Cerita ini kayaknya isinya bakal happy2 terus lho, bosen ga kalian?
Don't forget to give a vote and a lot of comment ya 🤗🤗🤗
"Mbak, aku tuh takut dimarahin sama Pak Nawa, lho!" ujar Ika memelas begitu Domi kembali muncul siang ini. Masih terbayang dalam ingatan Ika wajah dingin Sena kemarin sore.
"Iya, Mbak. Pak Nawa itu berkali-kali bilang kalau kita nggak boleh kasih Mbak Domi masuk lagi." Lira ikut-ikutan memasang wajah memohon.
"Kalian dimarahin sama Sena?" tanya Domi ingin tertawa. Wajar saja sebenarnya jika kedua gadis ini dimarahi oleh Sena, karena keduanya selalu meloloskan Domi masuk dengan mudahnya.
"Nggak dimarahin yang gimana banget sih, Mbak. Cuma Pak Nawa tanya, gimana caranya Mbak Domi tiap hari bisa nyelonong masuk tanpa dicegah?" Lira meringis.
"Terus kalian jawab apa?"
"Kita selalu bikin alesan. Kita bilang gak liat Mbak Domi masuk, misalnya pas Mbak Lira lagi nemenin tamu, aku lagi ke toilet, atau apalah gitu," jawab Ika polos.
"Good! Jawab aja terus kayak gitu." Domi mengedipkan sebelah matanya pada kedua gadis itu. "Gue baru order Sulwahsoo lagi, langsung gue kirim ke alamat kalian."
"Mbak Domi, ih! Makasih banget lho. Jadi enak." Ika terkikik kesenangan. Siapa yang tidak bahagia kalau hanya demi meloloskan Domi masuk mereka akan menerima sokongan Sulwahsoo yang harganya selangit bagi kantong anak rantau melarat macam mereka?
"Kapan-kapan kalo ada konser BTS, gue berangkatin kalian berdua." Domi mengedip pada mereka. Domi sengaja mengadakan pendekatan pada kedua bocah ini yang ternyata mabuk dengan segala hal berbau Korea. Maka sekarang, dengan mudah Domi bisa menjalankan konspirasi busuknya bersama mereka.
"Serius, Mbak?!"
"Apa sih yang nggak buat kalian? Udah ah, gue ke atas dulu." Domi pergi begitu saja meninggalkan kedua gadis yang masih ternganga lebar, sedikit lagi liur mereka mungkin menetes. Setelah setiap hari mendatangi tempat ini selama tiga minggu lebih, Domi sudah menjadi sangat terbiasa dengan segala sesuatu yang terjadi di sini.
Domi sekarang sudah tahu kebiasaan Sena, kegiatan pria itu sehari-hari, dan lain-lainnya. Sena itu hampir selalu menghabiskan waktunya di bengkelnya di lantai 2. Sesekali di ruang kerja pribadinya di lantai 3, tapi itu sangat jarang. Urusan menemani tamu yang ingin berkeliling galerinya ia serahkan pada Lira dan Ika. Sena baru akan turun jika ada permintaan khusus dari tamu yang datang untuk bertemu langsung dengannya.
Tanpa ragu Domi langsung menuju bengkel Sena, jam-jam seperti ini pria itu pasti sedang sibuk berkutat di sana. Namun ternyata dugaan Domi salah, kali ini ruangan itu kosong. Domi kembali menyusuri lantai 2, namun hasilnya sama saja. Pada akhirnya Domi menemukan Sena di ruang kerja pribadinya di lantai 3. Pria itu tengah duduk berselonjor dengan mata terpejam. Sungguh pemandangan yang membuat iman Domi goyah. Domi tidak akan menyia-nyiakan kesempatan sebaik ini. Dengan penuh semangat ia segera mendaratkan bokongnya tanpa suara di kursi yang berseberangan dengan Sena untuk menikmati wajah tampan pria itu yang tengah tertidur.
Hampir dua puluh menit Domi menikmati surga dunia, dan semua itu akan segera berakhir ketika akhirnya mata Sena mulai mengerjap. Dengan gesit Domi langsung bangkit dan mendarat di pangkuan Sena, menyandarkan tubuhnya di atas dada Sena sambil mengalungkan lengannya di sekeliling leher pria itu.
Sena membeku. Tidak bereaksi.
Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima. Enam. Tujuh. Setelah tujuh detik akhirnya Sena bereaksi. "Dominique," ujar Sena dengan suara serak khas bangun tidur yang di telinga Domi terdengar semakin seksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT Single Daddy
ChickLitBOOK TWO OF SINGLE DADDY THRILOGY Dominique Francessa itu cewek gesrek, bar-bar, liar, dan pastinya galak. Namun, Domi ini cantik, seksi, sekaligus cerdas. Sayangnya, otak bermutu Domi tidak pernah dia gunakan dengan benar. Sampai suatu hari, dia te...