Dua Puluh delapan

8.3K 776 59
                                    

Pecahkan bab ini dengan komen, bisa??? 😝😝😝😝

Happy reading ... 😘😘😘😘


💝

"Diblubbh#:;&$$&&:-}{°™¥%©"

Gita menahan mulutnya agar tak terbuka lebar mendengar jawaban Alex yang tak jelas dengan wajah terlihat sedikit frustasi sejak keluar dari kafe tadi. Sepertinya sikap kasar Gita tadi berimbas panjang untuk pekerjaan sang dokter. Bisa saja kan Rianti menganggapnya tak berbeda dengan si Barbie yang menghambat kemajuan Alex.

"Ibu tanya langsung deh sama orangnya."

"Eh?"

Agak ragu, Gita menerima ponsel yang tersodor padanya. Melirik sesaat pada layarnya yang gelap walau terdengar bisik-bisik dari speakernya. Kalau ini mengenai sikap kasarnya terhadap Bapak siapa-itu-tadi, dia akan menurunkan egonya untuk meminta maaf. Bagaimanapun pekerjaan lelaki di depannya ini sedang dipertaruhkan sekarang.

"Halo," sapanya lemah.

"BUNDAAA!!!!!"

Jeritan dari ujung sana membuat Gita menjauhkan ponsel dari telinga. Matanya mendelik kesal pada Alex yang meringis merasa bersalah.

'Kok Claudia?'

'Kan tadi Ibu nanya kapan dia pulang. Ngomong langsung aja.'

Gita mendesis pelan. Ternyata lelaki itu bukan frustasi karena memikirkan pekerjaannya. Seperti tak ingin menguping, Alex memilih untuk duduk di bangku teras sementara Gita membawa ponselnya masuk rumah.

"Assalamualaikum, Clau," sapanya ulang seraya memasak air untuk menyeduh teh.

"Wa'alaikumsalam. Apa kabar, Bunda? Rindu padaku? Apa ayahku menjagamu dengan baik? Oh, tentu saja. Kalau tidak kita tidak akan bicara sek---"

"Clau?"

"Ya!"

"Kapan kau kembali?" tanya Gita tepat pada inti.

"Apa ayah tidak memberitahumu?"

"Uhm... nggak," jawab Gita tak yakin.

Tawa Claudia terdengar. Hingga Gita membawa baki berisi dua gelas teh ke hadapan Alex, tawa di ujung sambungan masih terdengar.

"Aduh.. duh... Perutku sakit sekali," suara Claudia kembali di tengah kekehannya.

"Jadi?" tanya Gita tak memedulikan Alex yang ingin menanyakan keluhan sang anak.

"Apa?"

"Kapan kau kembali?"

"Setelah kau menerima lamaran ayahku. Atau setidaknya setelah hatimu terbuka sedikit untuk pria tua itu."

"Kalau begitu kembali secepatnya. Saya nggak sanggup meladeninya sendirian."

"Eh? Apa---"

Gita memutuskan panggilan tanpa peduli pada Claudia yang masih terus berceloteh. Ponsel Alex diletakkan di atas meja. Diarahkan layar ponsel pada pemiliknya saat benda pipih itu kembali berbunyi. Panggilan masuk dari 'Love💕'.

"Ibu saya. Angkat aja."

Tapi hingga panggilan ke-tiga, mereka masih bergeming. Hingga sebuah pesan masuk masih dari nomor yang sama. Belum sempat membaca pop up, benda pipih itu kembali berdering. Dengan lirikan mata Alex meminta izin Gita untuk menjawab panggilannya.

Lovephobia (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang