15. Putri Kecil

13.7K 1.6K 145
                                    

Maap yah baru bisa up lagi. Aku baru balik dari luar kota. Kmrn ini 8 hr main ke Jogja-Solo-Semarang-Cirebon. Ga sempet buka laptop buat nulis.

Yang kangen Sena, enjoy ya... Maap di part ini Domi ilang dulu.

Setelah pergulatan batin yang panjang akhirnya Sena memutuskan untuk menemui putrinya, bagian dari masa lalu yang selalu membuatnya merasa tersiksa. Namun menemui putrinya bukanlah hal yang mudah, gadis itu dengan tegas menolak bertemu. Namun berkat bantuan Juro, akhirnya di sinilah Sena berada, duduk di ruang tamu rumah Rissa, menunggu dengan gelisah waktu-waktu perjumpaannya dengan putrinya untuk pertama kalinya.

"Jangan tegang begitu." Clare memecah keheningan yang melingkupi mereka.

"Juro pasti berhasil meyakinkan Luna. Kamu tenang saja." Rissa yang juga tidak tega melihat wajah tegang Sena mencoba menghibur.

Sena diam saja. Hanya mengangguk sambil mencoba tersenyum, walau hasilnya terlihat menyedihkan.

"Ian, kamu langsung nyusul ke atas aja," saran Clare ketika Juro tidak juga turun meski sudah cukup lama meninggalkan mereka.

"Kamu yakin?" tanya Sena ragu.

"Ayo, aku anter." Clare berdiri dan berjalan di depan Sena. Mereka berjalan beriringan tanpa berbicara apa-apa. Clare mengantarkan Sena sampai di depan kamar Luna. Sebelum meninggalkan Sena di sana, Clare menepuk pundak pria itu memberi semangat. "Aku tinggal, ya."

Sena tidak berani melangkah masuk. Ia hanya berdiri diam di depan kamar Luna yang setengah terbuka. Dari posisinya berdiri, samar-samar Sena bisa menangkap percakapan yang terjadi di dalam kamar antara Luna dan Juro.

"J, kamu tau aku nggak mau ketemu sama dia."

Sena bisa menangkap kebencian pekat yang tergambar jelas lewat suara putrinya.

"Kenapa nggak mau, Moon?"

"Kenapa harus ketemu?" balasnya dingin.

Juro memeluk Luna semakin erat. "Moon, beberapa hari lagi kita mau nikah. Aku mau kita melangkah tanpa ada beban lagi, termasuk dari masa lalu kita. Aku mau kita berdamai dengan masa lalu kita, dengan ketakutan kita. Dan dia adalah bagian dari masa lalu kamu yang belum kamu beresin."

"J, kamu nggak ngerti." Luna menggeleng marah.

"Aku ngerti, Moon. Aku tau gimana rasanya ditolak. Aku tau gimana rasanya nggak dianggap sama Papaku sendiri."

"Kalau kamu tau kenapa kamu masih paksa aku ketemu dia?" Gadis itu bertanya penuh emosi.

"Karena dia mau ketemu kamu. Dia cari kamu, dan dia berharap bisa ngomong sama kamu biarpun cuma sebentar."

"Aku nggak yakin bisa maafin dia, J."

"Itu butuh proses, Moon. Setidaknya buat sekarang, cukup ketemu dulu sama dia. Kalau susah buat maafin, setidaknya kamu bisa mulai dengan mengakui dia adalah bagian dari kehidupan kamu." Juro membelai lengan Luna untuk menenangkan gadis itu.

"Dia aja nggak pernah mengakui aku itu bagian dari hidupnya, J."

"Itu dulu, dan sekarang dia nyesel."

"Dan dia nyesel setelah aku segede ini. Ke mana aja dia selama ini?! Ke mana dia waktu aku butuh dia?! Ke mana dia waktu aku ngerasa kayak layangan putus yang nggak tau dari mana asalnya?! Nggak tau tempat buat pergi apalagi buat pulang! Ke mana dia, J?" pecah sudah tangis Luna.

HOT Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang