26. Ambisi Besar

12.2K 1.5K 273
                                    

Yeayy bisa up lagi. 💃💃💃
Pusing ya sama masalah keluarga Domi? Bertahanlah karena cerita Domi ini cukup complicated. Konflik2 aneh yang bikin orang2nya bertindak nggak realistis. Tapi itulah kehidupan kan?

"Sudah berapa lama kamu di Indonesia?" Andrew Bratasena Tandayu duduk dengan tenang di hadapan Sena.

Meski terganggu dengan kedatangan Andrew, Sena tetap mempersilakan tamu tak diundang itu untuk masuk menemuinya. Menyediakan waktu untuk bicara di ruang meeting galerinya saja rasanya sudah sangat baik. "Setengah tahun."

"Kenapa tidak pernah pulang?"

"Untuk apa?" Sena mendengus kasar.

"Jelas untuk menemui kami. Lagipula untuk apa kamu tinggal di sini? Kamu punya rumah Adrian."

"Sejak dulu, tempat itu tidak pernah jadi rumah saya."

"Kamu kembali ke Indonesia untuk menemui wanita itu dan anaknya, bukan?"

"Bukan urusan Papa," tukas Sena cepat.

Andrew terkekeh. "Berarti benar. Di mana mereka sekarang?"

"Mau apa Papa bertanya tentang mereka?" Sesuatu di dalam dirinya mulai bergejolak. Dia tidak suka melihat sorot keingintahuan di wajah Andrew.

"Papa mau lihat seperti apa anak kamu yang lahir dari wanita itu. Papa ingin bertemu dengannya."

"Buat apa?"

"Jelas karena dia cucu Papa."

"Papa bercanda? Setelah apa yang Papa lakukan pada mereka, berani-beraninya Papa bilang dia cucu Papa?" Emosi Sena selalu mudah terpancing jika berhadapan dengan sosok Andrew Bratasena Tandayu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Papa bercanda? Setelah apa yang Papa lakukan pada mereka, berani-beraninya Papa bilang dia cucu Papa?" Emosi Sena selalu mudah terpancing jika berhadapan dengan sosok Andrew Bratasena Tandayu. Sejak dulu. Selalu. Andrew punya kemampuan luar biasa untuk mempermainkan suasana hati lawan bicaranya.

"Bagaimanapun juga, kamu tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa darah Papa juga mengalir dalam tubuh anak itu."

"Jangan ganggu mereka, Pa." Sena menatap ayahnya tajam.

"Kenapa?" tanya Andrew berlagak tidak mengerti.

"Mereka sudah bahagia. Mereka punya kehidupan sendiri. Jangan usik mereka."

Andrew mengangkat bahunya. Jika putranya tidak mau memberitahu keberadaan cucunya, ia bisa mencari tahu sendiri. "Omong-omong soal gadis yang dikabarkan dekat dengan kamu, apa tidak salah kamu dekat dengan dia?"

"Memangnya kenapa?"

"Sejak dulu kamu selalu memilih perempuan yang tidak tepat."

Selalu seperti ini. Sejak ia masih kecil, Andrew selalu ikut campur dalam segala pilihan yang dibuatnya. Lupakah ayahnya jika usianya sudah terlalu tua untuk diatur-atur? "Sampai kapanpun, tidak akan ada perempuan yang cukup baik di mata Papa."

HOT Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang