"Ada urusan apa membawa saya ke sini?" tanya Domi dingin.
"Ada yang perlu saya bicarakan dengan kamu," balas pria itu angkuh.
"Harus pakai cara seperti ini? Memangnya tidak bisa datang langsung?" Meski isi kata-katanya berupa sindiran pedas, tanpa sadar Domi bicara dengan struktur kata yang tertata dengan sangat rapi. Sudah sangat lama rasanya ia tidak menggunakan cara bicara yang seperti ini. Dia bahkan tidak tahu kalau dia masih menguasai kemampuan berbahasa semacam ini.
"Kamu tahu saya sibuk. Mana ada waktu mencari-cari kamu yang keberadaannya tidak pernah jelas." Sejak dulu, pria ini tidak pernah berubah. Seorang Prabu Wiryawan memang selalu seangkuh itu. Prabu Wiryawan tidak pernah repot-repot datang menemui orang yang ingin ditemuinya, orang itulah yang akan datang kepadanya, dengan atau tanpa paksaan. Seperti saat ini, Prabu Wiryawan berhasil menyeret Domi ke salah satu unit apartemennya untuk berbicara secara empat mata.
"Siapa yang minta Anda mencari saya?" sambar Domi cepat, masih tetap dengan nada tenang. Dia harus bisa mengendalikan dirinya jika berhadapan dengan pria ini. "Lagipula bukan hanya Anda yang sibuk, saya juga sibuk. Jadi tolong cepat katakan ada perlu apa Anda dengan saya?"
Prabu Wiryawan menatap tajam ke arah Domi. "Begitu cara bicara kamu dengan orang tua?"
"Saya memang terbiasa berbicara seperti ini. Dengan orang yang lebih muda atau lebih tua, bagi saya sama saja."
"Kamu tahu maksud saya bukan itu."
"Lalu apa? Tolong jelaskan. Saya terlalu bodoh untuk dapat mengerti maksud kata-kata Anda," tantang Domi dengan berani.
"Kamu keterlaluan! Apa kamu sudah tidak menganggap saya orang tua kamu? Papa kamu!" bentak Prabu Wiryawan.
"Anda lupa kalau kita bukan lagi orang tua dan anak? Anda sendiri yang mengatakannya," desis Domi penuh amarah. Sampai hari ini, kemarahannya tidak pernah berkurang terhadap pria ini.
"Dasar anak kurang ajar!" Prabu Wiryawan menggebrak meja penuh murka.
"Siapa yang mengajari saya untuk jadi kurang ajar? Bukankah ini hasil didikan Anda sendiri?" balas Domi tenang. Hatinya puas melihat pria ini marah.
"Ternyata wanita egois itu memang tidak becus mendidik anak. Hancur kamu jadinya! Malu saya punya anak seperti kamu! Memang sejak dulu bisamu hanya membuat onar dan membuat saya malu."
"Jangan bawa dia dalam hal ini, karena jelas-jelas saya jadi begini karena Anda!" sergah Domi. Tidak terima ibunya dihina oleh pria ini. "Andalah penyebab semua kekacauan dalam hidup saya. Saya heran. Setelah sekian lama, untuk apa Anda mengajak saya berdebat masalah ini? Kenapa tidak langsung saja katakan apa mau Anda?"
"Saya memanggilmu ke sini karena masalah gosip yang beredar tentang kedekatan kamu dengan pria itu."
"Apa urusannya dengan Anda?"
"Jauhi dia," ujar Prabu Wiryawan penuh keangkuhan.
"Saya rasa Anda tidak berhak memutuskan siapa yang boleh dan tidak boleh dekat dengan saya. Anda sudah kehilangan hak itu sejak lama," balas Domi cepat.
"Selama ini saya tidak peduli dengan sepak terjang kamu yang seperti perempuan murahan itu. Tapi kali ini, saya harus ikut campur. Kamu tidak boleh dekat dengan dia."
Hati Domi sakit dikatai sebagai perempuan murahan oleh ayahnya sendiri, tapi dia tidak boleh menunjukkannya di depan pria ini. Harga dirinya melarang. "Apa alasannya?"
"Saya tidak bisa jelaskan. Kamu cukup turuti saja perintah saya."
"Konyol! Apa yang membuat Anda berpikir saya akan menuruti kata-kata Anda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT Single Daddy
Chick-LitBOOK TWO OF SINGLE DADDY THRILOGY Dominique Francessa itu cewek gesrek, bar-bar, liar, dan pastinya galak. Namun, Domi ini cantik, seksi, sekaligus cerdas. Sayangnya, otak bermutu Domi tidak pernah dia gunakan dengan benar. Sampai suatu hari, dia te...