🔫10. Mau dipaksa atau...?

22.5K 2.5K 464
                                    

Keyra dengan cepat menutup pintu dan hendak menguncinya. Tapi ternyata gerakan Rayen lebih cepat, hanya dengan satu lengan saja Rayen mampu mendorong pintu itu hingga terbuka.

"Mau ngapain sih?!" Bentak Keyra.

"Mau masuk," jawab Rayen santai. "Duduk, aku mau ngomong," Rayen menyuruh Keyra untuk duduk di sofa dalam kamar itu.

Keyra mendengus. Dia menuruti kemauan Rayen untuk duduk di sofa single itu. Keyra melengos ketika Rayen datang mendekat, persis seperti anak kecil yang sedang ngambek.

Seperti kebiasaannya, Rayen akan duduk di meja sambil mengapit kedua paha Keyra. Dia menangkup kedua pipi Keyra, memposisikannya untuk saling bertatapan.

"Ryshaka cuma masa lalu aku. Sumpah demi Tuhan, aku udah nggak punya rasa apapun lagi sama dia. Apa yang kita lakukan kemarin memang untuk menjebak Stevi, bukan untuk memanasi Ryshaka."

Keyra diam saja. Dia menatap Rayen, mencari kebenaran dari cerita cowok itu.

"Pertahanan Antara sempat goyang karena musuh mengetahui setiap rencana dan pergerakan kami. Sampe akhirnya aku tau kalau Ryshaka lah yang banyak berperan dalam pengkhianatan itu. Untuk itu Keyra, aku ingin menjebak Stevi agar aku bisa nemuin bukti yang kuat untuk ngebuat Ryshaka berhenti. Karena kalau dia nggak berhenti, bukti itu akan aku gunakan untuk membuat dia mendekam di penjara."

"Apa menurut kamu dia akan berhenti?" Tanya Keyra.

Rayen mengangkat bahu. "Entahlah, aku kehilangan jejak dia saat ngejar kamu waktu itu. Dia dan Stevi melarikan diri," beritahu Rayen.

"Semua salah aku?"

"Bukan Keyra. Semua salah aku. Aku udah ngebuat kamu salah paham dan..."

Keyra langsung memotong, "iya kamu bener. Aku udah salah paham. Aku terlalu bodoh sampai mikir kalo kamu ngelakuin itu dengan hati. Tapi nyatanya kamu..."

Giliran Rayen yang membungkam mulut Keyra. Bukan dengan kata-kata, tapi dengan ciuman. "Bisa diem dulu nggak itu mulut? Aku belum selesai," tandasnya.

Jantung Keyra berdebar hebat hanya dengan kecupan singkat itu. Dia terdiam, menatap Rayen dengan wajah memerah.

"Semuanya, kedekatan kita dan ciuman-ciuman itu, aku melakukannya dengan hati. Pakek rasa. Aku juga deg-degan. Tapi yang paling aneh adalah, saat kita ciuman aku justru melupakan kalau niat ciuman itu hanya untuk menjebak Stevi. Aku malah menikmatinya. Aku malah ingin lebih, Keyra."

Keyra menatap Rayen dengan bola mata bergerak gelisah. Dia merasa seluruh tubuhnya hangat. Hatinya bergejolak oleh perasaan senang, sekaligus lega.

"Aku cinta sama kamu," Rayen mengatakan itu sambil mengusap pipi Keyra. "Kamu mau jadi pacar aku?"

Lalu tiba-tiba Dejavu. Keyra merasa seperti pernah berada di posisi ini. Pernah merasa begitu melayang namun kemudian dijatuhkan. "Ini permainan lagi?" Tanya Keyra kemudian.

Rayen terkekeh pelan. "Aku serius, Keyra..." Rayen menyatukan keningnya dan kening Keyra. Lalu kembali bicara, "apa aku harus membuktikannya?"

Keyra menggigit bibir bawahnya. Dirinya semakin gemetar saat tangan Rayen merayapi kedua pipinya, mendekatkan bibir mereka.

Lalu menempel.

Rayen mengecup bibir Keyra begitu lembut, mengajaknya bermain bersama. Namun hingga beberapa lama, bibir Keyra tetap diam.

Rayen menjauhkan sedikit wajahnya, memberikan jarak agar bisa bicara. "Mau dipaksa atau...?" Rayen menggantung kalimatnya. Lalu mendekatkan wajahnya lagi, kembali mencium bibir Keyra.

Entah sudah berapa kali mereka berciuman, Keyra tak ingat lagi. Tapi yang pasti setiap ciuman yang mereka lakukan, selalu berhasil membuat jantung Keyra breakdance.

Setelah dirasa cukup membuat nafas mereka tersengal-sengal, barulah Rayen melepaskan ciuman. Dia tersenyum lebar dengan kening mereka yang masih menempel. "Lezat," ujarnya mengomentari ciuman tadi.

Wajah Keyra semakin bersemu merah. Dia menatap Rayen dengan perasaan gugup. "A-aku masih nggak bisa percaya kalau kali ini emang beneran," ujar Keyra terbata.

Rayen tersenyum. Dia kembali memberikan jarak pada wajah mereka. "Aku bakal buktiin ke kamu seiring berjalannya waktu."

Keyra menunduk, keraguan itu masih kental menguasai pikirannya.

"Jadi sekarang kita pacaran?" Rayen menatap Keyra dengan intens.

Sesaat Keyra hanya membalas tatapan itu dalam diam. Tapi kemudian dia mengangguk, samar.

"Finally!" Rayen nyaris menjerit. Dia memeluk Keyra. "Aku nggak akan kecewain kamu," bisiknya.

( -_・) ︻デ═一 ▸

Sarapan bersama sebelum berpura-pura tak saling mengenal di Harleques, selalu dilakoni oleh para penghuni markas Kido. Mereka terlihat begitu akrab satu dengan yang lain, terutama ada Beben yang selalu membuat hiburan lucu di setiap kesempatan.

"Sumpah gue nggak nyangka kalo Stevi kayak gitu. Padahal sedikit aja nggak ada gerak-gerik dia yang mencurigakan selama ini," kata Tiffani menggelengkan kepala.

"Asli gue juga nggak nyangka. Padahal gue ngincer dia buat jadi pacar gue," sahut Hito.

"Halaaahhh kemaren Lo bilang ke gue Lo ngincer Keyra," cibir Beben.

Seketika itu juga Keyra tersedak. Dia menoleh tak percaya pada Hito yang terlihat malu-malu.

"Lo ngincer Keyra, To?" Tanya Rayen penuh selidik.

"Hehehe," Hito malah menggaruk-garuk kepalanya.

"Wah parah, punya Kapten Rayen tuh!" Pekik Tiffani.

"Kan dulu, sebelum Kapten sama Keyra. Sekarang udah nggak, peace..." Hito mengacungkan jari tengah dan telunjuk pada Rayen. Dia tersengir lebar memamerkan deretan gigi putihnya.

"Mampus lo!" Beben turut mengompori. Steffani dan Nisya cekikikan melihat wajah kecut Hito karena takut melihat tatapan tajam Rayen.

"Kalo sekarang Lo masih suka Keyra, Lo tinggal pilih mau pakek HK MG4 atau Thompson M1921. Hmm?" Rayen masih memasang wajah serius.

"Ehhh buset," Beben bergidik ngeri mendengar dua jenis senjata mematikan itu.

Hito menelan ludah. Dia mengangkat kedua tangan, "ampun Kapten," ujarnya dengan wajah ketakutan.

Keyra dan Tiffani saling bertatapan cemas. Mereka berdua cewek yang perasa dan selalu merasa was-was kalo sampe ada perang antar teman sendiri.

Rayen tiba-tiba tertawa, membuat suasana tegang menjadi cair oleh tawanya yang begitu mempesona.

"Kapten Rayen!!" Tiffani merengut. Dia nyaris saja ketakutan tadi gara-gara mengira Rayen sungguhan mengancam Hito.

Keyra menatap Rayen yang masih tertawa. Cowok itu memang unik, memiliki banyak sekali karakter yang berbeda-beda. Semua karakter yang Rayen miliki, Keyra menyukainya.

Sadar dirinya diliatin, Rayen langsung balas menatap Keyra. Tawanya berganti menjadi senyum memikat yang sulit untuk dihindari.

"Ehmm," sindir Hito dan yang lainnya.

( -_・) ︻デ═一 ▸

Sweet banget nggak sih Rayen, melting jadinya...

Baper parah.

SECRET AGENT (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang