Dua Belas

6.6K 893 14
                                    

Belum malem banget lah ya update jam segini..

Happy reading

Dan

Tetap tinggalkan jejak yaaa😊😊


💝


Saat kecil Gita pernah membuat daftar 'hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan' di selembar kertas lalu menempelkannya di belakang pintu kamar. Di saat-saat tertentu, dia akan menghabiskan waktu untuk menghapal dan menulis ulang daftar itu. Semakin bertambahnya usia, daftar 'tidak boleh' yang ditulisnya semakin spesifik.

Termasuk masalah hati.

Awal perseteruan orangtuanya, Gita kecil menambahkan 'tidak boleh menikah' ke dalam daftarnya. Dia yang saat itu berusia enam tahun memang belum sangat mengerti permasalahan yang dihadapi orang dewasa, tapi melihat perlakuan kasar dan dingin ayah pada ibunya menimbulkan rasa benci di hatinya. Kebenciannya memuncak dua tahun berikutnya, saat melihat ayahnya pergi meninggalkan rumah sementara di tempat dan waktu yang sama sang ibu sedang berjuang untuk melahirkan calon adiknya. Beruntung keluarga besar cepat datang setelah Gita menghubungi hingga ibunya dibawa ke rumah sakit tepat waktu.

Memasuki fase berikutnya, Gita remaja kemudian menambahkan 'tidak boleh pacaran' dalam daftar. Hampir semua teman mencemoohnya kala itu. Julukan sok cantik, sok alim, sok jual mahal dan lainnya semua pernah disandang hanya karena dia menerapkan prinsip 'tidak boleh pacaran' -nya tiap kali ada lawan jenis yang menyatakan cinta. Namun saat melihat dan mendengar mereka -para pasangan remaja- yang tadinya saling melempar pujian dan sayang menjadi saling hujat dan menghina, ada kebanggaan tersendiri dalam hati karena tetap memegang teguh prinsipnya.

Memasuki masa remaja dewasa, Gita menuliskan 'tidak boleh jatuh cinta' dalam daftar. Tak peduli dengan predikat 'lesbi' yang ditambahkan para penggosip di belakang namanya, dia hanya memedulikan peningkatan nilai-nilainya dan menjaga tali persahabatannya dengan Dewi, satu-satunya teman yang dia miliki sejak masa ospek kuliah. Sayang, Dewi lebih memilih untuk mengakhiri hidup di semester empat kuliahnya karena sang pacar tak mau bertanggung jawab atas kehamilannya. Membuat beberapa isi daftar 'tidak boleh' Gita berubah menjadi 'tidak akan' yang selalu ditebalkan dan digarisbawahi saat penulisannya. Prinsip itulah yang sampai kini dipegangnya.

Mungkin bagi sebagian orang itu adalah hal yang konyol. Namun bagi Gita itu adalah pembatasan diri untuk hidup lebih baik. Dirinya tak ingin merasakan apa yang ibunya rasakan, tak ingin berakhir seperti Dewi. Tidak ingin seperti Sofie yang sudah dua hari ini bolos mengajar.

Geez!! Efek patah hati memang luar biasa.

"Sofie!! Sofie!!!"

Sudah hampir lima menit Gita berdiri di depan kamar kost Sofie sambil mengetuk pintu. Tapi masih tak ada jawaban.

Hampir dua jam lalu Gita menerima pesan panjang dari Sofie. Jika biasanya gadis itu hanya curhat tentang asmaranya, di pesan itu Sofie menumpahkan semua isi hatinya; tentang orangtuanya yang akan bercerai, kakaknya yang mengalami KDRT dan juga sedang dalam pengajuan gugatan cerai, dan juga ... kehamilannya.

Gita memang belum lama mengenal Sofie. Namun tetap saja dia tak ingin kehilangan gadis itu seperti saat kehilangan Dewi. Sepanjang perjalanan dari sekolah menuju kost tempat Sofie tinggal, Gita tak henti memanjatkan doa. Sungguh, perjalanan gadis itu masih sangat panjang.

Beberapa penghuni kost lain mulai keluar dari kamar karena merasa terganggu dengan suara Gita. Seorang pemuda yang baru tiba membantu mendobrak pintu kamar Sofie.

Mata Gita membelalak melihat kamar Sofie yang lebih hancur dari kapal pecah. Di tengah kekacauan yang terjadi, Gita kembali dikagetkan melihat Sofie duduk dengan mata terpejam di bawah kucuran air shower. Pergelangan tangan kirinya mengeluarkan darah yang langsung hanyut terbawa air.

Lovephobia (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang