Sesuai perkiraan Gita, berita mengenai lamarannya sudah menyebar. Tak hanya di kalangan murid, jajaran guru bahkan pedagang kantin pun sudah mengetahui berita itu. Setidaknya itulah info yang diterimanya dari Sofie. Sebuah foto berukuran jumbo bergambarkan wajahnya dan Alex juga tertempel di mading dengan caption 'PRIA MISTERIUS PEMILIK HATI BUNDA GITA!!'
Beberapa video yang merekam peristiwa kemarin sudah diterima ponselnya pagi-pagi sekali, lagi-lagi dari Sofie. Beruntung dari banyaknya video yang beredar tak satupun yang suaranya terdengar jelas.
"Jadi?"
Gita terkejut mendengar suara Wahyu, bersamaan dengan bergesernya bangku di sampingnya.
Sebenarnya dirinya sudah mengetahui maksud pertanyaan yang diajukan guru olahraga itu —apalagi kalau bukan berita hebohnya— dan sudah menyiapkan jawaban yang tepat. Tapi tetap saja tak menyangka akan membahasnya sepagi ini, jam pertama saja baru berlangsung dua puluh menit yang lalu. Rasanya usahanya langsung melipir ke perpustakaan setelah menyimpan tas di ruang guru jadi sia-sia, Wahyu dapat menemukannya dengan mudah.
"Kamu pasti ngerti maksud aku."
Ingin rasanya Gita tertawa mendengar ucapan pria itu. Sejak kapan 'Ibu-saya' diantara mereka berubah jadi 'aku-kamu'? Namun dia tetap mempertahankan wajah datarnya.
"Apa?"
"Gosip itu."
"Oh." Gita menutup bukunya. "Itu bukan gosip kok."
"Lalu?"
"Ya, begitulah."
"Aku tau kamu. Hampir tiga tahun aku ngejar kamu dan nggak pernah ada orang lain selain aku."
Gita terdiam, sengaja membiarkan Wahyu mengeluarkan segala kerisauan dalam hati. Tak ada salahnya kan mendengar curhatan orang lain tentang dirinya?
"Selama ini aku selalu ngikutin maunya kamu. Kamu bilang nggak mau pacaran, aku iya-in. Kamu bilang jaga jarak, aku sanggupin. Semua kemauan kamu aku ikutin. Apalagi yang kurang?"
"Kamu mungkin bisa bohongin orang lain tapi nggak dengan aku. Aku terlalu mengenal kamu. Aku---"
"Benarkah?" potong Gita pelan, namun sorot matanya menusuk tajam. "Kalau Anda mengenal saya, harusnya Anda mengerti dengan ucapan saya; mengapa saya menolak untuk pacaran dan meminta Anda untuk jaga jarak." lanjutnya tegas sebelum bangkit dari duduknya dan beranjak pergi.
"Aku mau ketemu dia."
Ucapan Wahyu membuat langkah Gita terhenti. Matanya terpejam sementara otaknya berpikir keras mencari alasan. Perlahan Gita membalikkan badan dan tersenyum tipis pada Wahyu.
"Saya rasa itu nggak perlu."
"Kenapa? Takut kebohongan kamu terbongkar?"
"Dia punya pekerjaan yang lebih penting daripada harus berurusan dengan hal-hal sepele."
"Oh ya? Jadi dia lebih memprioritaskan pekerjaan daripada calon istrinya? Pria seperti itu yang kamu pilih?"
Gita mendengus kesal.
"Dengar Anggita, sebelum saya bertemu langsung dengan dia, saya nggak akan pernah menyerah untuk mengejar kamu."
Menurut rencana, Gita akan memanfaatkan lamaran aneh Alex untuk menghentikan usaha Wahyu untuk menarik perhatiannya, menjawab semua pertanyaan yang diperkirakan akan muncul dari mulut guru olahraga itu dengan informasi yang dia dengar dari obrolan Sofie dan Alex di mobil semalam.
Gita mengekori kepergian Wahyu dengan matanya. Tubuhnya bersandar pada meja sedangkan jemarinya memijat pelipis yang mendadak terasa pusing. Ini diluar dugaannya. Tak pernah terbayang olehnya Wahyu akan mengajukan permintaan sulit seperti itu.
Tak mungkin bukan mempertemukan Wahyu dengan Alex yang sebenarnya tak memiliki hubungan apapun dengannya? Bagaimana bila pria itu mengajukan pertanyaan-pertanyaan aneh lainnya? Bagaimana bila pria itu mengetahui kebohongannya? Yang terpenting adalah, bagaimana caranya meminta bantuan Alex?
Ponsel di saku Gita bergetar. Sudut bibirnya tertarik naik membaca pop up di tollbarnya. Dengan sekali klik, pesan itu terbuka seutuhnya.
Claudia Ayah
OnlineCan we meet again?
Tentu. Tapi tidak hari ini.
Saya harus membereskan kekacauan yang dibuat ayahmu kemarin.
Apa ada hubungannya dengan Wahyu-Wahyu itu?
Begitulah
Apa yang bisa aku bantu?
Duduk manis dan jangan ganggu pekerjaan ayahmu 😊
Alis Gita sesekali terangkat melihat status typing dan online berganti terus menerus dibawah nama kontak 'Claudia Ayah'. Sepertinya gadis kecil di ujung sana bingung membalas pesannya. Gita keluar dari aplikasi chatting saat pop up pesan kembali muncul di tengah wallpaper ponselnya.Claudia Ayah
Ini aku. Alex
💝
TbcDikit banget ya??
Sengaja ding.. HeheheJangan lupa klik bintang kecilnya ya. Terus cek lagi dari prolog sampe bab ini, sapa tau ada yang belum di vote. Biar rata tu tiap babnya..
Masukin juga cerita ini ke library kalian, soalnya kalo cuma masuk reading list notifnya suka gak masuk.
Okeyyy...
Bangka, 13.02.19
Dwi Marliza
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovephobia (Sudah Terbit)
RomansaCover cantik by Milly_W Cover cetak by Tia Oktiva Anggita tak pernah menuliskan kata 'pacaran', 'tunangan' apalagi 'menikah' dalam kamus hidupnya. Gita tak ingin berurusan dengan hal apapun yang bersangkutan dengan sang ayah, termasuk menikah. Tuju...