13. Calon Ayah Mertua

14.1K 1.5K 215
                                    

Ada yang kangen Domi-Sena? Maafkan ya aku menghilang beberapa hari. Maklum bu guru udah libur, jadi banyak acara lain.

Ini juga aku mau info dulu, beberapa minggu ini ga janji bisa up rutin. Krn banyak acara keluarga. Mau liburan, kumpul keluarga, dll. Tapi kalo emang sempet, aku pasti up.

"Mas Nawa?" sapa Juro sopan ketika melihat Sena duduk sendiri di coffee shop yang ia datangi.

"Juro? Apa kabar?" Sena berdiri dan berjabat tangan dengan Juro.

"Baik, Mas. Mas Nawa sekarang lagi di Indonesia terus, ya?" tanya Juro. Dia sudah cukup lama tidak berkabar dengan Sena. Tiga tahun yang lalu, Juro pernah menemani Ardha ke Madrid untuk menemui Nawasena Tandayu. Ardha ingin mengulas profil Nawasena Tandayu dan memuatnya dalam Prime Magazine. Sejak perkenalan itulah terjalin kerja sama di antara keduanya. Sena kerap mempercayakan media promosi untuk event yang ia selenggarakan pada Juro.

"Iya. Sudah beberapa bulan saya di Indonesia."

"Mas Nawa ngapain di sini? Tumben mau keluar dari pertapaan," ujar Juro.

Sena terkekeh mendengar keheranan Juro. "Saya ada janji dengan orang. Kamu sendiri, ada kerjaan?"

"Nggak, Mas. Saya ke sini mau ketemu sama calon ayah mertua saya."

Tiba-tiba ada perasaan ganjil yang Sena rasakan. Berapa banyak persentase calon menantu mengajak bertemu calon mertua di coffee shop? Kebetulan sekali. "Kalian janjian di sini?"

"Iya, Mas." Juro mulai celingukan. Mengedarkan pandangnya mencari sosok pria paruh baya yang mungkin adalah calon mertuanya.

"Meja nomor berapa?" Sena semakin penasaran.

"21." Saat itu juga Juro menunduk dan menangkap nomor meja yang Sena tempati. "Eh, lho? Ini kan meja nomor 21."

"Siapa nama calon mertua kamu itu?" Sena sudah ingin tertawa menyadari kebetulan ini. Rasa-rasanya dugaannya benar.

 Rasa-rasanya dugaannya benar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Adrian."

Sena mengusap wajahnya sambil menahan tawa. Ia berdeham, menegakkan duduknya, kemudian bicara dengan tenang. "Silakan duduk, Juro."

"Lho?" Wajah Juro benar-benar tampak bodoh. Dia berusaha berpikir keras, namun otaknya mendadak buntu.

Melihat Juro masih kebingungan, Sena berujar lagi, "saya yang kamu cari."

HOT Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang