🔫4. A kiss

23.5K 2.3K 431
                                    

Malam terasa kian pekat. Udara dingin masuk dari jendela yang sengaja dibuka. Di sebuah bangunan tingkat tiga dengan fasilitas mewah di dalamnya. Di sanalah Keyra, duduk menatap ke luar jendela dengan perasaan kosong. Ini pertama kalinya Keyra meninggalkan rumah orangtuanya dan tinggal terpisah dengan mereka, juga adiknya. Biasanya, di jam malam seperti ini keluarganya berkumpul di ruang tengah, menonton acara televisi bersama sambil menyantap camilan buatan mamanya.

"Ehm," suara dehaman khas seorang cowok, membuat Keyra menoleh. Ternyata Rayen, cowok itu masuk sambil membawa dua cangkir kopi.

Keyra menerima segelas kopi yang diberikan Rayen. Dia refleks meminumnya dan...

"Eh itu masih..." Terlambat bagi Rayen untuk memberitahukan kalau kopi itu masih panas.

Keyra langsung memuntahkannya. Dia meletakkan cangkir ke atas kusen jendela dan mengipasi lidahnya yang terasa panas dan mati rasa.

"Panas..." Lanjut Rayen dengan wajah meringis.

"Telat!" Sentak Keyra dengan wajah kesal. "Sumpah ini panas banget!" Keluh Keyra yang sungguh-sungguh merasakan sakit di lidahnya.

Rayen nyaris tertawa. Dia meletakkan gelas kopinya ke sebelah gelas Keyra tadi. "Sini," katanya yang langsung menangkup kedua pipi Keyra dan mendekatkan wajah mereka.

Keyra tak mampu bergerak sama sekali saat dirasakannya bibir Rayen melumat bibirnya dengan lembut. Dia bahkan menurut saja, membuka mulutnya saat jempol Rayen menarik bibir bawahnya turun.

Jantung Keyra berdetak begitu hebat. Sekujur tubuhnya gemetar, serasa aliran listrik jutaan volt tengah menyerangnya saat ini. Rayen, lelaki yang baru sehari ini dia kenal tengah menciumnya dengan sangat dalam saat ini. Rayen melumat bibirnya, hingga mengulum dan menghisap lidahnya.

Sumpah demi apapun, Keyra akan segera pingsan kalau Rayen tak menyudahi perbuatannya itu. Untungnya Rayen berhenti, menjauhkan wajahnya yang hanya berjarak lima senti di depan wajah Keyra.

"Udah nggak sakit lagi, kan?" Tanya Rayen sambil mengusap bibir Keyra yang basah akibat ciumannya tadi.

Maksud Rayen mungkin baik, untuk menghilangkan rasa sakit melepuhnya lidah Keyra akibat panas kopi. Tapi haruskan dengan ciuman yang sedalam itu?

"Hey..." Rayen mendekatkan kembali wajahnya untuk melihat sorot mata Keyra lebih dalam. Dia berusaha membangunkan Keyra dari keterkejutan yang belum juga berakhir.

Keyra sontak mundur. Dia oleng, betis belakangnya menabrak kursi hingga membuatnya terduduk kembali. Hingga detik ini, jantungnya tetap berdebar kencang.

Rayen tersenyum geli. Dia menyeret kursi dan menariknya ke depan Keyra. Duduk berhadapan seperti itu nyatanya membuat Keyra makin sesak nafas. "Lo belum pernah ciuman ya?" Tebak Rayen.

"Apa itu salah satu latihan militer Lo?" Tanya Keyra pada akhirnya.

Rayen lalu tertawa. Terbahak-bahak malah. "Just a kiss, Keyra. Hanya memerlukan insting untuk melakukan itu."

"Termasuk dengan sembarangan perempuan?" Tanya Keyra penuh selidik.

Rayen mendekat. Dia lalu berlutut di depan Keyra. Jarinya kembali terangkat untuk mengusap bibir Keyra. "Insting yang hanya akan dipakai di saat yang tepat. Nggak sembarangan," ucapnya ambigu.

"Maksud Lo?"

"Nanti Lo bakal ngerti sendiri." Rayen kembali menegakkan tubuhnya. Dia lalu mengambil kopi Keyra dan memberikannya. "Gue rasa itu udah dingin sekarang, jadi Lo nggak butuh gue lagi buat sembuhin lidah Lo," godanya sambil berkedip dan berjalan keluar dari kamar itu.

SECRET AGENT (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang