1. The Greatest Goal

28.4K 1.8K 68
                                    

"Kenapa sih lo ngebet banget pengen bawa ni laki ke acara gue?" Jovi membanting kertas di tangannya ke atas meja. Kertas berisi data-data Nawasena Tandayu yang sengaja Domi sodorkan padanya.

Pasalnya, tidak mudah mendatangkan seorang Nawasena Tandayu ke sebuah acara, apa pun, termasuk talkshow. Pria matang mapan nan dewasa itu hanya mau didatangkan ke acara seminar dan workshop bermutu, di mana keahliannya sebagai seorang pematung akan jelas berguna. Bukan acara bincang-bincang santai nista berlumur gosip murahan yang jelas akan menurunkan kredibilitasnya sebagai seniman sejati.

"Lagak lo, Jop!" sembur Domi dengan tatapan setajam bulu landak. "Acara lo, acara lo! Gak inget siapa yang bikin talkshow kacangan lo jadi talkshow kelas atas? Bermutu. Bergengsi. Berkelas. Bonafit-"

Jovi cepat-cepat memiting leher Domi dan membekap mulut gadis itu, sebelum gadis gila itu meneruskan sumpah serapahnya. "Gandeng, Nenek Sableng! Lagian coba lo pikir pake otak lo yang cuma nyisa secuil itu. Emang ini orang tuh siapa, sih? Apa hebatnya dia sampe perlu diundang ke acara gue? Bikin acara gue jadi ternoda tau gak?!"

*gandeng = berisik

Domi menginjak sepatu basket mahal kesayangan Jovi dan berhasil membebaskan diri dari pitingan pria bertubuh tinggi tegap itu. "Eh, elo tuh yang bego, Dower! Lo gak tau pengaruhnya Si Mas Ganteng ini di kalangan kaum gue? Ini orang lagi nge-hits banget. Dari anak perawan yang belom tau cara masang kotek sampe nenek keriput yang kalo bugil juga udah gak ada seksi-seksinya, semua bakal horny kalo liat dia."

"Lo kali yang horny!" Jovi menjitak kepala Domi. Gemas dengan mulut Domi yang berantakan.

"Gue sih jelas. Jangan ditanya lagi." Domi mengerling nakal.

"Najis gue sama lo lama-lama." Jovi menutup wajah Domi dengan tangannya. "Nyesel gue dulu pernah naksir sama lo. Sumpah! Sinting lo ga bisa ditolong lagi, Dom. Kronis. Menahun."

Tidak ada yang salah dari seorang pria yang jatuh hati pada pandangan pertama ketika melihat Domi, yang salah adalah mereka yang terus jatuh cinta pada Domi setelah mengenalnya dalam kurun waktu yang cukup lama. Beruntung Jovi terbebas dari kutukan, hanya dalam waktu beberapa bulan, Tuhan memberikan hidayah padanya.

Entah apa pula kekurangan seorang Jovi Sastro? Dia muda, tinggi, tampan, bertubuh atletis, bermasa depan cerah, pandai bergaul, dan masih banyak sederet kelebihan Jovi lainnya. Tapi satu kali pun, Domi tidak pernah sampai khilaf dan berpaling padanya. Domi tidak pernah menganggap Jovi sebagai pria. Bukan hanya Jovi sebenarnya, tapi semua laki-laki yang bersinggungan dengan Domi, tidak pernah masuk hitungan baginya. Tidak pernah cukup baik untuk bisa menggugah seleranya.

"Diem lo, Koreng!" teriak Domi sambil menepis tangan Jovi dari wajah mulusnya. "Tangan lo bau cangcut si Udin!"

"Otak lo emang keseleo, ya! Gimana caranya tangan gue bau cangcut si Udin?" Jovi meringis membayangan Udin, OB terbaik sepanjang masa yang begitu legendaris di Forty Media.

"Mana gue tau, lo bedua adu remes kali."

"Bangke!" maki Jovi.

"Jopo Sutopo, gue kagak mau tau. Pokoknya lo harus mau. Dua taon lebih gue nunggu kesempatan buat wawancara dia. Gue aja sampe bela-belain beresin kuliah gue cuma demi bisa duduk satu frame sama dia. Gue gak bakal biarin siapa pun, apalagi elo, gagalin The Greatest Goal in My Life. Paham lo?"

"Kalo gue tetep gak mau?" tantang Jovi.

"Gue bakal ngangkang di depan Si Bewok supaya dia nge-kick lo dari sini," ancam Domi kejam. Sapto, Si Bewok, adalah produser With Us. Acara talkshow yang dibawakan oleh Jovi sejak tiga tahun terakhir, dan Domi yang muncul sebagai penyegar setahun belakangan.

HOT Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang