Dua Puluh Lima

5.8K 829 93
                                    

Happy 2nd year....     

🎉🎉🎉🎊🎊🎊🎂🎂🎊🎊🎊🎈🎈

Gak berasa udah dua taun aja aku ngelapak di dunia oren ini. Terima kasih buat temen-temen yang udah ngikutin aku mulai dari nol, yang baru baca cerita aku juga. Makasih banyak semuanya...

🤗🤗🤗🤗🤗🤗

Bolehlah kasih se-dua-tiga patah kalimat buat diriku yang ultah juga bulan ini.. 😆😆😆

Happy reading...

Sayang kalian semua 😘😘😘😘

  
💝

 
Tambahan angka '1' dan huruf 'dt' yang dikuti dengan icon ❤ di atas angka 04 yang jatuh pada hari ini  membuat Gita merasa geli sekaligus bodoh sendiri. Entah bagaimana, Gita mengiyakan ajakan Alex untuk menghabiskan waktu sepulang sekolah hari itu.

Salahkan saja otaknya yang tak mampu menahan serangan psikis bertubi-tubi yang dilancarkan oleh dokter gila berlabel Sp.JP di belakang namanya. Juga hati dan tubuhnya yang mendadak kehilangan imun pasca tragedi pencurian di dapurnya. Mencium tanpa izin termasuk tindakan pencurian kan? Terlebih itu adalah kali pertama baginya.

Sayangnya Gita tak bisa mengadukan peristiwa merugikan itu kepada siapapun. Karena sebuah kenyataan lain menampar kesadarannya, dia juga tak menolak tindakan itu. Justru malah belakangan ini sering senyum-senyum sendiri layaknya anak kemarin sore yang baru merasakan cinta monyet.

Hujat saja Gita yang seketika menghapus kata 'jatuh cinta' dari list 'tidak akan'-nya. Hanya karena merasakan ketenangan saat menangis dalam dekapan lelaki itu. Merasakan kehangatan yang terpancar dari binar manik biru itu. Merasakan kenyamanan tiap kali menghabiskan waktu bersama dengan beradu mulut untuk menangkis tiap gombalan receh yang nyatanya berhasil menggelitik perut dan hatinya. Merasakan hasrat penuh damba saat pertama kali bibir mereka saling berpautan.

"Jadi?"

Gita mengerjapkan mata sebelum mengalihkannya ke berbagai arah, asal tidak menghadap lelaki di belakang kemudi yang sejak tadi tanpa sadar dipandangnya.

"Apa?"

"Ibu mau pulang dulu atau kita langsung jalan?"

Jujur saja Gita sedikit takut membawa Alex masuk ke rumahnya. Takut terjebak dalam gombalan memabukkan yang bisa membuatnya tak mampu mengontrol diri dan berakhir dengan penyesalan besar untuk dirinya jika kejadian di dapur terulang lagi. Tapi tak mungkin dia jalan-jalan tanpa menyegarkan tubuh yang sudah kegerahan di balik balutan seragam batiknya.

"Saya nunggu di mobil kok. Kalau-kalau Ibu takut khilaf lagi," kekeh Alex seperti mengetahui pikirannya.

"Bapak tuh yang khilaf!"

"Iya, maaf. Saya yang khilaf, udah bikin Ibu khilaf jug--- Aww!! Jangan cubit-cubit, Bu, nanti saya khilaf lag--- Astaghfirullah---"

"Apa!? Masih kurang!?"

Sebelah tangan Alex mengusap keras lengan kirinya yang terkena cubitan maut Gita yang berasa lebih pedas dari yang sudah-sudah. Mulutnya bergumam pelan, tapi masih bisa terdengar oleh Gita yang mengantarkan tatapan sinisnya.

"Apa!?"

"Hhehehe... Jangan galak-galak, Bu. Nanti saya makin sayang, Ibu yang kewalahan."

Gita mendengkus kasar.

Lovephobia (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang