Maafkan diriku yang lupa double up.. 😣😣Tapi ini masih bisa dibilang double lah ya... Kan terakhir gue up belum ada seminggu hehehe....
Happy reading guysss...
Ditunggu ⭐ dan komentarnya ya...
💝
"Udahan dong, Bun, marahnya. Hp aku udah jadi korban lhoo."
Dua jam lalu..."Ya Allah, Bunda!! Nggak kira-kira banget dah!" pekik Sofie seraya memungut ponselnya yang terjun bebas ke lantai akibat lemparan botol air Gita.
Tersenyum miring, Gita melanjutkan makan siangnya yang tertunda. Tak lagi peduli pada Sofie yang mengotak-atik ponselnya.
"Bun, layar hp aku retak. Gimana nih?!"
Cuek, Gita mengendikkan bahu.
"Aduh, masa minta ganti rugi sama Pak dokter sih?" monolog Sofie cukup pelan tapi tetap terdengar oleh Gita.
"Kamu mata-matain saya, Sofie?" tanya Gita sedikit meninggikan suara. Dirinya sudah tak peduli lagi dengan tiap telinga yang mencuri dengar.
"Pak dokter bilang Bunda lagi ngambek, makanya vc pake hp saya."
Ingin rasanya Gita mengeluarkan semua sumpah serapah yang sudah di ujung lidah. Namun yang dilakukannya hanya mengambil ponsel yang beberapa jam ini tak disentuhnya dan mengetik sederet kata sebelum mengirimkan pada kontak Claudia Ayah.
Gita mendelik pada Sofie tanpa berhenti mempersiapkan diri untuk pergi. Rencananya dia akan meninggalkan sekolah tepat saat bel pulang berbunyi. Entah Alex akan benar-benar menjemputnya atau tidak, dia yang akan menghindari pria itu. Namun faktanya, baru satu meter meninggalkan pintu ruang guru, Gita sudah kembali memasuki ruangan itu saat melihat SUV silver milik Alex sudah nangkring di areal parkir.Gita mencoba tak terpengaruh dan memedulikan tatapan heran dari rekan kerjanya. Sofie yang kembali mendekat hanya mendapatkan lirikan tajamnya.
"Nggak jadi buru-buru, Bun?"
Sengaja Gita tak menjawab, malah sibuk berlama-lama membuka dan mengacak isi laci meja, mencari sesuatu yang dia sendiri tak tahu apa. Yang penting dia bisa menghindari pria di parkiran sana. Syukur-syukur kalau dokter itu menyerah dan pergi.
"Kamu nyari apa? Siapa tau aku punya barangnya."
Gita melirik sekilas pada Wahyu. Sepertinya guru itu memang sudah menanggalkan 'saya-kamu' diantara mereka.
"Sesuatu." Yang saya aja nggak tau, apalagi kamu, tambah Gita dalam hati.
"Aku bantu."
Gita menelan saliva saat Wahyu mengitari mejanya.
"Ketemu!!" seru Gita seraya menggenggam dan memperlihatkan alat steples di tangannya. Masa bodo dengan tatapan bingung Wahyu.
"Bunda, ada yang jemput tuh!!"
Mata Gita membesar melihat Jimmy berdiri di pinggir pintu sambil menunjuk arah luar. Dengan sekali lirik, Gita tahu Wahyu juga mendengar teriakan siswanya itu, begitu pula beberapa guru yang masih ada di sana.
"Wah, Pak dokter udah jemput, Bun!"
Good job, Sofie!!
"Kenalin sama kita-kita dong, Bu Gita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovephobia (Sudah Terbit)
RomanceCover cantik by Milly_W Cover cetak by Tia Oktiva Anggita tak pernah menuliskan kata 'pacaran', 'tunangan' apalagi 'menikah' dalam kamus hidupnya. Gita tak ingin berurusan dengan hal apapun yang bersangkutan dengan sang ayah, termasuk menikah. Tuju...