Dua Puluh Tiga

5.6K 1K 62
                                    

'Ngomong.'

'Apa aja. Tanya makan, minum obat, apa aja. Basa-basi sedikit.'

'Saya nggak bisa.'

'Mau saya yang mulai?'

'Nggak usah.'

'Ya udah, ngomong.'

Decakan Gita mengakhiri obrolan mata antara dirinya dan Alex yang saat ini sedang berada di ruangan luas tapi menyesakkan untuknya. Di mana lagi kalau bukan ruang VIP 1 Anyelir lantai tiga Rumah Sakit Evereast.

Harusnya Gita sudah bisa menebak dengan kehadiran Alex mendadak di sekolah. Apalagi saat lelaki itu mengatakan ingin menjemput Claudia yang sedang berada di rumah sakit, yang sialnya salah ditafsirkan oleh Gita. Sang guru cantik mengira si gadis kecil yang cerewet dan ceria itu sedang sakit dan meminta dirinya datang. Yang mengakibatkan dirinya terjebak di sini.  Saling melempar isyarat lewat lirikan mata dengan Sang dokter sekaligus supir dadakannya hari ini. Sementara si keriting gantung sedang asik bercanda dan tertawa dengan lelaki yang paling dibenci Gita dua puluh tahun ini.

"Pak Alex."

Tubuh Gita menegang. Walau bukan namanya yang disebut, jantungnya tetap berdetak lebih kuat mendengar suara berat yang tiba-tiba menyapa.

"Terima kasih. Maaf sudah merepotkan."

"Oh, nggak kok Pak Eno. Bu Gita memang minta saya temani kalau ke sini."

Kali ini Gita melemparkan pandangan sinis andalannya.

"Kalau gitu, saya permisi---"

"Mau ke mana?" tanya Gita tak mampu menutupi kegugupannya.

"Saya mau ambil berkas dulu, Bu," kekeh Alex menahan geli. "Kamu juga mau ke kantin kan, Clau?"

Gita mendengkus kasar. Dirinya jelas tahu itu hanya akal-akalan Alex untuk meninggalkannya. Walau sempat mendengar gadis kecil itu menyematkan kata 'Opa' dan mencium pipi lelaki tua itu ketika pamit sebelum  memeluknya, Gita tak akan tersentuh begitu saja dengan tingkah keduanya.

Gita tak berminat buka suara meski sudah cukup lama ruangan itu di selimuti kesenyapan sejak Alex keluar. Sebelum sebuah pesan masuk ke ponselnya.

 
Claudia Ayah
Online

Titip pasien saya sebentar ya Bu.

Tolong jangan diapa-apain

Saya masih mau jabat tangan dengan beliau di depan penghulu soalnya

😉😉😉

  

 
Tadinya Gita pikir Alex  akan berhenti menebarkan rayuan setelah dirinya mengemukakan penilaian tentang gombalan recehnya. Tapi ternyata sang dokter justru lebih gencar melakukan penyerangan.

Tanpa sadar Gita bergidik menahan geli di perut. Seperti ada puluhan tangan yang menggelitiknya dari dalam. Dan itu hanya terjadi tiap kali Alex mengeluarkan gombal-gembelnya. Membuatnya gemas ingin balas menggelitik lelaki itu agar tahu keadaan seperti itu sangatlah menyiksa.

"Nak Alex lelaki yang baik ya."

Gita tersentak. Senyumnya yang sempat terukir kembali terhapus. Bagaimana mungkin dia bisa melupakan keberadaannya saat ini?

"Ya. Alex memang lelaki yang baik. Dia bahkan peduli pada anak yang bukan darah dagingnya," pungkasnya ketus.

"Ak, Bapak---"

"Nama saya Gita."

Helaan napas panjang terdengar sesaat.

"Bapak minta maaf---"

"Apa dengan maaf semua permasalahan bisa selesai? Bisa mengubah keadaan? Bisa mengulang waktu? Bisa membayar semua kesulitan yang saya dan keluarga saya alami?"

"Ak---"

"Apapun yang akan Anda katakan tidak akan mengurangi rasa benci saya terhadap Anda. Dan asal Anda tau, Bapak Suseno Hendrik yang terhormat. Saya berdiri di sini hanya untuk melihat Anda mati perlahan!"

Tanpa ingin berlama-lama Gita bergegas keluar dari ruangan sesak itu. Bahkan sengaja membanting pintu untuk menegaskan keseriusan ucapannya.

Masih menggenggam erat gagang pintu, Gita membiarkan emosi  yang selama ini ditahannya menguar. Menegaskan dalam hati bahwa lelaki tua yang tengah sekarat itu memang berhak menerima makiannya. Bahkan makian tadi belum ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang sudah dirinya rasakan.

Setidaknya sampai sebuah lengan berbalutkan kemeja putih meraih tubuhnya. Menyembunyikan air mata yang dengan lancangnya mengaliri pipi dalam sebuah dekapan. Meredam kobaran amarahnya dengan sebuah pelukan. Meyakinkan bahwa sesekali menangis tak akan membuatnya menjadi lemah.

 
 
💝

  
 
"Itu mata bisa biasa aja nggak sih liatnya? Mau saya colok?!"

Dari begitu banyak peristiwa yang terjadi selama hidupnya, yang paling Gita sesalkan adalah mengapa harus dokter gila di depannya ini yang melihat air matanya. Dari sekian ratus milyar nyawa yang ada di bumi, mengapa harus lelaki receh ini yang menemani saat berada di titik terrapuhnya.

Kenapa. Harus. Lelaki. Yang. Sedang. Tersenyum. Padanya. Ini??!!

"Pak---"

"Makan dulu, Bu. Ngomongnya nanti."

Bagaimana Gita bisa makan dengan lahap dan tenang kalau lelaki itu tak sekalipun mengalihkan mata darinya. Yang ada dia sudah berkali-kali tersedak saat tak sengaja beradu pandang.

"Claudia---"

"Tadi udah dijemput Pak Lana."

"Bapak biarin---"

"Dia yang minta. Katanya, 'Ayah lebih baik temenin Bunda. Pasti Bunda sedih habis berantem sama Opa'."

Kunyahan Gita terhenti. Menatap lurus pada Alex yang masih tersenyum.

"Kalau Sang Puteri sudah bertitah, saya sebagai abdi bisa apa?"

Senyuman tipis terukir di wajah Gita. Membayangkan betapa manisnya gadis kecil itu saat mengutarakan kekhawatirannya. Ya. Claudia memang semanis itu.

"Nangisnya nanti lagi, Bu," bisik Alex seraya mengusap sudut mata Gita yang kembali berair.

"Pura-pura nggak liat aja sih, Pak!" kilahnya ikut mengusap sudut mata sebelum kembali menyuapkan ketoprak.

"Bu."

Panggilan Alex membuat Gita mendongak sekali lagi.

"Jangan nangis di depan cowok lain ya."

"Eh?"

"Saya nggak yakin bisa nahan diri liat Ibu dipeluk lelaki lain."

Ya Allah...

Kenapa lelaki gila ini mendadak jadi terlihat manis begini sih?!

 
💝

 
Udah ah dikit aja...
Kebanyakan khawatir diabetes nanti...
Hahahaha.....

Ada sedikit kekhilafan di bab depan. Kekhilafan yang bisa bikin diabetes..

Penasaran??

Langsung aku up kalo bab ini udah 500⭐

Kelamaan??

Itu tergantung jempol kalian sih... Makanya jan pelit pencet bintang... Hahaha.....

Eh, yang punya IG boleh kali follow ig ku... (at)sridwimarliza

Udah lama gak posting sih, tapi lumayanlah ya buat nambah temen hehehe.....

Bangka, 02.08.19
Dwi Marliza

Lovephobia (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang