Pelan Gita memijat pelipisnya. Walau tak ingin ikut campur, otak Gita terus memikirkan segala kemungkinan masalah yang sedang dihadapi keluarga salah satu siswanya itu. Sikap kasar ayah Bintang yang ternyata juga ayah dari Jimmy, ibu Jimmy yang terlihat tersenyum masam memandangi pintu ruang IGD yang berisi Bintang di dalamnya. Sikap Jimmy dan Bintang memang sangat bertolak belakang; Jimmy selalu menjadi biang onar setiap insiden yang terjadi di lingkungan sekolah, sedangkan Bintang selalu menjadi kebanggaan sekolah karena prestasinya.Mungkinkah mereka bersaudara? Lalu mengapa lelaki itu bersikap sangat kasar pada anaknya sendiri?
Sejak pagi, Pak Benny Herawan -kepala sekolah SMA Bima Sakti- sudah menginterogasi Gita mengenai penyerangan yang terjadi kemarin. Para siswa yang terlibat juga sudah dipanggil ke ruang BK untuk diminta keterangannya. Beliau pun sudah menghubungi pihak SMA HIPHOP yang bertindak sebagai penyerang untuk mengkonfirmasi insiden itu.
"Bu Gita udah makan siang?"
Pijatan jemari Gita terhenti. Kepalanya menoleh pada Wahyu, guru olahraga yang menempati meja di samping mejanya, lalu beralih pada arlojinya. Sudah lewat tengah hari ternyata.
"Saya puasa, Pak. Permisi."
Gita beranjak dari duduknya, tak lupa membawa mukena yang selalu ada di dalam tas kerjanya. Kakinya berjalan menuju mushola sekolah untuk menjalankan sholat dzuhur. Walau belum menggunakan hijab seperti rekan guru lainnya Gita selalu berusaha untuk menjalankan ibadahnya tepat waktu.
"Kalau sakit jangan dipaksakan untuk puasa, Bu. Itu muka Ibu udah pucat banget."
Gita menoleh, ternyata Wahyu mengikuti. Senyuman tipis sengaja diberikan Gita sebagai balasan. Sebenarnya bukan puasa yang membuat wajah Gita pucat. Kepalanya terasa pusing akibat tak tidur semalaman, belum lagi lingkaran hitam di bawah matanya yang walaupun sudah ditutupi concealer tapi masih tetap terlihat.
Mata Gita sempat melirik pakaian Wahyu yang sudah berganti. Kemeja krem lengan panjang terlihat cocok dengan celana bahan coklat yang menggantikan stelan olahraga yang dipakai pria itu sebelumnya.
Beberapa siswa yang juga akan beribadah menyadari kehadiran dua gurunya dan langsung menyalami punggung tangan mereka.
"Berjamaah, Pak," pinta siswanya yang disetujui Wahyu.
"Saya wudhu dulu."
Wahyu melanjutkan langkah menuju tempat wudhu pria yang berada di sebelah kiri mushola, sedang Gita sudah lebih dulu memasuki tempat wudhu wanita di sebelah kanan.
Setelah menyelesaikan ibadahnya, Gita tak langsung keluar dari mushola. Dirinya sengaja berlama-lama untuk menghindari Wahyu yang menunggunya di luar.
Lima menit berlalu, suara Wahyu masih terdengar di luar sana. Sepertinya guru olahraga itu sedang berbincang dengan beberapa siswa.
Huft...
Gita menyerah di menit ke sepuluh. Wahyu masih ada di sana, duduk sendirian di teras mushola. Dengan gerakan cepat, Gita melipat rapi mukenanya lalu melangkah keluar. Matanya sempat bersitatap dengan Wahyu yang seketika berdiri menyadari kehadirannya.
"Udah mendingan, Bu?"
Lagi, Gita menjawab dengan senyuman tipis. Otaknya memang sudah tak lagi terlalu memikirkan keluarga Jimmy, tetapi berjalan berdampingan dengan guru olahraga itu membuatnya kembali pusing.
"Yah, Bunda-nya kapan disah-in? Awww!!"
Sentilan jari Gita mendarat di kening Cemara, siswi kelas XII IPS 1 yang tak pernah berhenti menanyakan hal yang sama setiap harinya. Sejak berita Wahyu mendekati Gita tersebar luas, Cemara menegaskan bahwa dirinya adalah fans garis keras couple itu. Bahkan siswi itu pula yang menyematkan panggilan 'Ayah' di depan nama Wahyu yang langsung diikuti hampir seluruh penghuni sekolah.
Awalnya Gita merasa dilecehkan, malah tak jarang dirinya memberi hukuman soal pada murid yang berani menggodanya. Namun setelah satu bulan hukumannya tak bisa menghentikan kejahilan siswa-siswinya, Gita tak lagi menanggapi. Alhasil dengan sendirinya godaan itu berkurang sedikit demi sedikit hingga akhirnya hanya tersisa beberapa orang saja, termasuk Cemara.
Berbanding terbalik dengan Wahyu. Pria itu dulu hanya akan tersenyum malu dan menjaga jarak bila para murid sudah melancarkan godaan mereka. Namun sekarang pria itu sudah berani mengomentari dan bahkan tak jarang semakin menggodanya, seperti yang saat ini terjadi.
"Kamu doain dong, Ra. Biar hati Bunda kamu luluh secepatnya."
See? Itulah yang membuat Gita pusing, karena setelah itu sudah dapat dipastikan Cemara and the gank akan semakin berisik.
"Belajar aja yang bener, biar cepet lulus. Bosen saya lihat kamu terus di sini," balas Gita ketus sebelum bergegas pergi, sementara Wahyu memilih untuk bergabung dengan grup gadis remaja itu.
💝
Pulang sekolah Gita memutuskan singgah sebentar ke rumah sakit untuk menjenguk kedua siswanya, Jimmy dan Bintang. Dirinya juga sempat singgah ke supermarket untuk membeli roti dan buah yang sengaja dibungkus terpisah, siapa tahu saja mereka dirawat di ruangan terpisah. Melihat dari keganasan ayah Bintang —yang juga ayah Jimmy— kemarin, bukan tak mungkin hal itu bisa saja terjadi.Gita berjalan cepat menuju ruang anggrek, tempat Bintang dipindahkan setelah keluar dari ruang IGD. Ternyata siswanya itu mendapat tiga luka tusuk di bagian perut dan hampir kehilangan nyawa karena kehabisan darah. Wajahnya pun tak luput dari serangan itu, beberapa lebam tercetak jelas di sana. Sementara keadaan terbaru Jimmy belum diketahui, karena semalam Gita langsung pamit pulang saat pria kasar itu muncul lagi di hadapannya.
"MINGGIR!!"
💝
Tbc
Ditunggu vomentnya ya 😊
Bangka, 24.11.18Dwi Marliza
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovephobia (Sudah Terbit)
RomansaCover cantik by Milly_W Cover cetak by Tia Oktiva Anggita tak pernah menuliskan kata 'pacaran', 'tunangan' apalagi 'menikah' dalam kamus hidupnya. Gita tak ingin berurusan dengan hal apapun yang bersangkutan dengan sang ayah, termasuk menikah. Tuju...