🔫38. Tekad Keyra

13.1K 1.7K 205
                                    

"Keyra hamil."

Mendengar dua kata itu meluncur dari mulut Keyra, semua anggota keluarga yang dia kumpulkan sangat terkejut. Belum ada yang merespon, hanya saling pandang satu sama lain.

Aila juga berada di sana, dia telah menjadi bagian dalam keluarga Keyra. Apalagi, Aila lah yang selama ini selalu menemani Keyra dalam segala hal.

"Keyra hamil anaknya Rayen," ulang Keyra.

"Apa Lo bilang?! Lo hamil dari cowok yang udah ninggalin Lo?!" Sentak Kaival, emosi.

Keyra diam saja. Dia berusaha untuk tenang menghadapi semua anggapan keluarganya. Dia telah siap menerima segala resikonya, bahkan jika dirinya diusir dari rumah sekalipun.

"Kaival, diam kamu!" Sergah Kaisar.

Kaival mengatupkan mulutnya, rahangnya bergerak-gerak karena harus menahan emosi. Bukan karena Keyra hamil, tapi karena yang membuat Keyra hamil sudah tak ada, itu yang membuatnya marah.

"Keyra tau, kalian semua kecewa. Keyra sudah membuat kalian malu dengan kenyataan ini. Keyra mengakui kesalahan Keyra," Keyra menunduk, buliran bening di matanya mengalir.

Triva langsung berpindah duduk, memeluk Keyra. Sebagai seorang Ibu, dia tak akan menghakimi anaknya itu. Dia cukup mengerti. Hanya saja, Keyra dan Rayen sudah...

"Opa akan menghubungi pihak Area konflik, kita akan bicara pada Rayen," ujar Angkasa.

Keyra merasa secercah cahaya muncul. Sejak awal, dia sangat ingin meminta bantuan Angkasa. Namun dia malu, dia merasa tak siap merepotkan Opanya itu.

"Ma, bisa tolong ambilkan Laptop?" Minta Angkasa.

Starla mengangguk. Dia mengeluarkan laptop dari dalam tas kerja Angkasa. Laptop itu adalah alat komunikasi Angkasa yang bisa tembus ke area mana saja.

Keyra langsung duduk di tengah-tengah Angkasa dan Starla. Jantungnya berdebar, setelah sekian lama akhirnya dia akan melihat Rayen kembali.

Sambungan Internasional pun terhubung. Semua menunggu dengan perasaan yang bercampur aduk. Keyra sampai bergerak gelisah, matanya fokus pada layar laptop.

"Hormat, Panglima!"

Keyra semakin gemetar saat sambungan itu diterima oleh seorang prajurit.

Angkasa membalas hormat tersebut. "Michel, apa saya bisa disambungkan ke base camp Antara?" Minta Angkasa to the points.

Prajurit tersebut nampak kebingungan. Dia lalu menjawab dengan makna yang sulit dimengerti. "Maaf, Kapten. Sudah dua Minggu ini komunikasi ke base camp di Area konflik telah terputus." Beritahunya.

"Terputus bagaimana?" Tanya Angkasa tegas.

"Para prajurit kita mendapatkan serangan dari musuh. Sebagian base camp hancur dan beberapa prajurit dinyatakan tewas dalam serangan itu."

Keyra meremas perutnya. Tubuhnya seketika bergetar. "Rayen..." Lirihnya.

"Kenapa tidak ada yang mengabari saya?!" Sergah Angkasa penuh emosi.

"Ma-maaf Panglima, keadaan sedang kacau. Semua disibukkan dengan penyelamatan warga sipil."

Angkasa menutup laptop dengan penuh kemarahan. Dia langsung memeluk Keyra dengan erat. "Rayen pasti selamat," ujarnya.

Keyra menangis sejadi-jadinya. Bukan hanya Keyra, semua yang ada di situ pun ikut cemas.

"Keyraaaaaa!" Teriakan panggilan itu langsung pecah begitu Keyra pingsan.


( -_・) ︻デ═一

"Rayen!"

Semua orang terkejut begitu mendengar Keyra berteriak. Semua mendekat pada Keyra, mengelilingi cewek itu. Triva kembali mengecek suhu tubuh Keyra, denyut nadi serta detak jantungnya.

"Ma, Keyra mimpi Rayen... Rayen..." Keyra berkeringat. Dia memeluk mamanya, begitu ketakutan.

"Kamu cuma mimpi sayang, nggak apa-apa. Tenang..." Bujuk Triva.

Aila menahan tangan Kaival yang hendak maju. Dia menggeleng, meminta Kaival tetap diam dan tak ikut campur. Kaival pun menurut, dia tetap berdiri di dekat pintu, menatap kakaknya itu dengan rasa cemas luar biasa.

"Opa, kirim Keyra kesana. Keyra mohon, kirim Keyra kesana!" Minta Keyra.

"Keyra, ngomong apa kamu? Jangan meminta hal yang semengerikan itu, Nak!" Marah Triva.

"Tolong Keyra, Ma..." Minta Keyra memohon.

Triva menggeleng. "Mama nggak akan izinkan kamu pergi!" Tolaknya.

"Keyra, Area konflik sedang bermasalah. Tempat itu berbahaya, kamu tidak boleh kesana," bujuk Starla.

"Keyra, Opa tidak akan mengizinkan," timpal Angkasa.

"Papa juga nggak akan setuju," sahut Kaisar.

"Gue juga nggak setuju," sambung Kaival. "Lo mau ngorbanin nyawa Lo sia-sia di sana?"

"Apa kalian nggak ada yang ngerti kalau Keyra butuh Rayen? Anak ini butuh ayahnya!" Jerit Keyra.

Hanya Aila satu-satunya yang masih bersikap netral. Dia langsung melompat ke atas ranjang, memeluk sahabatnya itu dengan begitu erat. "Tenang, Key..."

"Gue mau ketemu Rayen, Ai. Gue mau lihat keadaan dia..." Rengek Keyra.

Aila memberanikan diri, menatap semua orang dan berkata, "Aila akan menemani Keyra di sana. Tolong izinkan kami pergi," mintanya.

"Tolong..." Minta Keyra dengan sangat memohon.

Triva tetap menggeleng. Dia memandang Kaisar, meminta suaminya itu untuk menolak juga.

"Tante, Keyra sedang hamil. Kondisinya memburuk. Tante seorang dokter, Aila yakin Tante lebih paham kalau Keyra sama sekali nggak membutuhkan obat-obatan medis. Keyra lebih membutuhkan Rayen, alasan dari rasa sakitnya selama ini."

Kaival tertegun mendengar itu. Dia tak mengira kalau Aila sangat pemberani melebihi dari apa yang bisa dia bayangkan. Aila yang hanya orang luar, sangat berani memberikan nasihat pada keluarganya.

"Aila, Tante ini seorang Ibu. Bagaimana mungkin Tante membiarkan anak Tante pergi ke tempat berbahaya, tanpa ada jaminan dia akan pulang dengan selamat," ujar Triva menjawab permintaan Aila.

"Ma, Kaival akan ikut dan menjaga mereka," suara Kaival membuat semua orang menatapnya dengan terkejut. "Kaival akan memastikan kalau Keyra akan pulang membawa ayah dari anak yang dikandungnya. Kaival bersumpah, nggak akan membiarkan hal buruk terjadi pada mereka."

Aila selama ini mengira kalau Kaival itu pengecut. Dia hanya seorang anak manja yang bisanya cuma menghamburkan harta orangtua saja. Tapi melihat Kaival seperti ini, membuat satu nilai plus untuk Kaival di mata Aila. Dia bahkan tanpa sadar tersenyum pada cowok itu.

"Triva, Papa akan kirim pasukan untuk melindungi mereka di sana. Yakinlah, semua akan baik-baik saja," ujar Angkasa, ikut meyakinkan.

"Keyra nggak akan bahagia berada di sini sementara orang yang dicintainya sedang dalam bahaya, Triva." Starla ikut merayu.

"Izinkan," kata Kaisar sambil merangkul pundak Triva.

Triva merasa dikeroyok. Terlebih, tatapan penuh permohonan dari mata Keyra membuatnya begitu lemah. Dia berjalan mendekat pada putrinya itu, menatapnya dengan penuh kasih sayang dan linangan air mata.

"Kamu bisa janji pasti akan pulang?" Tanya Triva, pilu sekali.

"Keyra janji, Ma," jawab Keyra.

Triva menghela nafas dengan begitu berat. Dia mengusap perut Keyra. "Jaga cucu mama," katanya kemudian.

Keyra begitu senang, dia langsung memeluk Triva dengan begitu erat. "Makasih, Ma. Maaf karena membuat Mama selalu khawatir," lirih Keyra.

Triva tak kuasa menjawab. Dia hanya bisa menangis dan memeluk Keyra dengan erat. Semua orang berlinang air mata, mereka begitu terharu.

( -_・) ︻デ═一

SECRET AGENT (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang