Let's Start The Party!

35.3K 2.1K 86
                                    

"Jadi besok siapa yang temani kamu jalan ke altar?" tanya Jill yang sedang bergelung di dalam selimut, persis di sebelah Luna.

Malam ini Jill dan Domi tidur bersama Luna di hotel karena besok pagi-pagi sekali tim Mia akan datang untuk merias mereka. Lagipula ketignya ingin menghabiskan waktu bersama untuk melepas masa lajang Luna. Merayakan malam terakhir Luna sebagai seorang perawan. Mulai besok, gadis itu sudah tidak suci lagi.

"Papi," jawab Luna singkat. Dia sedang asik dengan ponselnya. Sepertinya sedang berbalas pesan dengan Juro. Terlihat dari wajahnya yang tersenyum kecil beberapa kali.

"Papi yang mana?" Jill kembali bertanya. Sedikit merasa heran karena Luna biasanya menyebut suami ibunya dengan sebutan papa, bukan papi.

Luna menoleh sebentar sebelum matanya kembali ke layar ponselnya. "Papi kandung gue."

Begitu mendengar jawaban Luna, Domi yang sejak tadi sedang sibuk sendiri dengan ponselnya di sofa depan televisi, langsung melompat dan menerjang Luna.

"Papi kandung dari mana?" Domi mengguncang bahu Luna dengan kencang.

"Eh, bego! Sakit!" Luna menepak tangan Domi tidak kalah kencang. "Lo mau bikin gue jadi kelihatan kayak korban KDRT sebelum gue resmi kawin? Bahu gue bisa bonyok lo remukin gini."

Domi terbahak kencang melihat wajah Luna yang benar-benar kesal. Dia memang tidak pernah gagal memancing emosi Luna. "Bagus juga ide lo. Biar lo batal kawin jadinya. Biar pendetanya mikir Juro suka mukulin lo, jadi dia batal berkatin kalian," balas Domi dengan tawa jahat.

"Sumpah, ya! Mulut lo jahat banget, Dom!" hardik Luna sambil mendorong Domi sampai gadis itu terjungkal dari tempat tidur.

Domi yang mendarat cantik di atas karpet, sama sekali tidak marah. Ia menoleh sedikit untuk memeriksa kondisi bokongnya. Ketika sudah tahu bokong indahnya masih tetap indah, Domi tersenyum lebar. "Gue masih nggak rela aja dia ganti status jomblo akut lo jadi sold out. Oke, balik ke urusan bokap kandung. Sejak kapan lo punya bokap kandung?" Kali ini nadanya sedikit serius. Hanya sedikit.

"Sejak gue brojol, Domi! Lo pikir gue anak setan main lahir-lahir aja nggak ada yang nyumbangin sperma," sentak Luna kesal. Nadanya naik semakin tinggi, entah sudah berapa kali overtune sejak awal berbicara dengan Domi.

"Eits, yang besok pecah perawan!" Telapak tangan Domi mendarat cantik di paha mulus milik Luna, memberikan guratan merah muda nan indah di sana. "Udah lancar ngomong sperma lo. Besok-besok yang dibahas ukuran roket lakinya, nih!"

Jill menggeleng. Pusing mendengarkan ocehan Domi. "Sejak kapan kamu ketemu Papi kamu?"

"Minggu lalu." Nada bicara Luna langsung merosot drastis kalau bicara dengan Jill.

"Gimana ceritanya?" tanya Jill lagi.

"Bokap gue datang ke rumah Mama Rissa. Pengin ketemu gue buat minta maaf."

"Terus lo langsung maafin bokap lo gitu? Bukannya lo benci banget?" Domi ikut penasaran kali ini. Tanpa sadar dia sudah kembali duduk di tempat tidur, dekat kaki Luna. Dia dan Jill sendiri yang menjadi saksi betapa bencinya Luna pada pria yang berjasa membuatnya terlahir tanpa keluarga yang utuh.

"Karena ternyata Papi nggak sejelek sangkaan gue selama ini. Dia dipaksa keluarganya buat ninggalin Mami pas tahu nyokap gue itu hamil. Bokap dibuang keluar negeri. Pas bokap bisa balik, nyokap udah kawin sama Papa Davin." Luna menceritakan semuanya dengan ringan, tanpa beban sama sekali.

HOT Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang