Dua Puluh Enam

6K 796 43
                                    

Turut berduka cita atas wafatnya Bapak BJ. Habibie. Semog amal ibadah beliau diterima oleh yang Kuasa. Dan semoga di alam sana beliau kembali dipertemukan dengan sang terkasih, Almh. Ibu Ainun

😭😭😭

   

Gak tau kenapa kemarin aku buka email terus bacain komen-komen cerita ini di sana. Terus aku tuh baru ngeh, banyak banget komen yang gak aku balas. Mungkin kelewat waktu aku buka notif karena aku emang jarang pegang hp atau aktifin data. Jadi sekali notif masuk tuh alhamdulilah numpuk. 

Jadi aku mau minta maaf atas ketidaksengajaan dan kelalaian itu.

Terima kasih selalu aku ucapkan untuk kalian yang terus dukung dan semangatin aku. Itu sangat berarti buatku.

Terakhir, terima kasih untuk doa kalian di bab sebelumnya.. baik yang tertulis maupun yang mengucapkan dalam hati.

Sayang kalian.. 🤗🤗🤗

  

💝

   

Alex yang menyempatkan diri singgah di minimarket untuk membeli peralatan makan sukses membuat Gita menggigit lebih dalam bibirnya agar tak tergelak. Bagaimana tidak, alih-alih membeli piring plastik atau beling untuk alat makan mereka, Alex justru membeli kotak makan bermotifkan karakter kartun Disney berwarna pink dan biru.

"Saya nggak tau Ibu sukanya warna apa. Tapi kata Claudia cewek itu paling suka segala hal yang berbau warna pink," kilahnya saat Gita menanyakan pilihan warna. "Kalau Ibu nggak suka pink, boleh kok pake yang biru."

"Terus yang pink dibuang, gitu?"

"Ya nggak lah. Melanya duit."

Kedua alis Gita terangkat mendengar sepatah kata daerah asalnya terucap dari mulut lelaki itu. Hanya satu orang yang dipastikan menjadi gurunya, siapa lagi kalau bukan si Mak Comblang gadungan bernama Sheila. Gita jadi penasaran, bayaran apa yang didapat si adik comel dengan menjual informasi tentangnya. Karena adiknya yang sedikit matre itu jelas tak akan secara cuma-cuma mau buka mulut. Awas saja kalau informasi tentangnya dibayar murah.

"Makan, Bu."

"Eh?"

Agak ragu Gita menerima kotak makan berwarna biru yang sudah berisikan nasi soto. Matanya memerhatikan Alex yang masih menyiapkan satu kotak lagi untuk dirinya sendiri.

"Ini nggak apa-apa makan di dalam mobil begini?" tanya Gita sebelum menyuapkan makannya.

"Kalau Ibu nggak malu duduk ngemper di pinggir jalan sambil diliatin orang---"

"Oke. Di sini aja," pungkas Gita cepat.

"Kapan Claudia pulang?" tanyanya lagi setelah menyuapkan nasi soto beberapa kali.

"Ibu bakal kaget kalau saya jawab."

"Kenapa emang?"

"Abisin dulu deh makannya biar Ibu nggak tersedak"

"Oh. Oke."

Gita sempat melihat senyum tipis terukir di wajah Alex. Manik biru itu juga sempat beberapa kali melirik ke arahnya setelah cukup lama berdiam. Terlihat gelisah dan was-was.

"Kenapa?" tanyanya sedikit bingung.

"Ibu nggak mau nanya lagi, gitu? Apaan kek?"

"Tadi Bapak bilang makan dulu."

"Itu kan tadi, Bu. Harusnya Ibu tuh nanya lagi. Agak maksa gitu."

"Kenapa harus gitu?"

"Sheila bilang, Ibu nggak bisa dibikin penasaran. Ya harusnya Ibu maksa---"

Lovephobia (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang