang tidak mendukung ini gadis itu masih bisa membayangkan pria yang sudah membuatnya menangis, keterlaluan.

"Tidak! Tadi itu benar Min Yoongi!"

Jun menggeleng tak percaya, lalu ia menyentuh jidat gadis itu dengan punggung tangannya.

"Tuh, kan!" seru Jun.

"Ada apa?" tanya Yun Seo penasaran.

"Kau itu sudah tidak waras, ayo pulang!" kesal Jun.

"Tapi, bagaimana kau tahu aku ada di sekolah?" tanya Yun Seo lagi.

"Min Yoongi melihatmu di kelas sendirian, kau sedang mencari ponselmu. Dia pulang dan menemuiku di depan rumah. Dia menyuruhku menjemputmu," jelas Jun.

"APA?!"

"HEI!!" seru Jun. "Kau bisa membuatku tidak bisa mendengar kalau kau berteriak seperti ini. Jangan berteriak!" kesal Jun, ia ingin sekali melipat gadis itu dalam tasnya lalu membawanya pergi pulang.

Yun Seo terkekeh geli. "Tidak, bukan begitu. Kenapa dia menyuruhmu? Kenapa tidak dia saja yang menjemputku? Atau mengantarku pulang?"

Jun mengendikan bahunya menandakan ia tidak tahu jawaban dari pertanyaan Yun Seo.

"Ayo pulang! Ini semakin deras, kau bisa sakit!" Jun menarik Yun Seo dan membawa gadis itu pergi dari tempat itu membawa payung yang Jun bawa.

Untung saja Jun memiliki mobil, jadi mereka bisa mengeringkan dan menghangatkan tubuh mereka di dalam mobil.

Gadis itu hanya diam, menatap keluar jendela. Pandangannya lurus, ia masih terpikirkan yang Jun katakan padanya.

Dan ia sangkutpautkan dengan masalahnya dulu.

Pertama, Min Yoongi tidak ingin berbicara padanya, entah kenapa.

Kedua, Min Yoongi memberinya sebotol air mineral dan beberapa potong roti, bisa di katakan dia baik.

Ketiga, Min Yoongi membentaknya, memarahinya, menjauhinya, dan bahkan membuatnya menangis. Dan bisa di katakan dia sudah tidak baik.

Keempat, kini Min Yoongi perhatian padanya, ia menyuruh Jun menjemputnya. Memang itu wajar, tapi tak wajar jika ia lakukan itu pada Yun Seo. Dia perhatian, tapi tidak ingin bertemu dengan gadis itu, kenapa ini?

Woahh lelucon apa semua ini, ini semua keterlaluan.

"Jun."

"Hm."

"Menurutmu, Min Yoongi itu bagaimana? Apakah dia baik atau jahat?"

"Kenapa kau menanyakan itu, aku tahu sendiri sifatnya bagaimana, tidak mungkin aku memberitahumu lagi," ucap Jun dengan tangan yang masih menyetir dengan tenang.

"Bukan begitu," ucap Yun Seo sembari menggeleng kepalanya. "Begini, aku tidak tahu bagaimana sifat aslinya. Dia hanya memberiku setengah dari sifatnya. Maksudnya, dia tidak pernah menunjukkan kebaikkannya sedikit pun. Ada sih, tapi itu tidak terlalu kentara."

Mobil itu seketika senyap, hanya suara mesin dari mobil itu.

"JUN!!" seru Yun Seo.

"Yun Seo!! Bisakah kau tidak berteriak, kau selalu ingin membuat gendang telingaku pecah, kita berada di dalam mobil, aku bisa mendengarmu," kesal Jun.

"Kau tidak merespon ucapanku tadi," kesal Yun Seo semakin menjadi-jadi.

"Diam saja, kau ini seperti burung beo! Tidak bisa diam!"

Yun Seo mendengus kesal, ia melipat kedua tangannya dengan kasar, lalu mengalihkan pandangannya keluar mobil.

Hufftt!!

-Bersambung-

SeesawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang