Empat

7.4K 921 1
                                    


Alex menyandarkan tubuh pada kursi kerjanya. Kedua telapak tangannya menyatu, menyangga kepala dengan posisi ibu jari di bawah rahang dan telunjuk menekan sedikit pangkal hidung, tak lupa dia memejamkan mata. Ritual kecil yang selalu dilakukannya untuk merileksasikan pikiran. Hampir empat jam dirinya melakukan operasi bypass jantung pada seorang pasien yang mungkin seumuran dengan putrinya. Bahkan selama operasi berlangsung, sesekali wajah gadis kecilnya itu muncul di benaknya. Beruntung operasi berjalan lancar tanpa ada kesalahan apapun.

"She's not, Tante!"

Suara Claudia terdengar bersamaan dengan pintu yang terbuka. Alex seketika membuka mata dan memandangi dua wanita beda usia berdebat di depannya dan langsung mengambil posisi berseberangan.

"Ayah, please explain to her, she's not kidnapper!"

"Tolong kasih tau anak kamu, bicara dengan orang asing itu berbahaya!"

"Tante, kau menuduhnya tanpa bukti!"

"Hilangnya kamu akan jadi bukti kalau saya nggak datang tepat waktu!"

"Tante!!"

"Wow! Wow! Wow! Rileks, Ladies," sela Alex sebelum dua perempuan di depannya kembali saling serang kata. "Bisa cerita dari awal?"

Detik berikutnya Alex menyesali permintaannya. Claudia dan Gladis kembali adu mulut untuk menjelaskan cerita versi masing-masing.

"Oke, enough."

Dua perempuan itu kembali terdiam, namun aura permusuhan masih membara di mata keduanya. Alex memijat pelan pelipisnya.

"Jadi," ucapnya berusaha untuk menjadi penengah, "Tante Gladis ajak kamu...."

"Paksa!" ralat Claudia.

"Oke," Alex melirik Gladis yang mencibir di sisi lain ruangannya. "Ayah ulang. Tante Gladis paksa kamu untuk ikut ke sini. Terus kamu mainin kursi...."

"She very busy with her phone!" protes Claudia lagi.

Alex menghela napas pelan. Permasalahannya tak akan pernah selesai jika Claudia terus menyela ucapannya. Sekali lagi Alex menoleh pada Gladis yang menatapnya seolah berkata 'my job' sebelum kembali menghela napas.

"Clau, dengar. Tante Gladis mungkin terlalu khawatir karena kamu tiba-tiba hilang...."

"Whatever. Ayah akan tetap berpihak padanya sekalipun dia melakukan kesalahan, benar kan?"

Alex terhenyak di kursi melihat Claudia keluar ruangan setelah menyelesaikan ucapannya. Gladis yang juga terkejut dengan tindakan anak kecil itu menegang di tempat, melirik Alex yang kembali memijat pelipisnya. Tanpa suara Gladis mendekati Alex dan memeluk pria itu dari belakang, tak peduli pada sandaran kursi yang berada di tengah mereka.

"Aku minta maaf ya. Aku sama sekali nggak bermaksud...."

"Aku tau," potong Alex masih memandangi pintu ruangannya. "Kamu yang sabar ya hadapi Claudia. Ternyata butuh waktu lebih lama buat dia  untuk beradaptasi dengan orang baru."

Gladis mengangguk cepat sebelum mengecup singkat pelipis Alex, membuat pria itu terkejut dan menoleh. Bibir Gladis mengerucut saat Alex hanya membalas kecupannya dengan belaian di pipi sebelum berdiri untuk mengambil salah satu berkas pasien di rak sebelah mejanya.

"Kamu nggak cari Claudia?"

"Paling lagi di taman. Kamu udah makan?"

"Udah," jawab Gladis setelah anggukannya tak mendapat respon.

"Boleh aku sambil kerja?"

"Silakan."

Alex kembali mengusap pipi Gladis sebelum kembali duduk dan menekuni salinan berkas pasiennya. Sementara gadis itu mulai menekuni ponselnya.

Lovephobia (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang